Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. Al-Jatsiyah: 23-24)
Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim dan menjadikan ‘Ketuhanan Yang Mahaesa’ sebagai salah satu dasar negara ternyata sangat toleran kepada para pemeluk agama yang sesungguhnya bukanlah penganut ‘Ketuhanan Yang Mahaesa’. Bukan hanya terhadap Kristen, Katholik, dan Hindu, tetapi juga terhadap agama Buddha yang sesungguhnya berpaham atheis (tak bertuhan).
Kebanyakan orang berfikir bahwa orang Buddha itu menyembah Buddha sebagaimana orang Kristen menyembah Yesus. Padahal tidak demikian. Dalam agama Buddha tidak ada sembah-menyembah. Buddha bukanlah sembahan, tetapi Guru yang mengajarkan bagaimana caranya keluar dari 31 alam dan lepas dari ruang dan waktu hingga berada di suatu alam yang disebut Nirvana.
Dalam ajaran Buddha, alam itu terdiri dari 31 alam. Di bawah ini adalah alam-alam tersebut berikut batas waktunya.
I. ALAM LINGKUP INDERA (11 alam)
A. Alam menderita
1. Neraka (tak tentu)
2. Binatang (tak tentu)
3. Setan Kelaparan (tak tentu)
4. Raksasa (tak tentu)
B. Alam Bahagia
5. Manusia (+/- 75-100 th)
6. Empat raja besar (500 ts)
7. 33 Dewa (1.000 ts)
8. Yama (2.000 ts)
9. Tusita (4.000 ts)
10. Bergembira dlm ciptaan makhluk lain (8.000 ts)
11. Penguasa ciptaan para makhluk lain (16.000 ts)
II. ALAM BENTUK (16 alam)
A. Alam Jhana pertama
12. Pengikut-pengikur Brahma (1/3 ak)
13. Menteri-menteri Brahma (1/2 ak)
14. Mahabrahma (1 ak)
B. Alam Jhana kedua
15. Cahaya terbatas (2 mk)
16. Cahaya tak terukur (4 mk)
17. Cahaya gemerlap (8 mk)
C. Alam Jhana ketiga
18. Keagungan terbatas (16 mk)
19. Keagungan tak terukur (32 mk)
20. Keagungan yang memancar (64 mk)
D. Alam Jhana keempat
21. Pahala besar (500 mk)
22. Non persepsi (500 mk)
23. Kediaman tak bergerak (1.000 mk)
24. Kediaman Suci (2.000 mk)
25. Kediaman Indah (4.000 mk)
26. Kediaman Pandangan terang (8.000 mk)
27. Kediaman murni tertinggi (16.000 mk)
III. ALAM TANPA BENTUK (4 alam)
28. Ruang tanpa batas (20.000 mk)
29. Kesadaran tanpa batas (40.000 mk)
30. Ketiadaan (60.000 mk)
31. Bukan persepsi bukan pula non persepsi (84.000 mk)
MK= MAHA KAPPA
AK= ASANKHEYYA KAPPA
TS= TAHUN SURGAWI
Dalam Sutta 8 Jaya Manggala dijelaskan bahwa Mahabrahma kekuatanya sangat jauh melebihi matahari terbit sampai melebihi matahari terbenam, tetapi di atas Mahabrahma masih ada 17 alam yang lebih dahsyat lagi kekuatannya. Dan agama Buddha beranggapan bahwa Mahabrahma ini adalah alam yang biasa disebut oleh agama lain sebagai Tuhan. Jadi mereka beranggapan bahwa Tuhan itu sendiri adalah salah satu dari alam, dan bukan pencipta alam. Tentu anggapan ini adalah keliru dalam Islam. Rabb adalah Pencipta segala alam. Rabb bukanlah alam itu sendiri.
Rabb, dalam pandangan Islam adalah Yang Menciptakan, Mengatur, dan Menguasai segala alam (makhluq). Rabbul ‘alamin dalam Islam adalah Allah. Tetapi dalam agama Buddha, segala alam itu ada dengan sendirinya tanpa diciptakan, sebagaimana diklaim juga oleh para evolusionist. Ajaran Buddha juga mengakui adanya evolusi alam. Namun berbeda dengan Darwinisme, Buddha tidak mengatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi.
Dari sini kita dapat melihat bahwa Buddhisme merupakan paham tanpa tuhan (atheisme). Dalam agama Buddha, alam ada dengan sendirinya tanpa diciptakan. Buddhisme juga menolak konsep taqdir. Karena dalam Buddhisme, manusia mendapat kebahagiaan atau pun penderitaan adalah disebabkan perbuatannya sendiri yang timbul dari kehendaknya sendiri, yang mereka sebut dengan Karma.
Karena mereka menolak penciptaan, itu berarti bahwa alam ini ada tanpa awal. Alam ada tanpa diawali dengan ketiadaan. Maka alam juga tidak mempunyai akhir. Itu artinya, alam ini kekal. Maka Buddhisme juga menolak konsep kiamat.
Dalam Buddhisme dikenal konsep ‘purnabhava’ atau kelahiran kembali. Dengan demikian, manusia yang mati dapat menghuni kembali alam yang kekal ini sebagai manusia atau sebagai makhluq lainnya. Sungguh, ini hanya merupakan konsep takhyul yang hanya ada dalam khayalan para atheis untuk menolak eksistensi Allah. Mereka hanyalah kaum yang mengikuti hawa nafsunya dan berkata bahwa mereka ada tanpa campur tangan Tuhan.