“… dan Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya…” [Ulangan 18:18]
Dalam ayat di atas dikatakan, “Aku aka menaruh firman-Ku dalam mulutnya,” Apakah artinya jika dikatakan, “Saya akan menaruh firman saya dalam mulut Anda?” Ketika saya meminta Anda untuk membuka Ulangan 18: 18 dan saya meminta Anda untuk membacanya, lalu Anda membacanya, apakah itu berarti saya telah menaruh firman saya dalam mulut Anda? Tidak.
Tetapi jika saya mengajari Anda sesuatu yang Anda tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, dan bila saya meminta Anda untuk mengulangi sesudah saya, apa yang saya ucapkan, maka saya sedang menaruh kata-kata saya ke dalam mulut Anda.
Dengan cara yang sama, ayat-ayat kitab suci Al-Qur’ an, firman yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada Muhammad, diwahyukan.
Sejarah menyatakan bahwa Muhammad ketika itu berusia 40 tahun. Ia berada dalam sebuah gua kira-kira 3 mil ke utara dari kota Makkah. Hari itu adalah malam ke 17 bulan Ramadhan. Dalam gua, malaikat Jibril memerintahkannya dalam bahasa daerahnya:
“Iqra`!” “Baca!” atau ‘nyatakan!’ atau ‘bawakan!’ Muhammad ketakutan dan dalam keadaan kebingungan menjawab: “Saya tak dapat membaca!”
Malaikat memerintahkan untuk kedua kalinya dengan hasil yang sama. Pada yang ketiga kalinya malaikat melanjutkan:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketabuin,ya.” (QS. Al-’Alaq: 1-5).
Barulah Muhammad mengerti bahwa apa yang harus dilakukannya hanyalah mengulangi. Dan dia mengulangi kata-kata yang ditaruh dalam mulutnya. Ayat-ayat di atas adalah ayat-ayat pertama yang diwahyukan kepada Muhammad, yang sekarang merupakan permulaan surat ke 96 dari Al-Qur’an (Al-’Alaq).
Kesaksian Orang-orang yang Beriman
Segera setelah malaikat pergi, Muhammad berlari ke rumahnya. Dengan ketakutan dan berkeringat seluruh tubuhnya, beliau meminta istri tercintanya, Khadijah, untuk menyelimutinya. Beliau berbaring, dan istrinya memandanginya. Ketika telah tenang kembali, Muhammad menjelaskan kepada istrinya apa yang telah dilihat dan didengarnya. Khadijah meyakinkannya bahwa ia percaya kepada Muhammad dan bahwa Allah tidak akan membiarkan hal mengerikan terjadi padanya. Apakah ini semua adalah pengakuan seorang penipu? Apakah penipu mengaku bahwa ketika seorang malaikat mendatangi mereka dengan pesan dari Yang Maha Tinggi, mereka menjadi kuatir, ketakutan dan berkeringat seluruh tubuhnya, lari ke rumah menuju istrinya? Setiap kritikus dapat melihat bahwa reaksi dan pengakuannya ini adalah dari seorang yang jujur dan tulus, manusia kebenaran -Al Amin- yang jujur, yang tulus dan yang dapat dipercaya.
Selama 23 tahun berikut dalam hidup kenabiannya, kata-kata tersebut ‘ditaruh dalam mulutnya’ dan beliau mengucapkannya. Kata-kata tersebut memberi pengaruh yang tak terhapuskan dalam hati dan pikirannya; dan ketika jumlahnya bertambah, kata-kata suci tersebut dicatat oleh pengikutnya pada daun, kulit dan tulang belikat hewan, serta di dalam hati murid-murid yang tekun. Sebelum kematiannya, kata-kata ini disusun dalam urutan seperti yang dapat kita temukan saat ini dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Kata-kata wahyu tersebut benar-benar ditaruh di dalam mulutnya; tepat seperti dikatakan dalam ramalan, “Dan Aku akan menaruh Firman-Ku dalam mulutnya.” (Ulangan 18: 18)
Nabi yang Ummi
Pengalaman Muhammad di dalam gua Hira, dan reaksinya terhadap wahyu pertama benar-benar memenuhi ramalan Injil yang lain. Pada kitab Yesaya 29:12, kita baca: “Dan apabila kitab itu” (Al-kitab, Al-Qur’an - ‘pembacaan’, ‘pembawaan’) “diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca (Nabi yang ummi, Al Qur’an surat Al-A’raf ayat 158) dengan mengatakan, “Baiklah baca ini, Saya berdo’a untuk kamu” (Kalimat: “Saya berdo’a untuk kamu” tidak ada dalam naskah Yahudi, bandingkan dengan Katholik Roma “versi Douay” dan juga dengan “versi standar yang sudah direvisi”, Revised Standard Version) “Dan ia akan menjawab, ‘Aku tidak dapat membaca’.” “Aku tidak dapat membaca!” adalah terjemahan yang tepat dari kata-kata yang diucapkan 2 kali oleh Muhammad kepada Roh Kudus, Malaikat Jibril, ketika dia memerintahkan (”Baca!”).
Izinkan saya mengutip ayat tersebut secara lengkap tanpa terpotong seperti pada “versi King James” atau “versi yang telah disahkan” yang lebih terkenal:
“Dan, apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan, ‘Baiklah baca ini, saya berdo’a untuk kamu’, maka ia akan menjawab, ‘Aku tidak dapat membaca’.” (Yesaya 29: 12)
Yang perlu diperhatikan adalah belum ada Injil berbahasa Arab pada abad 6 Masehi, ketika Muhammad hidup dan berda’wah. Disamping itu beliau benar-benar tidak dapat membaca dan menulis. Tak ada seorang manusia pun yang pernah mengajarinya sebuah kata. Gurunya adalah Penciptanya :
“Dan, tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. ” (QS. An-Najm: 3-5)
Tanpa pengajaran dari seorang manusia pun, ia membuat malu orang-orang yang berpengetahuan.
Peringatan Penting
Perhatikan! Bagaimana ramalan tersebut cocok sekali dengan Muhammad. Kami tak perlu menjabarkan ramalan agar terpenuhi dalam diri Muhammad.
Tuhan menganggap bahwa pemberitaan tentang Muhammad dan mengikuti Muhammad adalah penting! Dia mengalami banyak kesulitan agar peringatannya diingat. Tuhan tahu bahwa akan ada orang-orang yang dengan kepandaian berbicara, dengan senang akan mengurangi kata-katanya, sehingga dia melanjutkan Ulangan 18:18 dengan peringatan yang menakutkan, “Dan, hal tersebut akan terjadi”. “Orang yang tidak mendengarkan segala Firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, daripadanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.” (Pada Injil Katholik kata-kata terakhirnya adalah -”Aku akan menjadi pembalas dendam”- Aku akan membalas untuknya - Aku akan membalasnya!)
Apakah hal ini tidak menakutkan Anda? Tuhan Yang Maha Kuasa sedang, mengancam pembalasan dendam! Nafas kita terengah-engah jika beberapa penjahat mengancam, tidakkah Anda takut pada peringatan Tuhan?