Siapakah Iblis Itu?*
Oleh Zainurrahman
Sudah menjadi rahasia umum bahwa iblis adalah makhluk yang diciptakan dari “api” (al-A’raaf:12) yang sudah barang tentu panas dan membakar. Terlepas dari keyakinan kita terhadap al-Qur’an, tokoh iblis ini sudah menjadi alasan empuk atas segala tindak-tanduk kejahatan manusia; kita selalu beralasan bahwa setiap perbuatan jahat manusia merupakan realisasi bisikan iblis. Apakah itu benar? Jika benar, maka mengapa manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya secara individu?
Kelihatannya manusia melakukan perbuatan jahat karena memang mengikuti ajakan iblis. Bagaimana bisa, sedangkan manusia kebanyakan tidak mengenal iblis dengan baik. Maka kadangkala kita harus menerima bahwa perbuatan jahat kita berasal dari kekufuran kita, yang juga dimuluskan oleh iblis. Dalam berbuat jahat, manusia berkolaborasi dengan iblis. Ini dia, karena tidak mengetahui, manusia yang berbuat jahat tidak sadar jika tengah berteman dengan iblis. Iblis telah menyerupai berbagai rupa, yang rupawan dan menawan hingga pada rupa yang menakutkan.
Iblis adalah salah satu kaum dari golongan jin (al-Kahfi:50), sehingga dapat dikatakan bahwa iblis sudah tentu jin, sedangkan jin belum tentu iblis. Iblis juga dinyatakan kafir oleh Allah (Shaad:74), dengan demikian, Iblis sebenarnya adalah jin yang kafir kepada Allah SWT.
Menurut beberapa sejarah lisan, dahulunya iblis merupakan golongan penyembah Allah SWT yang sangat taat dan sangat berbakti. Konon pemimpin golongan iblis adalah bernama Azazil, salah satu dari lima malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Namun keterangan ini belum diketahui kebenarannya, namun satu hal yang pasti, Iblis merupakan golongan Jin di satu ayat namun juga malaikat penyembah Allah di ayat lain (al-Baqarah:34). Kita sama-sama tahu bahwa baik jin maupun malaikat merupakan entitas yang berbeda, lalu bagaimanakah Iblis tergolong Jin sekaligus Malaikat? Ini mungkin pertanyaan yang penting untuk diajukan. Pertanyaan ini membuat saya berkesimpulan bahwa iblis mengalami degradasi dari malaikat, kemudian masuk pada golongan jin dan dideklarasi sebagai kafir.
Sejenak kita melihat malaikat. Malaikat adalah hamba-hamba yang Allah muliakan (al-Anbiya:26). Mereka dimuliakan karena ketaatan, kebaktian dan kepatuhan mereka. Wajar saja, karena Allah tidak menciptakan nafsu untuk mereka. Melihat iblis mengalami degradasi dari golongan malaikat jatuh pada golongan jin kafir, menimbulkan pertanyaan, jika malaikat tidak memiliki nafsu lalu mengapa Iblis (yang juga malaikat) bisa bersikap angkuh? Dengan mengatakan bahwa dia tercipta dari api dan Adam tercipta dari tanah lalu mengapa dia harus bersujud kepada Adam (al-A’raaf:12)? Lalu jika memang kritikan seperti ini dianggap “sombong” bagi Allah dan hukumannya adalah dikategorikan kafir, lalu mengapa tidak ada hukuman bagi mereka (malaikat) yang mengkritik Allah dengan mengatakan bahwa menciptakan manusia (lagi) itu tidak perlu karena hanya membuat pertumpahan darah dan kekacauan di muka bumi (al-Baqarah:30)? Ini sebenarnya bukan hanya sombong, tetapi juga menganggap Allah SWT kurang teliti dalam menciptakan makhlukNya dan bisa dikategorikan sebagai dosa besar.
Betapa kasihan iblis, karena dengan demikian dia lalu “dicap” sebagai kafir dan terusir dari surga. Menurut saya, iblis merasakan sakit hati yang amat sangat terhadap Allah SWT dan sakit hati inilah yang menimbulkan dendam kesumat terhadap turunan Adam, hingga kita sekarang ini. Sakit hatinya ini tergambar dalam al-Qur’an (al-A’raaf:16), bahwa “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus.” Ini adalah sumpah serapah iblis karena sakit hatinya, karena ada isu “pilih kasih” di kampung surga. Bukannya tidak beralasan, iblis tentu saja kecewa dengan kebijakan Allah SWT untuk mendegradasi, mengusir, mencap dan menghukum sebagai “yang tersesat” hanya karena “rasa penasaran” mengapa Allah SWT memerintahkan mereka semua (para malaikat) untuk bersujud kepada Adam. Rasa penasaran ini kemudian diterjemahkan sebagai kesombongan dan terlahirlah hukum bahwa kesombongan adalah dosa favorit iblis.
Apakah iblis memang diciptakan sebagai “penggoda manusia”? dan kasus tidak-maunya iblis menyembah Adam merupakan salah satu “trik” Allah SWT supaya ada alasan untuk mengusir mereka dar surga? Allah selalu punya rahasia. Ada kejadian aneh di surga, jika iblis adalah pembesar-pembesar setan, sudah terusir dari surga firdaus, lalu bagaimana mungkin ada setan yang masih bertengger di surga dan menggoda Adam untuk mengunyah buah khuldi (Thaha:120)? Ini seolah-olah menunjukkan adanya kebocoran sistem sekuriti di surga. Ataukah kehadiran atau kelolosan salah satu anak buah iblis ini adalah atas izin Allah? Jika memang benar, maka peristiwa Adam, hawa dan khuldi juga telah “diset” sedemikian rupa, agar Allah memiliki alasan mengusir Adam dan Hawa dari Surga. Tentu saja, karena Adam diciptakan bukan sebagai khalifah di surga, namun khalifah di muka bumi (al-Baqarah:30).
Jatuhlah Adam dan Hawa menyusuli jatuhnya iblis di muka bumi, kedua-duanya, Manusia dan Iblis sama-sama korban trik Tuhan, sama-sama terusir dan mengapa harus saling memusuhi satu dan lain (al-Baqarah:36). Dengan demikian, manusia dan iblis sebenarnya senasib, seperjuangan, namun berbeda dalam tujuan. Perang antara manusia dan iblis kemudian dideklarasi oleh Allah SWT (al-Baqarah:168). Drama kehidupan manusia dan iblis seolah-olah sebuah pertarungan dalam arena untuk merebut status beriman.
Celakanya, sebagai manusia, kita sadar bahwa kita terlempar begitu saja, dan tidak mengetahui siapa yang telah lebih dulu mengalami keterlemparan ini. Sesungguhnya kita, dengan sangat terpaksa harus memusuhi iblis. Dan sebagaimana telah saya jelaskan, bahwa iblis memiliki dua cara untuk memerangi manusia, dan hanya cara kedua yang akan saya paparkan disini.
Demikianlah sejarah singkat drama keterlemparan iblis dimuka bumi ini, dan kemudian menjadi musuh kita. Tentu saja ini hanyalah perkenalan awal bagi anda, kedepan nanti saya akan menunjukkan kepada anda betapa kokoh pertahanan iblis dan betapa dendamnya dia kepada kita, atas kasus yang tidak kita ketahui. Bisa jadi kita adalah korban yang harus survive menghadapi segala takdir ini, segala yang telah direncanakan oleh Allah SWT, dan terpaksa tanpa belas kasih, kita harus saling bunuh dengan iblis, yang sesungguhnya juga korban dari rencana Allah SWT.
* Ini adalah penggalan Bagian I dari buku yang sementara ditulis oleh Zainurrahman (buku ke-5) yang insya Allah berjudul Strategi dan Ritual menghadapi teror iblis
Oleh Zainurrahman
Sudah menjadi rahasia umum bahwa iblis adalah makhluk yang diciptakan dari “api” (al-A’raaf:12) yang sudah barang tentu panas dan membakar. Terlepas dari keyakinan kita terhadap al-Qur’an, tokoh iblis ini sudah menjadi alasan empuk atas segala tindak-tanduk kejahatan manusia; kita selalu beralasan bahwa setiap perbuatan jahat manusia merupakan realisasi bisikan iblis. Apakah itu benar? Jika benar, maka mengapa manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya secara individu?
Kelihatannya manusia melakukan perbuatan jahat karena memang mengikuti ajakan iblis. Bagaimana bisa, sedangkan manusia kebanyakan tidak mengenal iblis dengan baik. Maka kadangkala kita harus menerima bahwa perbuatan jahat kita berasal dari kekufuran kita, yang juga dimuluskan oleh iblis. Dalam berbuat jahat, manusia berkolaborasi dengan iblis. Ini dia, karena tidak mengetahui, manusia yang berbuat jahat tidak sadar jika tengah berteman dengan iblis. Iblis telah menyerupai berbagai rupa, yang rupawan dan menawan hingga pada rupa yang menakutkan.
Iblis adalah salah satu kaum dari golongan jin (al-Kahfi:50), sehingga dapat dikatakan bahwa iblis sudah tentu jin, sedangkan jin belum tentu iblis. Iblis juga dinyatakan kafir oleh Allah (Shaad:74), dengan demikian, Iblis sebenarnya adalah jin yang kafir kepada Allah SWT.
Menurut beberapa sejarah lisan, dahulunya iblis merupakan golongan penyembah Allah SWT yang sangat taat dan sangat berbakti. Konon pemimpin golongan iblis adalah bernama Azazil, salah satu dari lima malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Namun keterangan ini belum diketahui kebenarannya, namun satu hal yang pasti, Iblis merupakan golongan Jin di satu ayat namun juga malaikat penyembah Allah di ayat lain (al-Baqarah:34). Kita sama-sama tahu bahwa baik jin maupun malaikat merupakan entitas yang berbeda, lalu bagaimanakah Iblis tergolong Jin sekaligus Malaikat? Ini mungkin pertanyaan yang penting untuk diajukan. Pertanyaan ini membuat saya berkesimpulan bahwa iblis mengalami degradasi dari malaikat, kemudian masuk pada golongan jin dan dideklarasi sebagai kafir.
Sejenak kita melihat malaikat. Malaikat adalah hamba-hamba yang Allah muliakan (al-Anbiya:26). Mereka dimuliakan karena ketaatan, kebaktian dan kepatuhan mereka. Wajar saja, karena Allah tidak menciptakan nafsu untuk mereka. Melihat iblis mengalami degradasi dari golongan malaikat jatuh pada golongan jin kafir, menimbulkan pertanyaan, jika malaikat tidak memiliki nafsu lalu mengapa Iblis (yang juga malaikat) bisa bersikap angkuh? Dengan mengatakan bahwa dia tercipta dari api dan Adam tercipta dari tanah lalu mengapa dia harus bersujud kepada Adam (al-A’raaf:12)? Lalu jika memang kritikan seperti ini dianggap “sombong” bagi Allah dan hukumannya adalah dikategorikan kafir, lalu mengapa tidak ada hukuman bagi mereka (malaikat) yang mengkritik Allah dengan mengatakan bahwa menciptakan manusia (lagi) itu tidak perlu karena hanya membuat pertumpahan darah dan kekacauan di muka bumi (al-Baqarah:30)? Ini sebenarnya bukan hanya sombong, tetapi juga menganggap Allah SWT kurang teliti dalam menciptakan makhlukNya dan bisa dikategorikan sebagai dosa besar.
Betapa kasihan iblis, karena dengan demikian dia lalu “dicap” sebagai kafir dan terusir dari surga. Menurut saya, iblis merasakan sakit hati yang amat sangat terhadap Allah SWT dan sakit hati inilah yang menimbulkan dendam kesumat terhadap turunan Adam, hingga kita sekarang ini. Sakit hatinya ini tergambar dalam al-Qur’an (al-A’raaf:16), bahwa “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus.” Ini adalah sumpah serapah iblis karena sakit hatinya, karena ada isu “pilih kasih” di kampung surga. Bukannya tidak beralasan, iblis tentu saja kecewa dengan kebijakan Allah SWT untuk mendegradasi, mengusir, mencap dan menghukum sebagai “yang tersesat” hanya karena “rasa penasaran” mengapa Allah SWT memerintahkan mereka semua (para malaikat) untuk bersujud kepada Adam. Rasa penasaran ini kemudian diterjemahkan sebagai kesombongan dan terlahirlah hukum bahwa kesombongan adalah dosa favorit iblis.
Apakah iblis memang diciptakan sebagai “penggoda manusia”? dan kasus tidak-maunya iblis menyembah Adam merupakan salah satu “trik” Allah SWT supaya ada alasan untuk mengusir mereka dar surga? Allah selalu punya rahasia. Ada kejadian aneh di surga, jika iblis adalah pembesar-pembesar setan, sudah terusir dari surga firdaus, lalu bagaimana mungkin ada setan yang masih bertengger di surga dan menggoda Adam untuk mengunyah buah khuldi (Thaha:120)? Ini seolah-olah menunjukkan adanya kebocoran sistem sekuriti di surga. Ataukah kehadiran atau kelolosan salah satu anak buah iblis ini adalah atas izin Allah? Jika memang benar, maka peristiwa Adam, hawa dan khuldi juga telah “diset” sedemikian rupa, agar Allah memiliki alasan mengusir Adam dan Hawa dari Surga. Tentu saja, karena Adam diciptakan bukan sebagai khalifah di surga, namun khalifah di muka bumi (al-Baqarah:30).
Jatuhlah Adam dan Hawa menyusuli jatuhnya iblis di muka bumi, kedua-duanya, Manusia dan Iblis sama-sama korban trik Tuhan, sama-sama terusir dan mengapa harus saling memusuhi satu dan lain (al-Baqarah:36). Dengan demikian, manusia dan iblis sebenarnya senasib, seperjuangan, namun berbeda dalam tujuan. Perang antara manusia dan iblis kemudian dideklarasi oleh Allah SWT (al-Baqarah:168). Drama kehidupan manusia dan iblis seolah-olah sebuah pertarungan dalam arena untuk merebut status beriman.
Celakanya, sebagai manusia, kita sadar bahwa kita terlempar begitu saja, dan tidak mengetahui siapa yang telah lebih dulu mengalami keterlemparan ini. Sesungguhnya kita, dengan sangat terpaksa harus memusuhi iblis. Dan sebagaimana telah saya jelaskan, bahwa iblis memiliki dua cara untuk memerangi manusia, dan hanya cara kedua yang akan saya paparkan disini.
Demikianlah sejarah singkat drama keterlemparan iblis dimuka bumi ini, dan kemudian menjadi musuh kita. Tentu saja ini hanyalah perkenalan awal bagi anda, kedepan nanti saya akan menunjukkan kepada anda betapa kokoh pertahanan iblis dan betapa dendamnya dia kepada kita, atas kasus yang tidak kita ketahui. Bisa jadi kita adalah korban yang harus survive menghadapi segala takdir ini, segala yang telah direncanakan oleh Allah SWT, dan terpaksa tanpa belas kasih, kita harus saling bunuh dengan iblis, yang sesungguhnya juga korban dari rencana Allah SWT.
* Ini adalah penggalan Bagian I dari buku yang sementara ditulis oleh Zainurrahman (buku ke-5) yang insya Allah berjudul Strategi dan Ritual menghadapi teror iblis