Pages

Sunday, March 7, 2010

MENELUSURI LATAR BELAKANG GERAKAN ASYURA


by konspirasi on December 26, 2009
Image
Berdasarkan fakta sejarah, tampaknya di dunia kemanusiaan ini tak satu pun tragedi yang, meski telah terjadi beberapa abad sebelumnya, masih sangat berpengaruh dan membekas di benak umat manusia, seakan baru saja terjadi. Kita tidak menemukan tragedi yang demikian di sepanjang sejarah agama, dan bangsa atau negara manapun. Tentu, ada saja peristiwa yang terkadang masih diingat dan dikenang setelah ribuan tahun, namun itu hanya ingatan yang tak berkesan pada kehidupan masyarakat.
Adapun tragedi syahadah Imam Husein as. sungguh berbeda. Targedi yang setiap tahunnya seakan terus membaru dan efeknya semakin mendalam. Layak sekali jika diadakan kajian yang ekstensif seputar tragedi yang multi-dimensional ini, dan alhamdulillah di sini masyarakat mencintai dan menghormati Ahlulbayt as. Karena itulah mereka berusaha sebaik mungkin dalam rangka mengingat peristiwa Asyura. Dengan taufiq Allah, setiap tahunnya mereka dapat menunjukkan keterkaitan dan berduka di haribaan Imam penghulu para Syahid.
Kami berdoa agar Allah swt. menjaga para pemuda pencinta Sayyidush shuhada as. dari segenap malapetaka dan menambah iman serta kecintaan mereka kepada Imam Husein as. dan tidak mencabut kebanggaan ini dari bangsa kita, khususnya dari anak-anak muda kita.
Mengabadikan Asyura
Masing-masing kita menanggung jerih payah tertentu dalam menghayati gerakan Asyura. Ada yang mengidung, ada yang menepuk dada, ada pula yang mementaskan adegan-adegan tragedi Asyura. Semua itu menunjukkan rasa hormat dan ketulusan pada Imam Husein as. Semoga Allah mengganjar mereka dengan pahala yang sepadan dengan rahmat-Nya. Amin. Ada juga orang-orang seperti saya yang harus menunaikan kewajiban dan menampakkan rasa hormat pada peristiwa agung ini dengan cara lain.
Apa yang dapat saya lakukan ialah menganalisa lebih dalam peristiwa tersebut agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun kejadian-kejadian monumental tidak pernah akan berulang secara serupa, namun sebagaimana didukung oleh data-data Sosiologi, ada banyak titik kesamaan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya. Juga, masyarakat-masyarakat lain dapat –secara langsung ataupun tidak- memanfaatkan peristiwa-peristiwa yeng terjadi di masa lampau. Hal ini pun diisyaratkan Al-Quran setelah menceritakan kisah para nabi dan bangsa-bangsa terdahulu. Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi mereka yang berakal” . Al-Quran mengajak untuk merenungkan kisah-kisah itu dan mempelajari titik positif bangsa-bangsa, lalu kita terapkan dan kuatkan dalam diri kita. Sementara titik lemah mereka, jangan sampai kita mengulanginya.
Signifikansi peristiwa Asyura menuntut agar segenap aspeknya dianalisa secara intensif. Kejadian tersebut, walau masih segar di ingatan dan berpengaruh setelah seribu empat ratus tahun sejak kejadiannya, namun masih saja tersisa sejumlah tanda tanya di benak masyarakat, terlebih generasi muda yang tak berkesempatan untuk memperdalam telaah tentang sejarah. Tentu, secara global mereka pernah mendengar tentang pokok cerita di majlis-majlis taklim, namun pikiran dan rasa ingin tahu para pemuda kita begitu kritis dan cekat mengajukan pertanyaan. Hasrat besar mendorong mereka untuk menganalisa lebih dalam peristiwa tersebut. Dan memang, diskusi-diskusi yang demikian ini tidak kalah pentingnya daripada mengadakan acara duka, mengekspresikan rasa hormat dan sedih.
Rasionalitas dan Emosionalitas Acara Asyura
Sesungguhnya acara-acara duka dapat menghidupkan, memuaskan dan mengembangkan sisi emosionalitas dan perasaan seseorang. Tentunya, ada sisi mendasar lain dari wujud manusia yang juga harus dikuatkan dengan melakukan telaah seputar peristiwa Asyura, yaitu sisi rasionalitas dan kesadaran. Jika detil kejadian Asyura dipahami secara lebih baik, di samping pengaruh emosional, ia dapat dijadikan model dalam rangka membentuk sebuah kehidupan yang lebih baik. Jika manusia memanfaatkan sejarah masa lalunya dengan benar, itu akan berperan besar dalam penyempurnaan individu dan masyarakat. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Revolusi Islam Iran adalah buah hasil dari upaya mengoptimalkan kejadian-kejadian serupa di masa lalu.
Seperti yang Anda ketahui, sepanjang abad terakhir ini terjadi banyak gerakan di Iran dan Dunia Islam secara umum. Seperti gerakan nasionalisasi industri minyak, gerakan Masyrutiyyat (Konstitusionalisme) dan gerakan-gerakan serupa di Iran. Di Mesir, Aljazair dan negara Islam lainnya juga terjadi berbagai gerakan keIslaman dengan pola yang beragam. Namun, berbeda dengan Revolusi Islam Iran, kemenangan tidak dicapai oleh satupun dari gerakan-gerakan terebut. Gerakan-gerakan itu tidak dapat mendirikan sistem Islami yang dapat bertahan lama. Alhamdulillah, sistem pemerintahan Islam di Iran telah bertahan selama lebih dari dua dekade ini dan akan semakin kokoh hari demi hari.
Tidak salah jika kita katakan bahwa rahasia sukses semacam ini terletak pada upaya Imam Khomeini memanfaatkan gerakan-gerakan sebelumnya. Beliau telah belajar dari pengalaman orang lain, menemukan dan menganalisa kelemahan mereka untuk lalu mewaspadainya. Beliau juga mendapatkan titik kekuatan mereka lalu mengembangkannya di tengah masyarakat. Memanfaatkan sejarah telah menghasilkan kita kemenangan semacam ini. Kalaulah demikian caranya kita memanfaatkan seluruh peristiwa sejarah, perlahan-lahan masyarakat kita menjadi siap menyongsong gerakan global lainnya, dipimpin oleh wujud suci yang mulia, Imam Zaman aj.
Kita semua mendengar bahwa lebih dari seribu empat ratus tahun silam terjadi sebuah peristiwa di semenanjung Arabia yang diikuti oleh serentetan kejadian lain. Dan sebagai orang syiah, kita meyakini bahwa suatu hari akan terjadi sebuah gerakan mendunia yang dipimpin oleh Imam Zaman aj. Apakah Anda mengira bahwa bahwa itu semua adalah akibat yang tanpa sebab dan terjadi secara kebetulan? Ataukah setiap gerakan di dalam sejarah terjadi sebagai keniscayaan dari serumpun sebab, kondisi, kendala dan latar belakang yang, jika dikenali dengan baik, manusia dapat menggunakannya dalam mengantisipasi kejadian-kejadian mendatang.
Saat masyarakat menyeleweng sepeninggal Rasul saww, dan gerakan Islam mulai menyimpang dari jalur yang sepatutnya, sementara ajarannya tidak lagi ditaati sebagaimana mestinya, apakah kenyataan itu terjadi tanpa sebab? Kita harus mengkaji bagaimana penyelewengan itu terjadi, faktor apa saja yang bermain dalamnya, sehingga kita dapat menghindarkan Revolusi ini dari faktor-faktor itu.
Kita mendengar bahwa saat Amirul-mukminin Ali as. menjabat khilafah secara formal (baca; dibaiat oleh mayoritas mutlak masyarakat), beliau menghadapi banyak masalah. Sehingga, dalam kurun waktu lima tahun beliau menjalani tiga peperangan besar. Jika peperangan itu tidak terjadi, tentu beliau dapat berbuat banyak memberikan kontribusi besar untuk kemajuan dan kesempurnaan masyarakat Islam. Sayangnya, peperangan itu malah mencegah umat Islam memanfaatkan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib as. seoptimal mungkin. Jelas, hal itu tidak terjadi begitu saja, tanpa sebab, tanpa alasan. Kita harus menelaah faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Islam tidak dapat mengoptimalkan pemanfaatan mereka atas kepemimpinan Imam Ali as.
Demikian pengalaman sejarah itu berlanjut hingga masa Imam Husein as. Mengapa hanya penduduk Kufah di antara kota lainnya yang mengundang Imam Husein as.? Pada zaman itu, ada ratusan kota yang bertebaran di negeri-negeri Islam. Sejarah menyebutkan bahwa lebih dari dua belas ribu surat datang membanjiri beliau. Ini baru dari kota Kufah. Lewat surat-surat itu, penduduk di sana menyatakan kepada Imam Husein bahwa “Kami menyambut kepemimpinanmu, datangkan ke Kufah dan lanjutkan pemerintahan Ali bin Abi Thalib di kota ini”. Bagaimana demikian itu bisa terjadi? Mengirimkan dua belas ribu surat secara terpisah atau bahkan surat-surat gulungan yang penuh dengan ribuan tanda tangan kepada Imam husein bukanlah hal yang sepele.
Belum lagi Madinah. Kota yang menyaksikan kelahiran Imam Husein, kelahiran Islam dan pemerintahan Islam. Rasulullah saw, Imam Ali as, Imam Hasan as, juga Imam Husein telah hidup di sana bertahun-tahun. Nyatanya, warga Madinah tidak hanya acuh mengundang beliau, tapi malah menciptakan kondisi yang mendesaknya supaya keluar dari kota Nabi itu secara diam-diam menuju Mekkah.
Betul, Imam Husein pun menerima undangan dari kota-kota lain. Tetapi, kebanyakan mereka urung dan menarik kembali undangan serta sambutan yang telah dilayangkannya kepada beliau. Sampai pada hari Asyura, beliau mengingatkan mereka yang pada hari itu telah berdiri sejajar dengan barisan laskar Umar bin Sa’ad. Kepada mereka Imam Husein mengatakan: “Kalian telah meminta bantuan dariku, kalian telah menyambutku untuk memerintah dan melindungi kalian dari penyelewengan dan kedzaliman Bani Umayyah. Ketika itu, aku pun telah menyatakan siap. Dengan jerih payah aku datang untuk mempertahankan kalian. Dan sekarang aku sampai di sini, di hadapan kalian, apakah pedang-pedang itu kalian hunus ke atas kepalaku? Bukankah aku sendiri yang memberikan pedang-pedang itu kepada kalian untuk menghancurkan musuh-musuh Islam? Bagaimana hari ini pedang-pedang itu diangkat untuk membunuhku? Apa gerangan semua ini? Ataukah hanya sebuah kebetulan?
Kini, hari ini, kita lihat bagaimana warga Kufah itu telah menjadi simbol pengkhianatan. Sebab, mereka sebegitu enteng mengkhianati Imam Ali dan Imam Hasan, dua pemimpin yang mereka tinggalkan sendirian dan terlantar. Pernahkah terbayangkan dalam pikiran Anda bahwa orang-orang Kufah dan Madinah tidak memperlakukan pemimpin sekejam itu? Apakah Anda mengira kota-kota lain itu lebih setia?
Kenyataannya, warga Kufah yang sebegitu besar menunjukkan keberanian dan tekad mereka dalam mengundang Imam Husein as, bahkan orang orang seperti; Habib bin Madzahir, Muslim bin Usjah dan selainnya, semua datang dan hadir di Karbala untuk membela beliau. Pertanyaan besar di sini adalah, bagaimana mereka yang telah mengundang beliau bisa urung dan, bukan hanya tidak menarik diri dari garis pertempuran, malah turun membantai beliau?
Coba lepaskan pikiran Anda untuk memutuskan! Belum lagi genap empat puluh tahun kaum muslimin ditinggal wafat Rasulullah saw, mereka berlindung di bawah pemerintahan Imam Ali, menjadi pasukannya dalam banyak peperangan, mereka itu pula yang membunuh anak-nya Ali, pemimpin mereka sendiri yang berdaulat, dengan cara segetir yang pernah dicatat sejarah. Peristiwa gila macam apa ini? Apa memang sekedar kebetulan? Apakah cukup kita katakan bahwa telah terjadi sebuah kebiadaban oleh masyarakat pengkhianat Kufah? Benarkah tidak ada lagi masyarakat pengkhianat di zaman kita ini? Apakah setelah itu tidak akan lagi terjadi persekongkolan terhadap kebenaran? Adalah sangat layak untuk kita kupas serat-serat peristiwa Asyura, satu persatu. Kita harus temukan faktor-faktor yang memprakarsai semua itu; hal-hal apa saja yang membuat mereka, yang mengenyam keadilan Imam Ali as dan menghaturkan surat-surat undangan kepada Imam Husein as, melakukan kebusukan sejijik itu?
Di antara warga Kufah, ada sekelompok kecil orang-orang munafik, kafir dan orang-orang yang lemah iman yang tidak mengakui Ahlulbayt as. Di sini, kita tidak sedang memperbincangkan mereka. Tetapi, ada arus besar dari kota itu yang mengalirkan surat-surat jaminan pembelaan dan ikrar setia kepada Imam Husein, meminta beliau supaya datang dan mendirikan pemerintahan di sana. Kita bisa perhatikan satu surat yang ditandatangani oleh banyak orang Kufah. Surat itu dibuka dengan ungkapan puji syukur kepada Allah atas kematian Muawiyah dan dibubuhkan di dalamnya: “Kami memohon kedatanganmu ke Kufah, Semoga Allah mengokohkan kami denganmu di atas kebenaran”. Tampak bagaimana mereka mengharapkan kehadiran Imam Husein di Kufah dapat mengenalkan kebenaran, sehingga mereka mengamalkan dan bersatu memperjuangkannya. Apakah orang-orang yang menulis surat-surat semacam ini memang seharusnya menghunuskan pedang kepada beliau? Apakah sebab-sebab perubahan ini? Dan bagaimana perubahan ini sampai terjadi pada seseorang?
Jika kita menelaah peristiwa ini dan mengenali faktor-faktor kemunculannya, kita dapat pula mempelajari sebagian rangkaian perubahan pascarevolusi kita sekarang ini dan memahami kenapa kejadian-kejadian semacam itu muncul? Mengapa sebagian orang itu menyimpang? Ada yang bisa kita manfaatkan dari peristiwa Asyura ini. Ia akan mengajari kita banyak pelajaran dan ibrah. Kalaulah kita mau mendengarnya, betapa banyak kejadian sekarang ini bisa kita hindari. Pada hari inipun kita masih bisa, setidaknya, melindungi diri dari penyelewengan dengan melakukan telaah demikian ini.
Siapakah Pembunuh Imam Husein?
Berikut ini, saya ingin mendiskusikan satu kasus krusial sehubungan dengan sekelompok manusia. Mereka adalah muslimin yang taat, mendirikan solat, menunaikan zakat, berjihad bersama Rasul di perbagai peperangan dan kembali dengan menanggung cedera bahkan cacat. Persoalannya adalah, mereka yang punya prestasi gemilang itu bagaimana bisa memperlakukan Imam Husein as. sedemikian rupa? Sementara setelah seribu tahun lamanya musuh-musuh Islam dan bangsa-bangsa asing menyimak sifat-sifat agung beliau sampai menjadi pecintanya, bagaimana mereka itu bisa membunuh cucu Rasul dengan mengatasnamakan Islam dan khilafah? Padahal, tidak berapa lama sebelumnya mereka sendiri yang telah meminta Imam Husein supaya memerintah mereka. Sekali lagi, apa yang mendesak mereka demikian? Bagaimana perubahan drastis itu terjadi pada seseorang?
Sesungguhnya Akar perubahan sikap yang menguasai manusia bisa dirunut sampai ke sejumlah faktor yang berpengaruh dalam pembentukkan tindakan-tindakan sengajanya. Di sini, ada dua kategori mendasar yang menyederhanakan faktor-faktor tersebut:
Pertama, faktor pengetahuan dan alasan rasional. Bahwa untuk melakukan setiap tindakan, terlebih tindakan yang berkaitan dengan urusan-urusan sosial-politik yang kompleks, seseorang pada tahapan sebelumnya mesti telah memikirkannya dan menyadari dasar-dasar, alasan-alasan serta tujuan-tujuannya. Tentunya, setiap orang akan memperhitungkan urusan hidupnya sesuai dengan kadar kemampuan nalar dan kekuatan pikirnya masing-masing. Mereka yang memiliki kekuatan nalar yang memadai dan ketelitian pikiran yang tajam sebegitu rupa memeriksa dan mempertimbangkan persoalan-persoalan yang dihadapi sampai ke akar-akarnya yang paling buntut. Adapula sebagian orang yang berfikir dangkal, mudah terpuaskan dengan batang kasar fenomena dan bentuk kasat persoalan. Walhasil, mereka ini pun mempersiapkan alasan-alasannya untuk melakukan tindakan apapun.
Maka itu, manusia hanya akan menghendaki untuk melakukan suatu tindakan setelah mempertimbangannya dan menemukan alasan-alasan yang memuaskan dirinya, apalagi kalau tindakan itu membawa resiko serius. Apakah mereka yang terjun dalam pertempuran suci begitu saja bergabung dalam barisan laskar, tanpa ada alasan sama sekali? Tentu ada alasan-alasan tertentu yang mendasari keterlibatan mereka. Mereka yang sebegitu besar semangatnya bersandarkan pada kedasaran dan pandangan yang khas sehingga maju ke front-front terdepan, sebagaimana yang mereka tunjukkan dalam surat-surat wasiat ataupun pernyataan-pernyataan mereka. Begitu pula musuh-musuh yang siap menghancurkan mereka. Semua melengkapi diri dengan alasan dan pendiriannya masing-masing.
Faktor-faktor pemikiran ini sedemikian rupa menghasilkan sebuah keputusan bahwa tindakan tertentu itu adalah baik, bernilai dan layak diusahakan sesuai dengan kemampuan diri, materi dan waktu. Dan pada dasarnya, segala pemikiran memiliki dasar-dasar yang membentuk sebuah rangkaian kepercayaan universal tentang manusia, dunia, alam semesta dan kematian. Apakah ada alam setelah kematian? Jika demikian adanya, lalu apakah hubungan antara dunia ini dalam alam itu? Adalah dua misal dari persoalan-persoalan yang lebih mengawali kerja pemikiran seseorang, sehingga ia dapat menggunakannya dalam memastikan keputusan dan pendiriannya.
Kedua, faktor perasaan dan alasan emosional. Faktor atau emosionalitas ini amat berpengaruh dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Sampai-sampai, seseorang yang terkadang menurut pikiran dan pertimbangan rasionalnya menilai sebuah tindakan sebagai penyelewengan dan menolak untuk melakukannya, pada saat yang sama ia menyembunyikan kecondongan hasrat dan keinginannya untuk melakukan tindakan tersebut. Contoh gamblangnya ialah apa yang diperlihatkan oleh perokok. Ia tahu bahwa rokok itu tidaklah baik, berpengaruh negatif terhadap kesehatannya. Meski begitu, ia menikmati rokok dan caranya merokok. Demikian ini tidak ada kaitannya dengan faktor-faktor pengetahuan dan rasionalitas, tetapi lebih didasari oleh kecondongan, selera, dan hasrat yang menggelinjang dalam diri seorang perokok.
Boleh jadi kita sebut bahwa faktor pertama itu terkait dengan rasio dan faktor kedua dengan cinta. Sebagai istilah, boleh-boleh saja kita sebut demikian. Namun, akan menjadi lebih tepat bila kita katakan bahwa yang pertama itu berhubungan dengan pengetahuan dan kesadaran, sementara yang kedua dengan kesukaan, kecondongan dan motif subjektif. Walhasil, kedua macam faktor ini begitu aktif berkecimpung dalam aktualisasi benar atau salahnya tindakan seseorang.
Ada orang-orang yang masih aktif mempertahankan status quo, yang tentunya mereka membawa dasar-dasar pemikiran dan kepercayaan yang khas. Maka itu, jika cara pikir dan pandang kita dibangun di atas dasar dan argumentasi yang kuat, ia akan menghasilkan sebuah kepastian yang membawa kita pada kesuksesan. Namun sebaliknya, jika ada penyimpangan dalam kepercayaannya, mengkonstruksinya dangan premis-premis pemikiran yang rapuh, ia lebih mirip dengan sebuah bangunan yang didirikan di atas batu-batu kapur, mudah ambruk, sulit diharapkan kegunaannya. Sebab, jika premis-premis dan bahan-bahan dasar pemikiran itu keliru, niscaya segenap keputusan dan kepercayaan yang dihasilkannya juga keliru.
Keadaan serupa pun akan kita dapati sekaitan dengan emosi dan kecondongan. Bahwa emosi atau kecondongan manusia memiliki arah tertentu. Maka itu, ia bisa tersalurkan ke arah yang benar, atau juga ke arah yang menyimpang. Umpamanya, manusia itu punya kecondongan makan. Tapi, apakah setiap makanan berguna untuk manusia? Bisa saja kecondongan ini diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat menguntungkan pertumbuhan dan kesehatannya. Yakni, manusia dalam desakan nafsu alamiah makannya dapat mengkonsumsi makanan ‘yang berguna bagi kehidupan tubuhnya’.
Begitu pula, bisa saja karena kebiasaan-kebiasaan buruk seseorang yang diperoleh akibat pengaruh-pengaruh media massa, lingkungan keluarga atau masyarakat, ia mengarahkan cara makannya kepada gaya tertentu. Misalnya, ia lebih memilih daging-daging hewan yang diharamkan yang belum tentu menyehatkan daripada daging domba. Jadi, kecondongan makan itu ada pada semua manusia, hanya cara mengarahkannya saja yang lebih bergantung pada kehendak dan pilihan manusia.
Oleh karena itu, mungkin saja terjadi penyimpangan dalam pemikiran manusia yang tentunya hanya menghasilkan keputusan dan kesimpulan yang keliru. Begitu juga, boleh jadi emosionalitas dan kecondongannya tidak lagi terkendalikan sehingga menjerumuskannya ke dalam keadaan yang serbasulit. Dua macam faktor ini dapat kita periksa dan analisa sepanjang perilaku individu dan atau pergaulan sosial. Siapapun dari kita yang memperhatikan perilaku dirinya, tentu akan menyadari bahwa itu adalah sebuah hasil dari serangkaian pemikiran dan pertimbangan serta dari segelombang emosi dan kecondongan. Yang demikian ini juga bisa kita lihat pada persoalan-persoalan sosial.
Tatkala cahaya Islam terbit di ufuk Arabia dan rasul akhir zaman diturunkan, umat manusia di sana mengambil dua sikap yang berbeda terhadapnya. Pada masa itu, terdapat banyak faktor yang menyelimuti mereka, baik pada tataran rasional maupun pada tataran emosional. Di antaranya, menguatnya pemikiran dan motif tertentu yang bekerja sama dalam melahirkan sebuah kelompok dalam tubuh umat Islam yang dikenal sebagai kaum munafik. Semoga dalam kesempatan lain saya bisa melacak latar belakang, embrio kemunculan dan pengaruh-pengaruh kaum munafik terhadap riwayat Islam dan umatnya.
Taklid Yang Tidak Dibenarkan
Ala kulli hal, ada sekelompok orang yang pada dasar pemikirannya tidak percaya bahwa Muhammad itu benar-benar rasulullah (baca: utusan Allah). Mereka juga tidak punya motifasi, hasrat dan kecondongan untuk mengkaji dan berdialog serius ataupun meminta bukti dan mukjizat dari beliau sihingga mendapatkan klarifikasi yang cukup. Taraf pemikiran mereka dangkal, dibangun di atas basis-basis yang rapuh. Mereka tidak begitu tertarik mempelajari soal kenabian Muhammad saww.
Jangan heran kalau saya dan anda begitu kuatnya terdorong mencari bukti-bukti yang cukup untuk menjustifikasi kepercayaan-kepercayaan agama kita, sampai kita benar-benar yakin. Motifasi kita untuk hal itu tetap kuat meski kita dihadapkan pada berbagai ragam kritik dan usaha-usaha skeptis. Setiap orang punya hidup dan urusannya masing-masing. Mereka membela diri bahwa aku sudah cukup disibukkan, aku sudah tidak punya waktu lagi memikirkan persoalan-persoalan agama, biarkan saja kalangan tertentu yang memperbincangkan, lalu kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya?!
Jadi, pada masa itu, memang sudah ada orang-orang yang tidak mau repot-repot, tidak mau pusing atau dangkal berpikir, mereka begitu keberatan mempercayai kenabian Muhammad saww. Sampai-sampai, mereka pun mengingkari wujud Allah swt. Lebih dari itu, penyembahan berhala-berhala bagi mereka malah hanya sebuah tradisi, tidak lebih.
Saat ini, di negara kitapun ada sebagian adat istiadat yang masih terus dilakukan. Yakni, sekelompok orang yang berusaha mempertahankan adat istiadat ini tanpa ada landasan yang logis dan argumentatif. Sebagaimana telah diketahui, para pemeluk agama minoritas melakukan sejumlah adat istiadat yang mereka percayai. Sayangnya, ada usaha-usaha dari pihak-pihak tertentu yang berusaha untuk mengasdaptasikannya sebagai sebubah budaya masyarakat muslim. Sebagai contoh, adat Cohor-Syanbe Suriy (sebuah perayaan yang dilakukan setiap malam Cohor-Syanbe atau malam rabu pada minggu terakhir dari bulan Isfand. Dalam perayaan ini, mereka menyalakan api dan melompatinya sambil berkata “merahmu dariku dan kuningku darimu”. Perayaan ini telah berlangsung sekian lamanya, sampai pada zaman dinasti Sasaniyan dikenal dengan nama Suriy. –pent.). Adat ini hanya berlaku pada kaum Zoroaster. Lagi-lagi seribu satu sayang, pada tahun-tahun belakangan ini, acapkali adat perayaan ini diangkat sebagai sebuah perhelatan nasional.
Apa yang melatarbelakangi usaha sebagian orang untuk melakukan hal ini? Apa manfaatnya melompati api? Sekedar menyalakan api dan kemudian melompat di atasnya memang tidak bermasalah. Yang patut kita kritisi adalah, apakah perilaku yang semacam ini memberikan dampak tertentu dalam kehidupan masyarakat?
Jawaban yang paling dapat diberikan adalah bahwa nenek moyang kita telah melakukan hal ini, maka itu kita pun melakukannya. Ini dasar perilaku mereka. Sementara, kaitannya dengan benar tidaknya masalah ini, tentu tidak akan pernah ada usaha untuk menelitinya. Satu-satunya alasan yang mendasari semua ini hanyalah ikut-ikutan, taklid. Dan, masyarakat tentu senang dengan acara yang meriah dan disesaki oleh bvanyak orang, karena di situlah mereka merasakan adanya sebuah kesamaan.
Pada awal-awal kemunculan Islam, faktor-faktor seperti ini sudah ada. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk memeluk Islam, namun keputusan itu tidak diambil berdasarkan pertimbangan dan kesadaran rasional. Jika pemimpin suatu kabilah masuk Islam, maka secara otomatis anggota kabilah pun membuntuti pilihannya. Jadi, kalaulah suatu hari ia kembali kafir, mereka pun akan mengikutinya, tanpa ada beban dan tanya. Faktor perilaku yang semacam ini adalah taklid yang salah kaprah, tidak logis, minus dukungan rasio.
Satu hal yang perlu diketahui, bahwa taklid itu tidak selamanya buruk, tidak selalunya keliru. Sekiranya taklid dibabat habis dari kehidupan manusia, tidak akan ada lagi semen perekat kehidupan manusia di bumi. Maka itu, taklid yang tidak dibenarkan ialah taklid buta, taklid tanpa dalil.
Dua Faktor Kejangkitan Fitnah Dalam Masyarakat
Akar dari semua penyimpangan individu dan sosial kembali kepada dua faktor yang paling dominan dalam perilaku manusia. Yaitu penyimpangan yang bermuara pada pemikiran dan kecondongan. Andaikan pemikiran setiap orang benar dan kecondongan-kecondongan batinnya pun tersalurkan secara proporsional, niscaya dunia ini jadi surga. Problem dan krisis sosial yang merebak sesungguhnya hanya berurusan dengan perilaku manusia, yang ujung-ujungnya bisa ditelusuri sampai pada basis-basis pemikirannya, yakni kebodohan manusia.
Sebagai contoh, sebuah masalah sosial yang belum dipahami seringkali dianggap jelas. Di sini saya ingin mengingatkan kita semua akan salah satu ucapan Imam Khumeini yang berulang kali beliau katakan, bahwa mereka sama sekali tidak peduli terhadap masalahnya. Adapun sekaitan dengan Sementara berkaitan dengan masalah pribadi, beliau mengatakan bahwa “ia benar-benar tidak memahami masalahnya” atau “dalam masalah ini ia salah”.
Boleh jadi seseorang telah memahami permasalahan dengan baik dan benar, namun ia tidak punya kecondongan dan gereget untuk berbuat sesuai dengan pemahamannya itu. Bukankah sering terjadi pada seseorang yang tahu bahwa perbuatan itu tidak baik, tidak didukung oleh argumentasi logis, malah sangat berbahaya bagi masyarakat. Beski begitu, ia tetap melakukannya hanya untuk memuaskan hawa nafsu dan tuntutan hasratnya. Maka, bisa dipastikan bahwa penyimpangan yang terjadi pada masa awal kelahiran Islam tidak keluar dari dua faktor di atas.
Seperti yang kita ketahui bahwa budaya yang berkembang pada zaman permulaan Islam adalah sastra. Di dalamnya kita temukan kata fitnah. Yaitu kata yang dipakai untuk mengungkapkan penyimpangan perilaku masyarakat dari jalan yang sebenarnya. Kata fitnah ini juga digunakan Allah swt dalam Al-Quran untuk hal yang sama.
Sekaitan dengan fitnah, Imam Ali as pernah merangkaikannya dalam sebuah ungkapan yang sangat indah. Beliau berkata, “Penyebab terjadinya sebuah fitnah ialah ketaatan pada hawa nafsu. Hukum-hukum bid’ah yang dibuat sedemikian rupa berbeda dengan kitab Allah. Pemimpin diangkat dari orang-orang yang tidak komit pada agama Allah. Seandainya kebatilan tidak bercampur dengan kebenaran, niscaya tidak ada rasa takut dalam jiwa pembela kebenaran. Dan, jika kebenaran terjaga bersih dari kebatilan, niscaya musuh-musuh tidak akan berkutik, mulut mereka terbungkam seribu bahasa. Akan tetapi, yang terjadi adalah pencampuradukan antara kebenaran dan kebatilan. Dalam kondisi demikian ini, kekuasaan setan semakin kuat mencengkram pengikutnya. Yang selamat hanya mereka yang diselimuti kebaikan dari Allah” .
Menurut Imam Ali as, fitnah sosial berawal dari dua faktor. Pertama, hawa nafsu dan kecondongan yang ada pada setiap jiwa manusia. Bila ini dapat dikontrol, niscaya manusia akan bergerak di atas arah yang benar. Ketika itu, tidak lagi terjadi ketaatan yang berlebihan pada kecondongan hawa nafsu. Pengendalian dan penguasaan hawa nafsu ini sanggup menahan terjadinya sebuah penyimpangan.
Faktor kedua, yaitu penafsiran-penafsiran dan pemikiran-pemikiran yang diajukan sebagai kado agama, padahal tidak ada hubungannya dengan agama itu sendiri, sama sekali. Penisbahan bid’ah-bid’ah kepada agama direkayasa sebegitu rupa agar masyarakat awam yang tidak mengerti permasalahan yang sebenarnya percaya bahwa penafsiran dan pemikiran semacam ini bersumber dari agama.
“Hukum-hukum bid’ah” yang diucapkan oleh Imam Ali mengisyaratkan hal terakhir ini. Sebagian manusia yang terjebak dalam masalah ini pada mulanya beranggapan bahwa masalahnya terkait dengan agama, oleh sebab itu mereka mengamalkannya. Tanpa disadari, perilaku semacam ini telah menyimpang jauh dari agama. Bila hal ini terjadi, secara otomatis Al-Quran akan dipinggirkan, diasingkan, sebagai akibat dari “berbeda dengan kitab Allah”.
Tatkala pandangan-pandangan baru yang berbeda dengan Al-Quran dijajakkan di tengah masyarakat, sudah barang tentu akan menyebabkan sebagaian orang meninggalkan kitab Allah itu. Pada gilirannya, masyarakat akan menyaksikan bahwa “pemimpin diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki komitmen pada agama Allah”. Artinya, Hubungan kemasyarakatan yang terjalin tidak lagi mengacu pada tolok ukur keagamaan. Pada akhirnya, hubungan sosial akan mengambil bentuk yang berbeda dan bahkan bertabrakan dengan agama itu sendiri.
Imam Ali a.s melanjutkan, “Seandainya kebatilan tidak bercampur dengan kebenaran niscaya tidak ada rasa takut pada jiwa pembela kebenaran. Bila kebenaran terjaga bersih dari kebatilan, niscaya musuh-musuh tidak akan berkutik, mulut mereka terbungkam seribu bahasa”. Seandainya kebatilan terpisah dari kebenaran, dan orang tidak lagi kebingungan menentukan mana yang benar dan mana yang batil, niscaya tidak ada seorangpun yang mengikuti kebatilan. Masyarakat secara fitri adalah pengikut kebenaran. Masyarakat yang mentaati kebatilan lebih disebabkan oleh pandangan bahwa di antara setumpuk kebatilan yang ada pasti ada selapis kebenaran di dalamnya.
“Akan tetapi, yang terjadi adalah pencampuradukan antara kebenaran dan kebatilan”. Siapa saja yang ingin melakukan fitnah, pertama yang dilakukannya ialah mengemas kebenaran dan kebatilan dalam sebuah paket memikat lalu menjajakannya ke tengah masyarakat. Seumpama penjual bunga ingin merangkai hiasan bunga, ia akan mengambil beberapa tangkai bunga lalu merangkainya sedemikian rupa. Bila aroma semua tangkai bunga yang akan dirangkai itu tidak sedap, tak ada seorangpun yang akan datang untuk membeli hiasan bunganya. Tapi, bila ia merangkai sejumput bunga yang berbau wangi dengan sekuntum bunga yang beracun, sangat mungkin sekali ada orang yang tertipu. Ia membeli hiasan bunga itu karena mencium harumnya bunga, namun ia tidak tahu kalau hiasan telah teracuni lantaran satu kuntum bunga beracun. Akan tetapi, kalaulah bunga beracun ini disisipkan ke dalam serangkaian bunga yang berbau busuk, tidak akan ada seorangpun yang akan mendekat dan mencoba menghirup baunya.
“Pada kondisi demikian ini, kekuasaan setan semakin kuat mencengkram pengikutnya”. Hak dan batil telah bercampur aduk. Setan menemukan sasaran empuk, karena masyarakat dalam kebingungan. Mereka yang siap menjadi sasaran empuk setan adalah orang-orang yang tertipu, karena kebenaran telah bercampur dengan kebatilan. Mereka tidak mampu lagi memilih dan memilah mana yang benar, mana yang batil. Mereka asyik menghitung sisi-sisi positif dan butir-butir kebenaran, pada saat yang sama mereka lupa bahwa di sela-sela kebenaran telah ditaburkan racun kebatilan yang mematikan. Setan pada kondisi yang seperti ini menjadi pemburu yang hebat. Yang selamat hanya mereka yang diselimuti kebaikan dari Allah swt. Pada kondisi yang demikian sulit ini, siapakah yang dapat selamat? Hanya orang-orang yang, sesuai dengan Takdir dan Kemahabijaksanaan Allah, berusaha menemukan dan menggenggam kebenaran.
Fitnah di Balik Kerancuan Kata dan Konsep
Saya ingin tegaskan sekali lagi bahwa pertama yang akan dipersiapkan seseorang yang hendak menebar fitnah yaitu upaya mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan. Dengan demikian, ia telah menggiring masyarakat sampai masuk ke dasar jurang kebatilan. Biasanya, orang seperti ini mengumandangkan slogan-slogan indah dan memikat sekaligus menipu, karena menyelundupkan unsur-unsur kebatilan. Slogan-slogan itu digubah melalui kata-kata yang ambigu, punya banyak arti, sehingga tidak jelas dan buram. Karena pada dasarnya, memang ada kata-kata yang tidak jelas karena mempunyai banyak arti, disamping ada pula kata yang berarti jelas dan tegas. Kalaulah yang belakangan ini digunakan dalam slogan, tentu masyarakat tidak akan tertipu.
Orang-orang yang punya niat kotor, bermaksud aktif membohongi masyarakat, tidak pernah menyampaikan ide-idenya secara gamblang, tegas dan lugas. Dalam setiap kesempatan; pidato, tulisan, buku, seminar dan slogan, selalu saja menggunakan kata-kata dan istilah-istilah yang ambigu, diplomatis, ekuivokal. Sebagaimana kata dan istilah tersebut dapat dipakai sesuai arti harfiahnya, juga dapat dipergunakan untuk arti metaforis atau arti-arti lain yang amat berpotensi menipu.
Memang kita tidak hidup di zaman Imam Ali as. sehingga tidak dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana usaha sebagian orang mengelabui masyarakat dengan cara seperti ini. Namun pada zaman ini, kita dihadapkan pada satu geliat yang dapat memberikan gambaran secara telanjang bagaimana cara kerja mereka. Yakni kata kebebasan.
Kebebasan adalah kata yang sungguh indah. Kata yang membuat dada siapa saja yang mendengarnya berdebar-bedar, menggelora. Kebebasan tidak pernah dibenci oleh siapa pun di dunia ini. Bayangkan sebuah burung yang terkurung dalam kisi-kisi sangkarnya. Setiap hari ia berusaha bagaimana caranya dapat keluar bebas. Betapa indah dan harunya bila seseorang datang mendekat lalu membuka tutupnya. Namun ketika ada usaha untuk mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, tidak pernah disentuh masalah seperti ini. Masalah tentang arti kebebasan.
Apa yang diinginkan dari kebebasan itu sendiri? bebas begitu saja? bebas dari Tuhan? bebas dari akal? bebas dari agama? bebas dari nilai-nilai kemanusiaan? Ataukah bebas dari kebodohan? Bebas dari kezaliman? Bebas dari perbudakan? Bebas dari pengaruh setan? Mana yang diinginkan? Tidak pernah hal seperti dijelaskan secara tegas. Bila sejak awal disebutkan bahwa yang diinginkan dari kata kebebasan adalah bebas dari pengaruh setan, niscaya tidak akan pernah ada yang menolak. Memangnya bebas dari adat istiadat yang menyimpang dan narkoba adalah sesuatu yang buruk? Akankah kalian menerima orang lain menguasai negara kita? Akankah kita biarkan intervensi asing terhadap urusan dalam negeri? Tidakkah kita menghendaki kebebasan pengaruh asing? Hal-hal ini jelas berbeda jauh dengan keinginan bebas dari keterikatan pada kehendak Tuhan. Apakah kalian menginginkan bebas dari Tuhan dan tidak ingin menjadi hamba-Nya? Apakah kalian juga ingin bebas dari nilai-nilai kemanusiaan? Bagaimana mungkin kita Bebas dari rasio dan akal? Seandainya kebatilan tidak bercampur dengan kebenaran, yakni seandainya kita mampu untuk memilih dan memilah baik dan buruk, tentunya tidak akan ada lagi keraguan dan kerancuan.
Imam Ali a.s pada kesempatan yang lain mengatakan, “Sesuatu disebut syubhah karena ia menyerupai kebenaran” . Jubah kebenaran dikenakan pada tubuh kebatilan agar tampil serupa dengan kebenaran, dan inilah penyebab penyimpangan. Seandainya kebatilan tidak memiliki keserupaan dengan kebenaran, tampak jelas mana yang baik dan mana yang batil, tentu tidak akan pernah terjadi fitnah. Terjadinya fitnah adalah akibat bercampurnya kebenaran dalam kebatilan. Oleh karenanya, bila ada orang yang bertekad melakukan reformasi, dan tidak menghendaki fitnah juga tidak ingin kata reformasi dipakai untuk hal yang lain, tentunya ia harus berusaha menyampaikannya dengan jelas dan definitif. Bila kata-katanya benar, ia harus memilah-milah antara kebenaran dan kebatilan.
Sebagai seorang reformis, ia harus mengungkapkan hal ini sejelas-jelasnya. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Bila ditanyakan apa yang anda maksud dengan kata reformasi, jawabannya adalah “terserah masyarakat, mereka yang akan memberi makna”. Bagaimana mungkin anda membawa bendera reformasi dan mengatasnamakan diri sebagai reformis tapi tidak tahu apa arti dan konsepnya? Mereka akan membela diri bahwa “Saat ini kami mengkampanyekannya, toh pada akhirnya masyarakatlah yang akan menangkap arti yang sebenarnya?!” Bila tidak ada maksud di balik semua ini, katakan saja apa arti kebalikan dari kata reformasi. Katakan kebobrokan apa saja yang kalian lihat dan hendak diperbaiki! Apakah undang-undang dasar? Pada bagian mana dari undang-undang dasar yang harus diubah dan diperbaiki? Yang pasti mereka lebih tahu apa yang diinginkan dari kata reformasi. Hanya saja untuk membohongi saya dan anda, beginilah caranya.
Permasalahan yang paling mendasar adalah bahwa dalam undang-undang dasar Iran tercantum bahwa setiap undang-undang yang dirancang di Iran harus berdasarkan hukum Islam. Pada konferensi Berlin, mereka katakan bahwa problem mendasar dalam UUD kita ada pada poin ini. Yang mereka inginkan dari reformasi adalah menghapus Islam dan wilayatul-faqih dari butir-butirnya. Reformasi yang mereka teriakan tidak lebih dari ini. Seandainya ada maksud lain dari kata reformasi, tentu akan dijelaskan secara gamblang.
Pemimpin tertinggi Revolusi Islam Iran dengan gamblang menegaskan arti reformasi. Beliau mengatakan secara jelas beberapa hal yang perlu diperbaiki. Kemiskinan, korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi isu nasional. Apakah ada orang yang menyangkal pemberantasan kebusukan ini? Berikan penjelasan apa adanya dan tegas. Apakah ada yang tertipu dengan retorika ini? Apa yang telah disebutkan empat kebusukan itu merupakan tuntutan suci para Nabi dan segenap umat manusia. Semua ingin memerangi keempat masalah ini. Namun apakah semua berbicara seperti ini? Reformasi seperti inikah yang mereka inginkan? Mengapa sekelompok orang tidak mau menjelaskan apa maksudnya? Tidak lain karena ingin mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan. Bila kondisi telah keruh dengan mudah ia memancing apa saja yang diinginkannya.
Mereka yang benar-benar concern terhadap agama dan masyarakat, seyogyanya menyatakan segala hal yang benar dan jelas. Hak dan batil harus dibedakan, sehingga masyarakat dengan mudah memilih mana yang benar. Ketahuilah, siapa saja yang berusaha menyampaikan pernyataan yang sedemikian rupa sehingga hak dan batil sulit untuk dipilah, pasti ia menyimpan maksud dan itikad yang tidak baik. Sebaliknya, pemilahan antara hak dan batil dapat ditemukan pada pernyataan siapa saja yang mengungkapkannya secara jelas. Orang seperti inilah yang benar-benar jujur, tulus dan beritikad baik dengan ucapannya.
Maka, salah satu faktor penyimpangan yang terjadi di masyarakat adalah para penyebar fitnah tidak pernah membiarkan masyarakat dapat dengan mudah memilih dan memilah kebenaran dari kebatilan. Ungkapan yang dipergunakan senantiasa memiliki dua makna, samar, abu-abu, antara benar dan salah. Tidak pernah ada kejelasan yang pasti; mana yang mereka inginkan. Pada akhirnya, masyarakatlah yang menjadi korban retorika. Mereka selalu kebingungan. Justru pada saat-saat seperti inilah mereka menanti kesempatan kapan dapat mencapai kepentingan dan tujuan retorika mereka. Adalah kewajiban setiap orang untuk menjelaskan mana yang benar dan yang batil.
Masyarakat Umum dan Fitnah
Kebanyakan orang tidak memahami akidah mereka secara mendalam. Mereka tidak berusaha menggunakan nalar dan rasio dalam memahami sebuah persoalan, meski ia berhubungan dengan akidah mereka yang paling mendasar. Begitu mereka mendengar suatu hal, mereka langsung menerimanya tanpa mencari dasar argumentasinya. Kebanyakan kaum muslim di jaman ini memiliki karakter semacam ini. Mereka terima setiap persoalan akidah agama yang diterangkan dengan dalil-dalil sederhana tanpa mereka renungi sebelumnya. Tingkatan akidah mereka sangat sederhana. Namun, dampak buruk faktor ini akan muncul ketika para pembangkit fitnah berupaya menyelewengkan akidah mereka dan tidak sekedar puas dengan keawaman mereka.
Pada dasarnya, salah satu rahasia kemaksuman pengganti Rasul saww adalah mencegah penyimpangan masyarakat. Meskipun begitu, semenjak wafatnya Rasul, pola hidup muslimin telah berubah. Seperti yang kita ketahui, Imam Ali as dalam kurun waktu dua puluh lima tahun kekuasaan tiga khalifah dan lima tahun pemerintahannya, telah berusaha keras mencegah penyimpangan kepercayaan dan akidah muslimin. Namun, upaya segelintir orang tidak akan berarti di hadapan sekian banyak orang yang memegang kendali kekuasaan politik dan kekuatan militer jaman itu. Dalam masa kekhalifahannya pun, Imam Ali as berulang kali memperlihatkan kekecewaan besarnya atas kebodohan dan kelalaian muslimin.
Ala kulli hal, Imam Ali as. tidak punya kesempatan yang cukup untuk membina dan membimbing rakyat. Dalam jangka lima tahun pemerintahannya, umur beliau banyak disita oleh berbagai peperangan. Perang Shiffin yang memakan korban seratus ribu orang berlangsung cukup lama. Begitu pula peperangan lainnya yang tidak meluangkan kesempatan kepada beliau guna membenahi pemikiran rakyat. Dalam kesempatannya yang singkat itu, beliau menyempatkan diri dan naik mimbar untuk menerangkan kebenaran dan mencegah mereka dari penyimpangan.
Bila kita mengkaji khutbah-khutbah Imam Ali as. dalam Nahjul Balaghah, kita akan dapatkan sitiran-sitiran beliau tentang orang-orang yang menyesatkan rakyat. Siapapun yang membaca khutbah-khutbah ini akan merasa heran terhadap kondisi yang memprihatinkan yang meliputi dunia Islam jaman itu, hingga Imam Ali as. mengeluarkan pernyataan-pernyataan ini. Sebelum ini, saya pernah singgung sebuah ucapan beliau “ Syubhah dinamakan demikian karena ia menyerupai (tusybihu) kebenaran. Dalam kondisi seperti ini, keyakinan adalah cahaya para wali Allah dan petunjuk-Nya adalah pembimbing mereka. Sedangkan seruan para musuh Allah adalah kesesatan dan penunjuk mereka adalah kebutaan (hati)”. Sekiranya pada zaman itu tidak ada fakta konkret untuk hal tersebut, tidak mungkin Imam akan berkata demikian.
Dari khutbah beliau ini, bisa dipahami bahwa pada masa itu banyak masalah yang menimbulkan syubhah (kerancuan pikiran) di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, Imam mengatakan bahwa syubhah itu di sebut syubhah karena dzahirnya menyerupai kebenaran, tapi hakikatnya adalah kebatilan. Tatkala kebenaran bercampur dengan kebatilan dan syubhah-syubhah merajalela, hanya para wali Allah-lah yang mampu bertahan, keyakinan mereka tidak goyah dan selamat dari kesesatan. Beliau tidak menyebut “ orang-orang mukmin “, tapi “ wali-wali Allah “. Artinya, tidak semua orang mukmin memiliki keistimewaan ini, tapi hanya wali Allah yang selamat dari kemelut itu. Di dalamnya, mereka seakan-akan menemukan tanda-tanda khusus yang menuntun mereka menuju hidayah. Dengan cahaya yang mereka miliki, para wali Allah itu dapat melihat tanda-tanda ini dan menempuh jalan kebenaran.
Dalam kondisi ini, para musuh Allah menyeru pada kesesatan. Pembimbing mereka adalah kebutaan. Apa yang bisa diharapkan dari orang buta untuk menunjukkan jalan? Sedemikian gelap hati-hati mereka hingga mereka pun tidak mempunyai pembimbing. Yang dapat mereka lakukan ialah mengajak masyarakat menuju kesesatan. Maka itu, hanya wali Allah-lah yang selamat dari kesesatan, sementata yang lain tertinggal dalam kegelapan dan kebutaan.
Dalam khutbah lain, Imam Ali as berkata,” Ada orang yang disebut alim, padahal ia jahil” . Beliau tidak katakan ini kecuali karena ada objek konkretnya di jaman itu. Beliau berkata, aku lihat sebagian orang yang menamakan diri mereka sebagai manusia alim, padahal mereka sendiri itu bodoh, tidak tahu apa-apa, sama sekali. Mereka hanya menjumput pemikiran-pemikiran batil orang lain lalu menyebutnya sebagai ilmu, wawasan dan pencerahan!
Penafsiran Subjektif atas Al-Quran
Lebih lanjut, beliau mengatakan “(dan) ia tafsirkan Al-Quran dengan pendapat pribadinya“. Orang yang tidak memiliki ilmu akan memaksakan ide, teori dan buah pikirnya ke atas Al-Quran; ide-ide batil yang ia pungut dari orang lain. “(dan) ia arahkan kebenaran menurut hawa nafsunya“. Ketika orang semacam ini ditanya tentang kebenaran, ia akan jawab sesuai selera dan hasratnya. Kata beliau lagi, “Ia berbentuk manusia, tapi berhati binatang yang tidak tahu kebenaran. Ia tidak tahu petunjuk Ilahi untuk ia ikuti dan tidak kenal kesesatan untuk ia hindari”. Di mata orang ini, kebenaran dan kebatilan bercampur lumpur, hingga ia tidak bisa lagi membedakannya. Modalnya hanya sejumput syubhah yang ia namakan sebagai ilmu.
Imam Ali as mengatakan hal ini di masa-masa pemerintahannya dan menegaskan keberadaan orang-orang semacam ini di tengah masyarakat. Beliau menyebut mereka sebagai “kumpulan mayat di tengah manusia hidup“. Pada masa itu pula, beliau mengeluhkan keberadaan mereka, karena akan menyebabkan orang-orang awam yang tidak kritis terpedaya oleh mereka. Jelas, ucapan-ucapan mereka akan sangat berpengaruh bila dibalut dengan bahasa-bahasa indah. Dengan adanya pemikiran-pemikiran menyesatkan ini, keyakinan dan akidah masyarakat akan goyah ketika mereka mendengar ucapan-ucapan yang berlawanan. Apalagi, ketika ucapan-ucapan ini keluar dari orang-orang yang dianggap alim. Wajar bila masyarakat akan kebingungan menentukan yang benar dan yang salah. Kondisi seperti ini akan melemahkan akidah masyarakat dan menyediakan sasaran empuk bagi orang-orang yang ingin menyalahgunakan masyarakat demi tujuan mereka. Masyarakat awam tidak punya fondasi pemikiran yang kuat. Mereka akan menerima ucapan orang lain yang dianggap menarik dan sesuai dengan penantian mereka. Sejalan dengan tabiatnya, manusia itu lebih cepat menerima hal yang selaras dengan keinginannya.
Apakah Tugas Sosial terhadap Masyarakat?
Dalam kondisi semacam ini, di saat syubhah-syubhah tersebar di tengah masyarakat dan ulama gadungan menyesatkan mereka, berapa lama waktu yang dibutuhkan Imam Ali as untuk menyadarkan masyarakat atas kekeliruan mereka selama ini? Minimal beliau butuh waktu dua puluh lima tahun. Namun, masa pemerintahan beliau hanya bertahan selama lima tahun, semenatara sebagian besar waktunya tersita oleh perang.
Di jaman Rasulullah saww, banyak peperangan berlangsung guna memerangi kemusyrikan dan kekafiran. Setelah wafatnya beliau, orang-orang berpikir bahwa jaman perang telah berlalu. Kenyataannya, perang kembali berlangsung di jaman pemerintahan Imam Ali as. Bedanya, perang di jamannya bukan antara iman dan syirik, tapi antara kelompok muslimin sendiri. Bukan hal mudah berperang melawan kelompok yang dipimpin oleh istri Rasul dan dikomandani oleh dua sahabat besar Nabi yang salah satunya adalah putra bibi beliau. Dalam lima tahun pemerintahan Imam Ali as, perang telah membuat masyarakat jemu, hingga mereka langsung menerima tawaran perdamaian Muawiyah di jaman Imam Hasan as.
Dengan begitu, Imam Husain as. berhadapan dengan generasi yang hampa dari pengetahuan tentang Islam, dengan oknum-oknum yang menyebarkan pemikiran sesat dan dengan masyarakat yang terpengaruh oleh mereka. Lebih parah lagi, orang yang akan duduk di kursi kekhalifahan adalah orang yang terang-terangan menentang syariat Islam. Tidak hanya penduduk Syam, bahkan penduduk Madinah pun, kecuali beberapa orang, semua berbaiat pada Yazid. Dalam kondisi ini, wajar bila akidah seseorang jadi gamang dan goyah.
Di jaman beliau, tidak ada basis-basis pemikiran yang kokoh, tidak ada lagi nilai-nilai yang tersisa hingga bisa menjadi pegangan rakyat. Akidah mereka diguncang, nilai mereka telah hilang. Orang yang tidak memiliki daya nalar kuat akan cepat gamang walau hanya berhadapan dengan argumentasi yang sederhana sekalipun.
Adapun kisah pengkhianatan penduduk Kufah atas baiat Imam Husain as. Pada mulanya, nurani mereka lebih terjaga dibanding penduduk daerah-daerah lain. Hal ini disebabkan kedekatan mereka dengan Imam Ali as semasa pemerintahan beliau di Kufah dan jauhnya mereka dari hiruk pikuk Syam. Mereka paham betul borok Bani Umayah dan bahayanya bagi Islam. Fitrah nurani mendorong mereka untuk menentang Muawiyah dan Yazid serta mendukung Imam Husain as. Oleh karena itu, mereka undang Imam datang ke Kufah. Namun, kenuranian fitrah mereka tidak didukung kekuatan iman dan nalar yang memadai. Selain itu, mereka tidak memiliki emosi manusiawi dan religius yang kuat sebagai pendukung akidah mereka. Tampak bagaimana mereka cepat goyah dan merubah keyakinan mereka.
Dalam keadaan demikian ini, Ubaidillah bin Ziyad masuk Kufah dan orang menyangka bahwa ia adalah Imam Husain as. Dengan muka tertutup, Ubaidillah beserta pasukannya memasuki Kufah dan menduduki Darul Imarah (istana gubernur). Berbekal pengetahuannya tentang penduduk Kufah, dengan ancaman atau iming-iming hadiah, ia melarang mereka membaiat Imam Husein. Ia diamkan para sesepuh dan tokoh-tokoh kabilah dengan jejalan hadiah. Lalu ia kumpulkan rakyat di masjid Kufah dan berpidato bahwa Yazid adalah penguasa yang sah dan berdaulat. Para penentangnya adalah penentang Islam dan harus ditumpas. Maka dari itu, ia tidak ijinkan seorang pun untuk berbaiat kecuali dengan Yazid. Ia juga perintahkan agar orang-orang seperti Muslim bin Aqil, Hani bin Urwah dan para sahabat Imam Husain as. dihukum mati dan jenazah mereka dibuang di jalan.
Menyaksikan situasi semacam ini, otomatis rakyat ketakutan dan mundur. Wajar bila orang-orang seperti di atas akan mundur ketakutan dalam kondisi semacam ini. Yang perlu kita pertanyakan adalah, mengapa mereka hunus pedang dan memerangi Imam Husain as ?
Karbala, di antara Kerakusan dan Kemunafikan
Salah satu motif mereka melakukan hal ini, imingan harta duniawi yang ditawarkan pada mereka. Bila bukan karena janji-janji yang diberikan kepada orang seperti Umar bin Sa’ad, orang seperti dia tidak akan memerangi Imam Husein. Umar bin Saad bukan orang biasa. Ayahnya, Sa’ad bin Abi Waqqash, adalah salah seorang komandan perang terkemuka di jaman para Khalifah. Dialah yang memimpin penaklukan Iran dan Irak. Maka, sekali lagi, Umar bukanlah orang biasa. Dia dikelilingi ribuan pendukung dan dia sendiri adalah calon gubernur Iran. Di jaman itu, Iran adalah negeri impian. Ia dijanjikan menjadi gubernur Rei, ibu kota Iran. Di masa Bani Umayah, gubernur bukan sekedar pelaksana undang-undang, tapi juga penguasa harta rakyat dan Baitul Mal. Seorang gubernur dapat membelanjakan uang rakyat sesuka hatinya. Tidak seperti masa Imam Ali as, pemerintahan jaman itu bersifat diktator.
Orang elit seperti Umar diberikan janji semacam ini. Bisa kita bayangkan, ketika seorang komandan perang yang mempunyai ribuan pendukung, bermaksud memerangi Imam Husain as, wajar bila banyak orang mengikutinya. Khususnya, orang-orang awam yang hanya mengikuti kepala suku atau kabilahnya.
Sebagian rakyat pun, sejak awal tidak memiliki iman dan memeluk Islam dengan tujuan duniawi. Misalnya, di hari pembaiatan Utsman sebagai Khalifah, Abu Sufyan mengumpulkan kerabatnya di rumah Utsman dan berkata,” Aku bersumpah bahwa tidak ada surga dan neraka. Kita bertikai dengan Bani Hasyim hanya untuk merebut kekuasaan. Sekarang, kekuasaan sudah ada di tangan kita. Maka, gulirkanlah kekuasaan ini di tangan-tangan kalian dan jangan berikan ke orang lain.”
Anak dari orang seperti ini yamg telah berkuasa atas Syam ingin menobatkan Yazid, cucunya, sebagai khalifah muslimin dan mengambil baiat dari mereka. Para komandan dan pejabat mereka pun setali tiga uang dengan mereka.
Dengan penjelasan ini, mungkin kita bisa sedikit pahami faktor-faktor terjadinya tragadi Karbala. Tentunya, orang yang ingin lebih jelas mengetahui hal ini, harus merujuk buku-buku sejarah. Dari sana, akan diketahui apa yang dilakukan Bani Umayah dalam menipu rakyat. Sekarang, kita akan bahas uraian historis jaman Imam Husain as hingga kita lebih mengenal lagi akar peristiwa Karbala.
Di Pihak Manakah Kita?
Pertanyaan pertama yang terlontar di awal pembahasan adalah mengapa tragedi Karbala itu terjadi? Namun, pertanyaan yang lebih penting adalah, apakah kita ini tidak termasuk dalam penduduk Kufah? Di barisan Sahabat Imam Husain as ataukah di dalam pasukan Kufah? Selama ini, kita anggap mereka sebagai pengkhianat dan slogan kita adalah “ Kami bukan penduduk Kufah yang menelantarkan Ali sendirian “. Saya yakin, rakyat kita meneriakkan slogan ini dari lubuk hati mereka. Namun, putaran roda kehidupan akan menciptakan kejadian-kejadian yang bisa mengubah akidah manusia. Sebelum ini, ada orang-orang yang juga meneriakkan syiar ini, tapi kemudian mereka berbalik dari keyakinan mereka. Yang harus dipikirkan oleh kita adalah andai kita berada di jaman Imam Husain as, di manakah kita? Apakah kita termsuk tujuh puluh dua sahabat Imam Husain as atau barisan puluhan ribu pasukan Syam dan Kufah atau orang-orang yang bersikap netral?
Memang dalam doa ziarah, kita sering katakan “ Andai saja kami bersama kalian hingga kami dapatkan keberuntungan besar “. Mungkin kita memang harapkan hal ini. Tapi, apakah kita yakin dalam masa semacam itu, kita tetap punya harapan ini? Apakah kita yakin kita tetap netral meski kita tidak perangi Imam Husain as? Seperti yang kita ketahui, ada sebagian orang yang diajak Imam Husain as menyertainya. Sebagian mereka, seperti Ubaidillah bin Hur Ja`fi, adalah sahabat Imam Ali as. Imam Husain as pergi menemuinya dan mengajaknya ikut serta. Menjawab ajakan beliau, dia katakan: aku serahkan kuda dan pedangku untuk anda gunakan. Imam menjawab,” Ambil pedang dan kudamu dan pergi dari sini! Bila kau tetap di sini dan kau dengar seruan minta tolong kami, namun kau tidak bantu kami, sungguh kau akan kekal di neraka. Pergi dari sini supaya tak kau dengar seruan tolong kami!” Andai kita hidup di jaman itu, apakah kita yakin akan lebih baik dari Ubaidillah bin Hur?
Bila kita ingin menguji diri kita, harus kita lihat apakah ada kondisi serupa jaman itu di masa sekarang? Bila ada, berpengaruhkah dampak buruknya pada diri kita? Apakah kecenderungan rakyat kita berbuat dosa lebih kecil atau malah lebih besar? Di tahun-tahun ini, apakah acara hura-hura semakin bertambah atau tidak? Benarkah keyakinan rakyat terhadap Islam semakin kuat atau sebaliknya? Bila majlis-majlis duka di rumah kita berganti dengan acara lain, di saat itu kita harus ragukan kesetiaan kita terhadap Imam Husain as. Bisakah kita anggap diri kita termasuk sahabat beliau? Bila tidak, apa sebabnya? Sebabnya sama dengan faktor-faktor yang membuat penduduk Kufah menyimpang di jaman itu. Bila faktor-faktor itu ada di tengah masyarakat, kita harus mengkhawatirkan penyimpangan masyarakat kita. Semoga hal ini tidak akan terjadi! Namun, kita harus tetap mewaspadai timbulnya faktor-faktor ini.
Salah satu faktornya adalah lemahnya budaya berfikir. Bila akidah kita tidak berdasarkan logika dan kita tidak miliki argumen kebenaran akidah kita, harus kita khawatirkan masa depan kita. Kenapa kita tidak lakukan pengkajian? Karena kita tidak telaten. Kita hanya tahu di jaman gaibnya imam, kita harus taati wali faqih. Tapi kita tidak tahu dalilnya. Ketika kita tidak tahu dalilnya, akidah kita akan goyah di hadapan sebuah syubhah. Para wali Allah selamat menghadapi syubhah karena keyakinan mereka dan akidah mereka berdasarkan argumen kuat. Ketika syubhah-syubhah menyebar di tengah masyarakat dan tidak ada yang tergerak untuk menjawabnya, kita harus khawatir tertimpa bencana yang menimpa penduduk Kufah. Bila hukum-hukum Allah diinjak-injak dengan alasan menjaga jiwa ‘toleransi‘, lalu kita duduk berdiam diri, niscaya suatu saat nanti orang-orang akan berbaiat dan mengakui kepemimpinan orang seperti Yazid.
Kalau bukan karena mental toleransi dan ketidakacuhan rakyat, apa lagi yang bisa menyebabkan orang seperti Yazid dibaiat? Orang-orang yang ingin mendirikan Yazidisme di negara ini, menyebarluaskan semangat toleransi dan ketidakacuhan di tengah masyarakat. Toleransi adalah awal budaya anti keagamaan. Bila kita acuhkan hukum agama dan kita katakan tidak boleh ikut campur urusan orang lain, niscaya kita akan sama seperti penduduk Kufah. Padahal, bisa dikatakan bahwa penduduk Kufah di jaman itu lebih baik dibanding penduduk kota lain. Kondisi penduduk Madinah membuat Imam Husain as putus asa mengharap bantuan mereka, karena sejak awal, mereka telah berbaiat pada Yazid. Sedangkan pada mulanya, penduduk Kufah mengundang Imam Husain as untuk dibaiat sebagai khalifah.
Faktor penting lain terjadinya tragadi Karbala, melemahnya fondasi akidah dan asas pikiran muslimin di jaman itu. Sekarang ini, kita harus ambil pelajaran dari sejarah. Bila kita pendukung setia Wali Faqih, keyakinan kita harus berdasar argumen. Kita harus pelajari dalil-dalil kewajiban mentaati Wali Faqih. Bila ini tidak kita lakukan, akidah kita akan goyah di hadapan sanggahan kritis dan syubhah. Seorang remaja berusia tiga belas tahun mengikat granat di pinggangnya dan pergi ke bawah tank , karena ia yakin di saat syahadah, kepalanya berada di pangkuan Imam Husain as. Namun, bila dikatakan bahwa keyakinan semacam ini hanya sebuah slogan emosional dan retorika belaka, ini sama dengan ucapan Abu Sufyan bahwa tidak ada surga dan neraka.
Bila seorang dosen mengatakan bahwa,”Firman Tuhan tidak selalu benar dan kita tidak punya bukti atas kebenaran firman-Nya“, atau bila seorang dai mengatakan,” Al-Quran bisa dikritisi dan tidak semua isinya benar “, kemudian kita hanya menyimak lantas berdiam begitu saja, apakah dengan cara ini kita cukup yakin menjadi bagian dari tujuh puluh dua sahabat Imam Husain as?
Sejarah yang besar dan Asyura yang agung mengajarkan kepada kita satu dari sekian pesan-pesannya yang besar dan agung, bahwa kita harus berupaya mengokohkan akidah kita lewat acara-acara keagamaan yang bermutu. Ada sisa tanggung jawab yang harus kita pikul, yaitu menjaga nilai-nilai dan pergerakan Islam tetap hidup.
Muhammad Taqie Misbah Yazdi
(disarikan dari Dar Partuye Ozarakhsy, Muassasah Omuzes wa Pezuhesi, Qom 2002)

Sekilas tentang kabbalah


by konspirasi on November 22, 2009
ImageKabbalah atau Qibil dalam bahasa Ibrani awalnya adalah istilah yang neutral, yang secara harfiah memiliki arti sebagai ‘lisan’. Namun belakangan, ketika kaum Yahudi menggunakan istilah ini untuk menyembunyikan dan memelihara kepercayaan mistis-esoteris kelompok mereka, maka istilah ini menjadi sangat politis. Encarta Encyclopedia (2005) menuliskan bahwa istilah Kabbalah berasal dari bahasa Ibrani yang memiliki pengertian luas sebagai ilmu kebatinan Yahudi atau Judaism dalam bentuk dan rupa yang amat beragam dan hanya dimengerti oleh sedikit orang.
Kabbalah ini mempelajari arti tersembunyi dari Taurat dan naskah-naskah kuno Judaisme. Walau demikian, diyakini bahwa Kabbalah sesungguhnya memiliki akar yang lebih panjang dan merujuk pada ilmu-ilmu sihir kuno di zaman Fir’aun yang biasa dikerjakan dan menjadi alat kekuasaan para pendeta tinggi di sekitar Fir’aun. Kabbalah ini sarat dengan berbagai filsafat esoteris dan ritual penyembahan serta pemujaan berhala, bahkan penyembahan iblis, yang telah ada jauh sebelum Taurat-Musa dan telah menyebar luas bersama Judaisme, yang seluruhnya berurat-berakar pada praktek-praktek kebatinan serta penyembahan dewa-dewi di zaman Mesir Kuno. Hal tersebut diutarakan pakar sejarah Yahudi Fabre d’Olivet. “Kabbalah merupakan suatu tradisi yang dipelajari oleh sebagian pemimpin Bani Israil di Mesir Kuno, dan diteruskan sebagai tradisi dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, ” jelas d’Olivet. Banyak kalangan percaya, Kabbalah adalah induk dari segala induk ilmu sihir yang ada di dunia hingga hari ini.
Merunut akar Kabbalah bukanlah hal yang mudah dilakukan. Para sejarawan Barat menyepakati bahwa Kabbalah merupakan kepercayaan inti dari kelompok mistis tertua dunia yang dikenal dengan sebutan Brotherhood of the Snake (Kelompok Persaudaraan Ular). Rezim Raja Namrudz di Babilonia dan Firaun di Mesir merupakan tonggak-tonggak awal yang amat penting bagi perjalanan kepercayaan ini. Di masa-masa pra dan awal Perang Salib, sekitar abad ke-11 Masehi, Kabbalah mulai menampakkan diri di daerah Perancis Selatan. Peneliti Kabalah Barat, Olivia Prince dan Lynn Picknet, yang kemudian menulis The Templar Revelation, menyatakan bahwa pembawa ajaran ini salah satunya adalah kedatangan sepasukan ksatria Yohanit dari Calabria, Belgia, ke sebuah wilayah yang dikuasai Mathilda de Tuscany dan Godfroi de Boullion.
Ksatria-ksatria Yohanit ini tidak lama tinggal di Perancis. Mereka pergi dan meninggalkan Peter si Pertapa (Peter The Hermit) yang kemudian menjadi “murabbi” bagi Godfroi de Bouillon. Peter ini kemudian menyusup ke Vatikan dan menjadi provokator bagi Paus Urbanus II yang kemudian mengobarkan perang salib guna merebut Yerusalem dari kekuasaan umat Islam. Dalam serangan Tentara Salib pertama di tahun 1099, baik Peter maupun Godfroi menjadi panglima bagi pasukannya masing-masing. Di hari kejatuhan Yerusalem, Godfroi mendirikan Ordo Biarawan Sion dan 20 tahun kemudian membentuk ordo militer Knights Templar, yang kemudian pada 1307 di Skotlandia mengganti namanya menjadi Freemasonry.

Bangsawan dan Ningrat Hitam Eropa – The Black Nobility


by konspirasi on November 12, 2009
ImageOrang-orang ini mendapat gelar “Black“ nobility karena ketidakpedulian mereka terhadap moral dan kepantasan perbuatannya. Mereka melakukan pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, perampokan, dan semua kejahatan penipuan lain yang cakupannya lebih luas lagi, menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan-tujuannya. Mereka mempunyai segala kekayaan. Dan uang adalah kekuasaan.
Keluarga-keluarga yang paling kuat ada di Itali, Jerman, Swiss, Inggris, Belanda, dan Yunani. Akar mereka dapat dilihat dari penelusuran kembali pada oligarki Venesia, yang mana merupakan keturunan Khazars, dan menikah dengan sesama mereka kemudian menjadi keluarga kerajaan pada awal abad ke12.
(Setelah kemenangan besar Khazars terhadap Arab, Raja masa depan, Constantine V, menikahi anak perempuan raja Khazars dan anak mereka menjadi Emperor Leo IV, juga dikenal sebagai “Leo the Khazars”. Para Paus, seperti Medici, dan Pius XII (Eugenio Pacelli) adalah orang Khazars, seperti Paus yang sekarang, John Paul II. Tidak semua Black Nobility mempunyai royal houses, banyak keluarga royal sekarang tidak mempunyai kerajaan. Menurut peneliti dan penulis Dr. John Coleman, mereka membentuk “Committee of 300” pada awal abad ke 18, “meskipun tidak muncul sampai kira-kira tahun 1897”, (ketika perdagangan opium China dilegalkan)
Bukti dokumenter keberadaan Committee of 300 belum ada, dan hanya frase yang nyaman untuk menggambarkan pemain utama di dalamnya. Politisi sosialis dan penasihat keuangan the Rothschilds, Walter Rathenau, tulisannya dalam Wiener Press (24 Desember 1921) menyatakan,
“Hanya 300 orang, setiap orang mengetahui siapa saja yang harus memerintah dan menentukan nasib Eropa. Mereka memilih hanya orang-orang seperkumpulannya saja sebagai perwakilan dalam pemerintahan. Orang-orang ini mempunyai sarana untuk menghancurkan suatu bentuk negara yang mana tidak berpihak pada mereka”
Tepatnya setelah 6 bulan dipublikasikan, Rathenau dibunuh.
Tulisan Dr. Coleman membuka jalan untuk mempelajari lebih lanjut pada nama-nama anggota ruling elite yang telah disebutkannya, khususnya di Amerika. Di mana bangsa Inggris punya sejarah panjang dan sangat awas dalam hal keturunan, keluarga-keluarga berdarah biru tertentu di Amerika Serikat yang mempunyai keterkaitan sejarah dengan Inggris melalui darah dan uang.
Keluarga-keluarga “kerajaan” ini yang berada dibelakang gerakan-gerakan peduli lingkungan yang sebenarnya bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan penduduk dunia. Pangeran Philip dan Pangeran Charles adalah simbol yang paling dapat dilihat dalam gerakan ini, dan merupakan bagaian yang nyata dari konspirasi ini untuk menghancurkan industri dan mengembalikan dunia ke jaman kegelapan baru.
Kebanyakan mereka, meskipun tidak semua, baik yang bertahta ataupun tidak dari dinasti ini menikmati pendapatan yang besar dari sewa tanah. Semua usaha Global 2000 Report kepada President yaitu untuk menghancurkan kemajuan industri, dengan kelaparan, penyakit dan perang, mengurangi kepadatan penduduk yang mana industri mendukungnya. Mereka semua menentang tenaga nuklir yang dapat menghasilkan energi listrik murah , kunci kemajuan ekonomi dan kesejahteraan di Dunia Ketiga. Mereka sangat berkeinginan untuk mengembalikan kepada sistem feodal di mana mereka sebagai kepala pemerintahannya.
ImageMeskipun memeluk agama Kristen, keluarga-keluarga oligarki the black nobility ini, untuk bagian yang lebih besar dari agama ini, sebenarnya tidak mengakuinya secara rahasia. Masonry memenuhi kebutuhan mereka sebagai agama. Dan tanpa keimanan, mereka tidak mempercayai akan adanya akhirat dan adanya punishment and reward. Mereka hanya hidup untuk masa sekarang (dunia)
Banyak dari oligarki ini yang melakukan perdagangan senjata dan obat-obatan terlarang melalui perantara yang jauh (seperti banyaknya bank-bank besar).
Pada 1815 Jesuit dan Freemasonry saling bersekutu dengan para pemegang tahta Eropa lalu mengadakan Kongres Vienna, di mana netralitas Swiss (sudah diberikan sanksinya sebagai negara netral oleh the Peace of Westphalia pada tahun 1648) selamanya dijamin; dan biarpun banyaknya perang yang dilaksanakan di mana manusia harus berperang, uang para Nobility di Swiss selalu bebas dari penjarahan. Ini adalah bagian dari rancana jangka panjang yang hati-hati Rothschild, dan kenapa Swiss masih ada sampai saat ini. Tetapi ini tidak berarti uang anda akan aman. Sekitar 280 miliyar dollar per tahun in flight capital dan uang obat-obatan terlarang mengalir kedalam rekening Black Nobility.
Kedudukan Freemasonry dalam struktur kekuasaan para elit sangat jelas sebagaimana mereka menjalankannya melalui konspirasi Adam Weishaupt untuk membalas setelah para Jesuit dihancurkan pada tahun 1773 oleh Paus Clement XIV “mereka dianggap sebagai immoral dan jahat kepada gereja dan agama”. Dengan meluncurkan Revolusi Perancis dan mengatur petualangan Katholik Eropa Napoleon, dan pemberontakan atas gereja di Meksiko dan Amerika Latin, mereka memutus pendapatan Vatikan.
Pembiayaan Nathan Rothschild pada Inggris raya menghasilkan kekalahan Napoleon sebagai musuh Roma, (sebagaimana juga menjadi sumber kekayaan dan pengaruhnya). Semenjak Gregory XVI memberikan jabatan kepausan pada Kalman Rothschild karena telah meminjamkan Vatikan 5 juta pounds pada masa sura, Rothschilds telah menjadi agen fiskal Vatikan. Dengan penguasaan Vatikan ini, Rothschilds memperluas kekuasaan finansial dan politiknya di Amerika Serikat. Kepentingan-kepentingan Vatikan di AS secara jelas terkuak dalam Treaty of Verona yang rahasia tahun 1822 antara Austria, Perancis, Prussia, dan Russia dimana the Jesuit Order pledged itself as the price of reinstatement to destroy “the works of Satan” it had established in setting-up, by revolution, representative governments such as the republics and “democracies” of France and the USA, replacing them with the only form of government approved by the church, rule by “divine right”, as declared by the Vatican (Daniel 2:42-43; Revelation 17:12-13).
Sebagaimana yang dinyatakan Robert Owen kepada Senat AS pada tahun 1916, target utama yang mana Vatikan dan “Holy Alliance” mengatur aktivitas Society of Jesus yang destruktif dan subversif, adalah AS, dan negara-egara republik lain di Western Hemisphere. Rencana ini, dia menganggap, adalah target yang mana Doktrin Monroe dikeluarkan. Apa yang tidak disadari oleh Senator ialah bahwa Doktrine Monroe melindungi kepentingan-kepentingan Kota London”.
Usaha persekutuan Rothschild-Vatikan untuk menguasai perekonomian AS melalui Bank of United States kesatu dan kedua gagal. Bank tersebut dibentuk di bawah kekuasaan emergensi yang diberikan kepada Presiden oleh konstitusi, sebagaimana institusi sementara digunakan untuk membantu negara melalui periode krisis finansial yang disebabkan oleh Perang Revolusi 1812. Tetapi sasaran para konspirator untuk membentuk monopoli bank dihalangi oleh konstitusi. Sampai FED.
Dikatakan the Black Nobility menjanjikan Jerman yang netral jika Soviet Rusia diijinkan. Persatuan antara Jerman Barat dan Timur. Dan bahwa Rusia berjanji untuk memberikan royal houses kepada pemiliknya jika mereka memisahkan Eropa dari Aliansi Amerika.
Imperial Nobility menikmati status yang ditinggikan lebih dari pada nobility negara berhasil Jerman dan negara Itali. Keturunan gelar Kekaisaran Roma Italia telah membentuk sebuah Asosiasi yang mana semua keturunan pria dari seseorang yang mempunyai gelar menurut Imperial Patent diberikan juga gelarnya. Dan kerajaan Liechtenstein juga sudah mengklaim kemampuan untuk membenarkan keberhasilan menjadi gelar Imperial, dan sudar membenarkan pula hak sebagai Spanish noble man untuk mendapatkan gelar tersebut sebagai tujuan hukum Spanyol membutuhkan negara succeessor untuk membenarkan bahwa klaim untuk gelar yang dimaksud menurut fakta adalah keturunannya. Maka ada jurisdiksi tersisa, meskipun tidak ada gelar Imperial yang diberikan semenjak 1806.
Pada tahun 1963, the Holy Roman Empire Association (associazione dei Nobili del Sacro Romano Impero) dibentuk untuk menyatukan keturunan-keturunan laki-laki dalam keanggotaannya yang mana diberikan gelar nobility of the Holy Roman Empire. Ini juga termasuk anggota-anggota honorary.
Black Nobility termasuk dalam Committee of 300 yang mana mempunyai kontrol terhadap UN. Pangeran Belanda Bernhard mempunyai kekuasaan untuk memveto pilihan Vatikan terhadap siapapun Paus yang dipilih Vatikan. Ini dapat menjelaskan akhir yang cepat bagi masa jabatan Paus John Paul I yang pada waktu itu hanya 33 hari. Pangeran ini mempunyai kekuasaan veto karena keluarganya, the Habsburgs, adalah turunan langsung dari kaisar Roma yang terakhir. (The Habsburg Frederick III adalah kaisar terakhir di Roma; anak buyutnya Charles V adalah yang terakhir ditahtakan oleh Paus). Ini adalah kesetaraan sipil dari Klaim Paus “apostolic Succession” dari Saint Peter.
Pangeran Bernhard adalah pemimpin Black Families dan dia juga mengklaim keturunan dari House of David melalui dinasti Merovingian, sebuah klaim yang diakui validitasnya oleh dinasti Carolingian yang telah menggantikannya. Oleh monarki yang lain dan oleh gereja Roma pada saat itu. Maka dia bisa berkata bahwa dia adalah keturunan Yesus.
ImageHouse of Orange-nya Pangeran Bernhard mempunyai asal dari Perancis. The Habsburgs terhubung dengan pernikahannya dengan the Merovingians, yang mana dikatakan sebagai keturunan dari Tribe of Benjamin diasingkan setelah perang dengan sebelas Tribes yang lain – lihat Judges bab 21. Pengasingan membawa mereka ke Arcadia di Peloponnese tengah, Yunani. Di sini mereka menyatukan diri dengan garis royal Arcadia dan menuju kedatangan era Kristen, bermigrasi ke Danube dan Rhine, melalui perkawinan menghasilkan the Sicambrian Franks – asal muasal dari the Merovingians, yang mempunyai asal semit, dan keturunan dari Raja Saul.
Mereka sangat dekat dengan Spartan, dan kedua buku Maccabee menghubungkan Spartan dengan Yahudi. I Maccabees 12 menceritakan bahwa Jonathan mengirim sebuah surat kepada Lacedemonians (Spartan Yunani) meminta bantuan, karena mereka bersaudara. Spartan membalas,
“Telah ditemukan di dalam tulisan, bahwa Lacedemonians dan Yahudi adalah saudara dan bahwa mereka adalah keturunan Ibrahim” (Verse 21).
Ini diasumsikan oleh sebagian penulis bahwa ini berarti Spartan adalah orang-orang Israel, tetapi Spartan bukan Israelites mereka adalah Edomites keturunan dari Bela anak Beor dan saudara Baalim, dan Raja Edom (Genesis 36:32; I Chronicles 1:43). Edom adalah anak dari Isak dan cucu Ibrahim yang telah menjual segala warisan dan beranak pinak keluar dari the Book of Life.
Awal abad ke 5 the Merovingians membentuk negara bagi mereka yang sekarang disebut Belgia dan Perancis bagian utara. Di sana mereka menganut the Cabalistic pseudo-Christianity of the Catharsm, agama dualistik yang mempercayai ada dua tuhan abadi, god of Good dan the god of Evil. Ini menunjukan bahwa kepercayaan Luciferian ini dianut pula oleh Masons tingkat derajat tinggi dan mereka yang akan menjadi Master dunia ini pada jaman sekarang, dan yang mengklaim bahwa Lucifer akan muncul menjadi pemenang .
Di bawah Clovis I, yang berkuasa dari 481-511, the Franks menganut Roman Catholicism. Melalui dia, Roma mulai membangun supremasi yang kuat di Eropa bagian barat. Sebagai imbalan karena telah menjadi pedang Roma di mana gereja dapat menjalankan kekuasaannya dan menerapkan dominasi spiritual, Clovis diberi gelar “New Constantine” dan untuk menjalankan kekuasaan di “Holy Roman Empire” berdasar pada gereja dan diperintah pada level sekular dalam kelanggengan oleh keturunan Merovingian. Seperti “pengampunan David”, ini adalah pakta yang bisa di modifikasi, tetapi tidak bisa dibatalkan, dihapus atau dikhianati.
Mereka percaya Yesus selamat dari penyaliban dan menikahi Mary Magdalene yang melahirkan putranya lalu hidup secara diam-diam di selatan Perancis. Selama abad ke 5 keturunan Yesus ini dikatakan telah menikah dengan keturunan royal the Franks menghasilkan dinasti Merovingian.
Ketika pada tahun 496 gereja mengabdikan dirinya secara langgeng kepada keturunan Merovingian ini bisa dikatakan karena identitas mereka. Ini dapat menjelaskan kenapa Clovis ditawarkan status Kekaisaran Suci Roma, dan kenapa dia hanya ditahtakan sebagai raja. Pada 754 gereja secara diam-diam menghianati paktanya.
The Prieure de Sion adalah nama komunitas rahasia yang telah membuat the Knight Templars sebagai sayap militer dan pemerintahan. (perlu diingat bahwa Knight Templars adalah dulunya yang menjalankan kekuasaan di Freemasonry). Prieure de Sion terus berfungsi melalui abad, bertindak secara rahasia, dan membelakangi kejadian-kejadian penting di sejarah Barat.
Ia masih ada sekarang dan masih beroperasi. Tujuan mereka yang dideklarasikan ialah restorasi dinasti Merovingian dan keturunannya – kepada tahta atas tidak hanya Perancis, tetapi semua negara Eropa juga – restorasi yang dibenarkan secara legal dan moral.
Ada bukti kuat untuk menyarankan bahwa komunitas ini adalah pembentuk Freemasonry, dan “The Protocols of the Learned Elder of Sion”, juga the Rosicrucians. Ada banyak bukti juga yang mengatakan bahwa Nostradamus adalah salah satu agen rahasianya, dan tidak disangsikan lagi bahwa banyak quatrains-nya yang merujuk pada kemunculan “ le Grand Monarch” mengindikasikan bahwa keinginan utama yang berdaulat ini berasal dari dinasti Merovingian. Menandai hegemoni dobel dari Papacy dan kekaisaran, dari Vatikan dan Habsburg. Nostradamus secara sering merujuk secara eksplisit pada Knights Templars dan pada house of Lorraine yang mana sekarang sinonim dengan the Habsburgs.
Walaupun didepak dari kekuasaannya pada abad ke 8, keturunan Merovingian tidak punah. Sebaliknya keturunannya memunculkan diri kembali dalam keturunan Dagobert II dan anaknya Sigisbert IV. Dengan alat persekutuan dinasti dan perkawinan, keturunan ini termasuk Godfrei de Bouillon, yang merebut Jerusalem pada tahun 1099, dan berbagai keluarga royal dan noble yang lain, dulu dan sekarang – Blanchefort, Gisors, Saint-Clair (Sinclair di Inggris), Montesquieu, Montpezat, Poher, Luisignan, Plantard dan Habsburg-Lorraine. Pada masa sekarang, keturunan Merovingian menikmati klaim sah terhadap peninggalannya.
Tahta Charlemagne – sebuah replika dari yang mana sekarang bagian dari tanda imperial Habsburg – dikatakan telah membawa prasasti “Rex Salomon” (encylopaedia Britannica, 14th Ed., 1972, Crown and Regalia, Fig 2). Dan the “Spear of Destiny”, yang dikatakan digunakan untuk menusuk Kristus, sekarang berada di Treasure House, Viena, menanti Holy Roman Emperor yang lain (The Rigby Joy of Knowledge Library. History and Culture I, 1977:160; The Holy Roman Empire, Friedrich Heer, halaman. 284). Ini jelas kenapa “Protocols of the Elders of Sion” berbicara tentang seorang raja baru “dari bibit Suci David”, (Holy Blood and Holy Grail, Baigent, Leigh and Lincoln). Otto von Habsburg sekarang bergelar Duke of Lorraine dan King of Jerusalem.
The Prieure de Sion mengklaim memegang harta yang hilang dari Kuil Jerusalem yang dirampok oleh Titus di tahun 70 AD yang akan dikembalikan ke Israel “pada waktu yang tepat”. Ini dapat menjelaskan kenapa Roma harus tunduk pada “raj-raja dunia” dan bagaimana Roma akan menandatangani kontrak dengan Yahudi yang telah lama bersembunyi di balik tameng baptisme.
Pangeran Bernhard sebenarnya terikat dengan Khazar, dan maka dari itu Gentile (orang bukan Yahudi). Revelation 2:9, “ Saya tahu pekerjaan mu, dan kesengsaraan, dan kelaparan, (tetapi kamu kaya) dan Saya tahu penyimpangan mereka yang mengatakan mereka Yahudi, dan ternyata tidak, namun adalah penyembahan terhadap Setan.”
Diantu oleh CIA, Pangeran Bernhard telah membawa badan Illuminati rahasia kepada pengetahuan publik sebagai The Bilderberge Group. (dibentuk pada tahun 1954, markasnya di Smidswater 1, Den Haag, Belanda). Di dalam Bilderberg Group adalah 39 anggota Illuminati yang dipilih dari 3 komite diambil dari anggota-anggota semua group rahasia yang terdiri dari Illuminati:
• The Freemasons
• The Vatican
• The Black Nobility
Kantor kerja komite ini ada di Swiss.
The Commitee of 300 sekarang menyebut diri mereka World Government Founders untuk NWO. Sebuah referensi yang tidak dapat disangkal lagi klaim secara turun temurun pada “Divine Right of Kings”. Ini penting sekali bagi kita untuk menyadarinya secara pribadi, the Black Nobility menolak untuk mengakui pemerintah mana pun kecuali yang merupakan keturunan mereka dan mempunyai hak divine untuk memerintah. Mereka percaya Amerika Serikat masih milik Inggris. Dan bekerja keras di belakang layar untuk mencapai kondisi dimana mereka dapat mendapatkan kembali tahtanya.
Setiap dinasti royal dan noble Eropa lalu dan sekarang mempunyai keanggotaan di Commitee of 300, seringnya oleh orang-orang yang dinominasikan. Ada banyak sekali keluarga-keluarga “royal” ini untuk mereka masing-masing untuk menjadi perwakilan di the Commitee of 300. Perintah ditentukan oleh kedudukan : pertama anggota-anggota keluarga royal, lalu dukes, earls, marquises dan lords, lalu terakhir “commoners”, yang biasanya mendapat gelar “Sir”.
diterjemahkan oleh: akhirzaman.info
original source: http://www.illuminati-news.com/

Samiri dan Patung Anak Lembu


by konspirasi on November 10, 2009
ImageDalam Alquran, diceritakan bahwa setelah Nabi Musa AS bersama umatnya (Bani Israil) keluar dari Mesir dengan menyeberangi Laut Merah dari kejaran Firaun, Nabi Musa kemudian pergi ke sebuah bukit untuk bertemu dengan Allah SWT.
Umatnya yang ditinggalkan bersama dengan Nabi Harun AS lantas merasa kepergian Musa terlalu lama. Karena itu, mereka kemudian meminta Nabi Harun AS untuk membuat sesuatu sebagai sesembahan mereka. Nabi Harun AS menolak permintaan Bani Israil ini.
Namun, Nabi Harun tak kuasa melawan desakan kaumnya yang terus memaksakan diri untuk membuat sebuah patung sebagai sesembahan. Hingga akhirnya, melalui sebuah pengkhianatan salah seorang pengikutnya, yaitu Samiri, Bani Israil berhasil membuat sebuah patung berupa anak lembu (sapi). Patung anak lembu itu terbuat dari emas.
Ketika keluar dari Mesir, banyak kaum Bani Israil yang membawa perhiasan mereka. Perhiasan-perhiasan itu kemudian dibakar hingga meleleh, lalu oleh Samiri dibuat patung anak lembu.Ketika Musa kembali, dia sangat kaget melihat perilaku umatnya itu. Musa pun marah. Cerita ini selengkapnya dapat dilihat pada surah Thaha ayat 85-98 dan al-A’raf ayat 148-154.
Patung anak lembu
Samiri adalah salah seorang umat Nabi Musa AS yang berasal dari suku Assamirah. Ulah dan perbuatan Samiri inilah yang menyebabkan umat Nabi Musa tersesat dan menyembah berhala (patung anak lembu).
Ketika keluar dari Mesir, umat Nabi Musa membawa banyak perhiasan. Perhiasan yang dibawa itu diperintahkan Samiri untuk dilemparkan ke dalam api yang telah dinyalakan dalam sebuah lubang untuk dijadikan ‘tuhan’ dalam bentuk anak lembu.
Patung yang dibuat oleh Samiri ini konon bisa melenguh (bersuara) apabila angin masuk ke dalamnya. Menurut pendapat lain, patung anak lembu ini bisa bersuara karena genggaman tanah yang diambil Samiri dari jejak utusan (Jibril) sehingga membuatnya bisa melenguh.
Kendati perbuatan mereka ini sudah ditentang oleh Nabi Harun, Bani Israil tak memedulikannya. Mereka tetap ngotot dan memaksakan diri untuk membuat patung tersebut.Berbeda dengan penjelasan Alquran, dalam Perjanjian Lama, Nabi Harun AS justru menjadi penyebab Bani Israil membuat patung tersebut. Berikut kutipan dari Perjanjian Lama itu.
”Ketika bangsa itu melihat bahwa Musa mengundur-undurkan waktu untuk turun dari gunung itu, berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata padanya, ”Mari, buatkanlah untuk kami Allah yang akan berjalan di depan kami. Sebab, Musa ini adalah orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir. Kami tidak tahu apa yang telah terjadinya dengan dia.
” Lalu, berkatalah Harun kepada mereka, ”Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga istrimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku.” Seluruh bangsa itu pun menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. Harun menerimanya dari tangan mereka, lalu dibentuk dengan pahat, dan dibuatlah anak lembu tuangan. Kemudian, berkatalah mereka, ”Hai, Bani Israil, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” (Keluaran Pasal 32 ayat 1-4).
Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul , pernyataan dalam Perjanjian Lama ini sangat jelas telah menuduh Nabi Harun AS terlibat dalam perbuatan sesat Bani Israil itu. Sebaliknya, dalam Alquran, justru Allah membebaskan Nabi Harun dari tuduhan tersebut.
Sementara itu, Dr Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, dalam Shahih Qashashin Nabawi atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa (terjemahan Izzudin Karimi, Lc, Pustaka Yassir, 2008: hlm 134-137), mengutip sebuah hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustadrak dari Ali.
”Ketika Musa bersegera kepada Tuhannya, Samiri mengumpulkan perhiasan semampunya: perhiasan Bani Israil. Dia mencetaknya menjadi anak sapi, kemudian dia memasukkan segenggam (dari jejak rasul) ke dalam perutnya. Ternyata, ia menjadi anak sapi yang bersuara. Maka, Samiri berkata kepada mereka, “Ini adalah Tuhan kalian dan Tuhan Musa.
” Harun berkata kepada mereka, ”Wahai kaum, bukankah Tuhan kalian telah memberi janji baik kepada kalian?” Ketika Musa kembali kepada Bani Israil yang telah disesatkan oleh Samiri, Musa memegang kepala saudaranya. Maka, Harun berkata apa yang dikatakan Musa kepada Samiri, ”Apa yang membuatmu melakukan ini?” Samiri menjawab, ”Aku mengambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya. Demikianlah nafsuku membujukku.”
Lalu, Musa mendatangi anak sapi itu. Dia meletakkan serutan dan menyerutnya di tepi sungai. Maka, tidak seorang pun yang menyembah anak sapi meminum dari air itu, kecuali wajahnya akan menguning seperti emas. Mereka berkata kepada Musa, ”Bagaimana taubat kami?” Musa menjawab, ”Sebagian dari kalian membunuh sebagian yang lain.” Lalu, mereka mengambil pisau. Maka, mulailah seorang membunuh bapaknya dan saudaranya tanpa peduli hingga yang terbunuh berjumlah tujuh puluh ribu. Lalu, Allah memberi wahyu kepada Musa, ”Perintahkan mereka agar berhenti. Aku telah mengampuni yang terbunuh dan memaafkan yang hidup.”
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti di mana keberadaan patung anak lembu yang dibuat oleh Samiri tersebut. Namun, di sebuah bukit di Sinai (Mesir), terdapat sebuah patung berupa anak lembu yang dipahat. Patung anak lembu pahatan ini lokasinya berdekatan dengan bukit Musa. sya/berbagai sumber
Paganisme Mesir Kuno
Bani Israil sebenarnya adalah penganut agama monoteistik (satu Tuhan), yaitu Allah SWT. Mereka adalah keturunan dari Ibrahim, Ishak, Ya’kub, Yusuf, hingga zaman Musa dan Harun Alaihimussalam.
Menurut Harun Yahya dalam situsnya, perbuatan mereka (Bani Israil) yang menyimpang dari ajaran monoteistik ini karena terpengaruh oleh kaum pagan yang hidup bersama mereka. ”Bani Israil lalu meniru pola hidup, perilaku, dan perbuatan orang-orang yang hidup di sekitar mereka. Dan, mereka menggantikan agama yang dipilihkan bagi mereka oleh Allah dengan penyembahan berhala,” tulis Harun Yahya.
Dalam catatan sejarah, sekte pagan yang memengaruhi Bani Israil terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah patung anak sapi emas yang disembah Bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai itu sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, yaitu Hathor dan Aphis.
Seorang penulis Kristen, Richard Rives, dalam bukunya Too Long in the Sun , menulis, ”Hathor dan Aphis adalah dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir yang merupakan lambang dari penyembahan matahari. Penyembahan mereka hanyalah satu tahapan dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk mengetahui bahwa pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari.” (Richard Rives, Too Long in the Sun, Partakers Pub, 1996: 130-31).
Ditambahkan Harun Yahya, pengaruh agama pagan bangsa Mesir terhadap Bani Israil terjadi dalam banyak tahapan yang berbeda. Begitu mereka bertemu dengan kaum pagan, kecenderungan ke arah kepercayaan ini muncul.
Lihatlah ungkapan Bani Israil. Mereka berkata, ”Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai beberapa tuhan (berhala).” (QS Al-A’raaf: 138). ”Hai, Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang.” (Albaqarah: 55).
Sikap mereka ini menunjukkan bahwa Bani Israil memiliki kecenderungan untuk menyembah benda nyata yang dapat mereka lihat, sebagaimana yang terdapat pada agama pagan bangsa Mesir. sya
Pengkhianatan Samiri
Sebagaimana diketahui, Samiri adalah salah seorang pengikut Nabi Musa AS yang akhirnya melakukan pengkhianatan. Pengkhianatan Samiri ini juga sekaligus sebagai ujian terhadap keimanan umat Nabi Musa AS.
Dalam surah Thaha ayat 85-91 dan 95-98, diceritakan secara lengkap tentang perbuatan yang dilakukan Samiri.”Maka, sesungguhnya, Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.”
Kemudian, Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa, “Hai, kaumku, bukankah Tuhanmu telah berjanji kepadamu suatu janji yang baik? Maka, apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”
Mereka berkata, “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu. Maka, kami telah melemparkannya dan demikian pula Samiri melemparkannya.”
Kemudian, Samiri mengeluarkan anak lembu yang bertubuh dan bersuara (dari lubang itu) untuk mereka. Maka, mereka berkata, “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.”Maka, apakah mereka tidak memerhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
Sesungguhnya, Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya, “Hai, kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah. Maka, ikutilah aku dan taatilah perintahku.”
Mereka menjawab, “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini hingga Musa kembali kepada kami.” (QS 20: 85-91).Lalu, pada ayat 95-98, dijelaskan tentang kemarahan Musa pada Samiri.Musa berkata, ”Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian), Samiri?”
Samiri menjawab, ”Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya. Maka, aku ambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya. Demikianlah nafsuku membujukku.”Musa berkata, ”Pergilah kamu. Maka, sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat mengatakan, ‘Janganlah menyentuh aku).’
Sesungguhnya, bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya, kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).”Sesungguhnya, Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.” (QS 20: 95-98). sya/kem
http://republika.co.id/berita/52068/Samiri_dan_Patung_Anak_Lembu

Rothschild, Bank Inggris, dan The Federal Reserve


by konspirasi on November 10, 2009
ImageRothschild adalah dinasti Yahudi Bavaria (Jerman) yang memiliki arti sebagai “Tameng Merah”. Dalam bahasa Inggris disebut “Red-Shield”. Dinasti Rothschild yang melegenda dan sangat berkuasa hingga kini berawal dari sejarah Eropa di abad ke-18 Masehi dengan kelahiran seorang bayi Yahudi Jerman yang kemudian diberi nama Mayer Amshell Bauer.
Mayer Amshell Bauer lahir di tahun 1743 di sebuah perkampungan Yahudi di Frankfurt, Bavaria. Ayahnya bernama Moses Amschell Bauer yang bekerja sebagai rentenir dan tukang emas yang berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain, dari kota yang satu ke kota lainnya. Bakat Moses sebagai rentenir kelak akan diteruskan dan dikembangkan oleh anak-cucunya. Kelahiran Mayer membuat Moses menghentikan bisnis ‘nomaden’nya dan menetap di sebuah rumah agak besar dipersimpangan Judenstrasse (Jalan Yahudi) kota Frankfurt. Di rumah itu, Moses membuka usaha simpan-pinjam uangnya. Di pintu masuk kedai renten-nya, Moses menggantungkan sebuah Tameng Merah sebagai merk dagangnya: Rothschild.
Sedari kecil Mayer Amshell dikenal sebagai anak yang cerdas. Dengan tekun sang ayah mengajari Mayer segala pengetahuan tentang bisnis rentennya. Moses juga sering menceritakan pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari berbagai sumber. Moses sebenarnya ingin menjadikan Mayer sebagai pendeta Yahudi. Namun ajal keburu menjemputnya sebelum sang anak tumbuh dewasa. Sepeninggal ayahnya, Mayer sempat meneruskan usaha ayahnya di rumah. Namun tidak lama kemudian Mayer ingin belajar lebih mendalam tentang bisnis uang. Akhirnya ia bekerja di sebuah bank milik keluarga Oppenheimer di Hanover.
Di bank ini, Mayer dengan cepat menyerap semua aspek bisnis perbankan modern. Kariernya pun melesat, bahkan sang pemilik bank yang terkesan dengan Mayer menjadikannya sebagai mitra muda dalam kepemilikian bank tersebut.
Setelah merasa cukup banyak menimba ilmu tentang bisnis perbankan, Mayer kembali ke Frankfurt, meneruskan usaha ayahnya yang sempat dilepaskannya untuk beberapa waktu. Mayer telah berketetapan hati, bisnis uang akan dijadikan sebagai bisnis inti keluarga ini. Ia akan mendidik anak-anaknya kelak dengan segala pengetahuan tentang bisnis penting tersebut dan menjadikannya keluarga besar penguasa bisnis perbankan Eropa dan juga dunia.
Salah satu langkah yang diambil Mayer adalah dengan mengganti nama keluarga ‘Bauer’ yang dalam bahasa Jerman berarti ‘Petani’ dengan merk dagang usahanya, yakni ‘Tameng Merah’ (Rothschild). Mayer sendiri memakai gelar Baron Rothschild I.
Masuk Kalangan Istana
Berkat kepiawaiannya, usaha rumahan ini berkembang pesat. Rotshchild I mulai melobi kalangan istana. Orang yang pertama ia dekati adalah Jenderal von Estorff, bekas salah satu pimpinannya ketika masih bekerja di Oppenheimer Bank di Hanover. Rothschild I mengetahui benar, sang jenderal memiliki hobi mengumpulkan koin-koin kuno dan langka. Dengan jeli Rothschild memanfaatkan celah ini untuk bisa dekat dengan sang jenderal.
Untuk menambah perbendaharaan koin-koin kuno dan langka, Rotshchild menghubungi sesama rekannya dalam jaringan orang Yahudi yang dalam waktu singkat berhasil mengumpulkan benda-benda tersebut. Sambil membawa barang yang sangat diminati Jenderal von Estorff, Rothschild I menemui sang jenderal di rumahnya dan menawarkan semua koin itu dengan harga sangat murah.
Jelas, kedatangan Rotshchild disambut gembira sang jenderal. Bukan itu saja, rekan-rekan dan teman bisnis sang jenderal pun tertarik dengan Rothschild dan kemudian jadilah Rotshchild diterima sepenuh hati dalam lingkaran pertemanan dengan Jenderal von Estorff.
Suatu hari, tanpa disangka-sangka, Rothschild I dipertemukan oleh Jenderal von Estorff kepada Pangeran Wilhelm secara pribadi. Pangeran ternyata memiliki hobi yang sama dengan jenderal. Wilhelm membeli banyak medali dan koin langka dari Rotshchild dengan harga yang juga dibuat miring. Inilah kali pertamanya seorang Rotshchild bertransaksi dengan seorang kepala negara.
Dari perkenalannya dengan Wilhelm, terbukalah akses Rothschild untuk membuat jaringan dengan para pangeran lainnya. Untuk membuat pertemanan bisnis menjadi pertemanan pribadi, Rotshchild menulis banyak surat kepada para pangeran yang berisi puji-pujian dan penghormatan yang begitu tinggi atas kebangsawanan mereka. Rothschild juga memohon agar mereka memberi perlindungan kepadanya.
Pada tanggal 21 September 1769, upayanya membuahkan hasil. Pangeran Wilhelm dengan senang hati memberikan restu atas kedainya. Rothschild pun memasang lambang principalitas Hess-Hanau di depan kedainya sebagai lambang restu dan perlindungan Sang Pangeran. Lambang itu bertuliskan huruf emas dengan kalimat, “M.A.Rothschild. Dengan limpahan karunia ditunjuk sebagai abdi istana dari Yang Mulia Pangeran Wilhelm von Hanau.”
Keluarga Talmudian
Tahun 1770, saat berusia 27 tahun, Rothschild menikahi Guetele Schnaper yang masih berusia tujuhbelas tahun. Dari perkawinannya, mereka dikarunia sepuluh orang anak. Putera-puteranya bernama Amshell III, Salomon, Nathan, Karlmann (Karl) dan Jacob (James). Kepada anak-anaknya, selain mendidik mereka dengan keras soal pengetahuan bisnis perbankan dan aneka pengalamannya, Rothschild I juga menanamkan kepada mereka keyakinan-keyakinan Talmudian (bukan Taurat) dengan intensif.
Frederich Morton, penulis biografi Dinasti Rothschild menulis, “Setiap Sabtu malam, usai kebaktian di sinagoga, Amshell mengundang seorang rabi ke rumahnya. Sambil duduk membungkuk di kursi hijau, mencicipi anggur, mereka berbincang-bincang sampai larut malam. Bahkan pada hari kerja pun Amshell sering terlihat mendaras Talmud …dan seluruh keluarga harus duduk dan mendengarkan dengan tertib.”
Keluarga Rotschild merupakan keluarga Yahudi yang berpandangan Talmudian. Mereka sangat percaya bahwa tuhan, sesuai keyakinan dalam ayat-ayat Talmud, telah memilih bangsa Yahudi sebagai manusia super, satu-satunya ras manusia, sedangkan orang lain yang bukan Yahudi merupakan ras yang derajatnya sama dan setara dengan hewan. Mereka sama sekali tidak perduli dengan orang lain, dan hanya perduli dengan kepentingan sesama Yahudi Talmudian.
ImageWilhelm von Hanau merupakan seorang kepala negara yang kaya raya dan berpengaruh. Bisa jadi, bisnis utama Wilhelm yang memiliki sepasukan tentara sewaan (bisnis ini juga berasal dari bisnis para Templar!) membuatnya disegani tidak saja di Jerman tetapi juga di wilayah-wilayah sekitarnya. Wilhelm juga memiliki kekerabatan dengan sejumlah keluarga kerajaan Eropa lainnya. Inggris merupakan salah satu langganan setia dalam bisnis tentara sewaannya. Harap maklum, daerah koloni Inggris di seberang lautan sangat luas dan banyak.
Dalam bisnis ini, Rothschild bertindak sebagai dealernya. Karena kerja Rothschild begitu memuaskan, maka Wilhelm pernah memberinya hibah uang sebanyak 600.000 pound atau senilai tiga juta dollar AS dalam bentuk deposito. Dari usahanya ini, Wilhelm memiliki banyak uang. Ketika meninggal, Wilhelm meninggalkan warisan terbesar dalam rekor warisan raja Eropa yakni setara dengan 200 juta dollar AS! (Maulani; 2002)
Sumber lainnya mengatakan bahwa uang sebesar tiga juta dollar AS itu sebenarnya berasal dari pembayaran sewa tentara kerajaan Inggris kepada Wilhelm, namun digelapkan oleh Rothschild (Jewish Encyclopedia, Vol. 10, h.494).
Dengan bermodalkan uang haram inilah Rothschild membangun kerajaan bisnis perbankannya yang pertama dan menjadi bankir internasional yang pertama. Sebenarnya, Rothschild I ini tidak membangun kerajaannya sendiri. Beberapa tahun sebelumnya ia telah mengirim anak bungsunya, Nathan Rothschild yang dianggap paling berbakat ke Inggris untuk memimpin bisnis keluarga di wilayah tersebut. Di London Nathan mendirikan sebuah bank dagang dan modalnya diberikan oleh Rothschild I sebesar tiga juta dollar AS yang berasal dari uang haram itu.
Di London, Nathan Rothschild menginventasikan uang itu dalam bentuk emas-emas batangan dari East India Company. Berasal dari uang haram, diputar dengan cara yang penuh dengan tipu daya, memakai sistem ribawi yang juga haram, kian berkembanglah bisnis keuangan keluarga Rothschild ke seluruh Eropa. Berdirilah cabang-cabang perusahaan Rothschild di Berlin, Paris, Napoli, dan Vienna. Rothschild I menempatkan setiap anaknya menjadi pemimpin usaha di cabang-cabangnya itu. Karl di Napoli, Jacob di Paris, Salomon di Vienna, dan Amshell III di Berlin. Kantor pusatnya tetap di London.
Rothschild I meninggal dunia pada 19 September 1812. Beberapa hari sebelum mangkat, ia menulis sebuah surat wasiat yang antara lain berbunyi:
* Hanya keturunan laki-laki yang diperbolehkan berbisnis. Semua posisi kunci harus dipegang oleh keluarga.
* Anggota keluarga hanya boleh mengawini saudara sepupu sekali (satu kakek) atau paling jauh sepupu dua kali (satu paman). Dengan demikian harta kekayaan keluarga tidak jatuh ke tangan orang lain. Awalnya aturan ini dipegang ketat, tapi ketika banyak pengusaha Yahudi lainnya bermunculan sebagai pengusaha dunia, aturan ini dikendurkan, walau demikian hanya boleh mengawini anggota-anggota terpilih.
Dinasti Rothschild tidak punya sahabat atau sekutu sejati. Baginya, sahabat adalah mereka yang menguntungkan kantongnya. Jika tidak lagi menguntungkan maka ia sudah menjadi bagian masa lalu dan dimasukkan ke dalam tong sampah. Pangeran Wilhelm sendiri akhirnya dilupakan oleh Rothschild setelah ia berhasil menilep uangnya. Ketika Inggris dan Perancis berperang dengan memblokade pantai lawan masing-masing, hanya armada Rothschild yang bebas keluar masuk pelabuhan karena Rothschild telah membiayai kedua pihak yang berperang tersebut.
Bank Sentral Inggris dan Utang Sebagai Alat Penjajahan
Beberapa orang menyangka jika pendirian Bank of England, bank sentral pertama di dunia, juga akibat campur tangan dari Dinasti Rothschild. Anggapan ini sebenarnya tidak tepat karena Rothschild I sendiri baru lahir di Bavaria pada tahun 1743, sedangkan Bank of England berdiri pada 27 Juli 1694.
Sebelum Dinasti Tameng Merah lahir, jaringan Luciferian yang terdiri dari tokoh-tokoh Yahudi berpengaruh dunia yang dikenal dengan istilah “Para Konspirator”, para pewaris Templar, Orde Militeris yang kaya raya, telah mencanangkan untuk menguasai England yang menjadi Inggris sekarang dengan strategi lidah ular: Pertama, merekayasa pernikahan keluarga raja Inggris sehingga nantinya para Raja Inggris berdarah Yahudi, dan yang kedua lewat provokasi perang melawan Perancis agar Inggris memerlukan uang yang banyak di mana pihak Konspirasi akan memberi utang kepada Raja Inggris. Dengan utang, diharapkan kerajaan besar itu akan takluk.
Inilah fakta sejarah jika jaringan Yahudi Dunia sejak dulu telah menggunakan utang sebagai alat penakluk suatu negeri. Sekarang, Indonesia yang kaya raya, juga telah ditaklukkan dan dijajah oleh utang. Para tokoh Neo-Liberal di negeri ini yang gemar mengundang utang imperialis masuk ke negeri ini merupakan pelayan-pelayan kepentingan Luciferian. Banyak orang yang mengaku Islam menjadi pendukung kelompok Luciferian ini disebabkan mereka malas berpikir sehingga mudah ditipu mentah-mentah.
Perjalanan para Konspirator dalam menaklukan Keraaan Inggris diawali dari suatu pertemuan sejumlah petinggi Ordo Kabbalah di Belanda. Mereka menggelar pertemuan dan sepakat untuk menguasai Tahta Kerajan Inggris sepenuhnya dengan cara menurunkan Dinasti Stuart dan menggantikannya dengan seseorang yang mereka bina dari Dinasti Hanover dari Istana Nassau, Bavaria.
Kala itu, Tahta Kerajaan Inggris tengah diduduki King Charles II (1660-1685). Raja Inggris ini masih kerabat dekat Duke of York. Mary adalah anak sulung dari Duke of York. Diam-diam, kelompok Konspirator mengatur strategi agar Mary yang masih gadis itu bertemu dengan ‘Sang Pangeran’ bernama William II, salah seorang pangeran kerajaan Belanda dan pemimpin pasukan kerajaan. Mary dan William II pun bertemu dan saling tertarik. Pada tahun 1674 mereka menikah. Tahun 1685 King Charles II meninggal dan digantikan oleh James II yang memerintah sampai tahun 1688.
Dari hasil perkawinan antara William II dan Mary, lahir seorang putera yang kemudian dikenal sebagai William III, yang kemudian menikah dengan seorang puteri dari King James II bernama Mary II. William III yang berdarah campuran antara Dinasti Stuart dengan Dinasti Hanover ternyata menurut kelaziman tidak bisa menjadi Raja Inggris disebabkan ia bukan berasal dari garis keturunan laki-laki Inggris, melainkan dari garis perempuan. Mary II, isterinyalah, yang lebih berhak menyandang gelar Queen.
Di sinilah para petinggi Yahudi melancarkan konspirasi dengan mengobarkan ‘Glorious Revolution’ dan akhirnya berkat Partai Whig yang melakukan kerjasama diam-diam dengan tokoh-tokoh Yahudi dan Partai Tory yang bersikap pragmatis, revolusi tanpa darah ini berhasil menaikkan William III sebagai Raja Inggris. Beberapa tahun sebelumnya, lewat tangan Oliver Cromwell, kekuatan Yahudi juga telah ‘menyikat’ King Charles I dan menguasai lembaga-lembaga keuangan di kerajaan itu. Dengan berkuasanya William III maka Inilah awal hegemoni Dinasti Hanover bertahta di Kerajaan Inggris sampai sekarang. Apalagi Dinasti Windsor yang berkuasa di Kerajaan Inggris sekarang merupakan keturunan langsung dari King Edward III (Prince of Wales) yang merupakan keturunan Hanover.
ImagePada tahun 1689, Raja Inggris, King William III mendirikan Loyal Orange Order yang begitu fanatik mendukung gerakan pembaruan Gereja yang dipimpin Martin Luther. Ordo ini menyatakan dengan tegas akan menjadikan Inggris sebagai basis bagi gerakan Protestan. Pernyataan ini memiliki pesan yang jelas terhadap Gereja Katolik: “Kami akan melawanmu!”
Sejarah memang telah mencatat jika Gereja Katholik merupakan musuh bebuyutan para Templar. Para Templar, dan juga para pewarisnya seperti kaum Mason dan Rosikrusian, masih sangat ingat bagaimana Paus Clement IV berkomplot dengan King Philip V dari Perancis pada Jumat, 13 Oktober 1307 menumpas dan membantai Templar dari seluruh Eropa. Perlawanan dan penghancuran Gereja (Katolik Roma) merupakan salah satu tujuan utama kelompok Luciferian ini yang berasal dari dendam sejarah yang kesumat.
Loyal Orange Order sampai hari ini masih bertahan di Irlandia Utara dengan jumlah anggota tak kurang dari angka 100 ribuan. Kelompok inilah yang senantiasa mengobarkan api permusuhan terhadap kaum Katolik sehingga sampai sekarang kehidupan masyarakat di sana tidak pernah sepi dari konflik Protestan-Katolik.
King William III sendiri menceburkan diri dalam peperangan melawan Perancis yang mayoritas Katolik. Inggris menderita kerugian yang banyak. Utang pun menumpuk. Inilah awal berdirinya Bank of England sebagai bank sentral swasta pertama di dunia, seperti yang telah disinggung di muka.
William G. Carr dalam bukunya “Yahudi Menggenggam Dunia” (Pustaka Alkautsar, 1991) mencatat kronologi perjalanan petualangan Oliver Cromwell sebagai kaki tangan tokoh Yahudi-Inggris setelah kematian King Charles I pada 30 Januari 1649. Inilah kronologinya singkatnya:
* 1649, Cromwell menyerbu Irlandia dengan dukungan dana dari lobi Yahudi internasional sehingga terjadi peperangan antara Inggris Protestan melawan Irlandia Katolik.
* 1651, Charles II, putera King Charles I, memerangi Cromwell tapi gagal. Ia dibuang ke Perancis.
* 1652, Inggris melibatkan diri berperang melawan Belanda.
* 1653, Cromwell mengangkat dirinya sebagai The Lord Defender of Great Britain.
* 1654, Inggris terlibat perang Eropa lagi.
* 1656, Amerika yang masih menjadi jajahan Inggris bergolak dan akhirnya menjadi negara merdeka.
* 1657, Cromwell meninggal dunia. Puteranya, Richard, menjadi penguasa Inggris.
* 1659, Richard mengakhiri persekongkolan dengan Yahudi Internasional, ia mengundurkan diri dari kekuasaan.
* 1660, Jenderal monk dari angkatan bersenjata Inggris menduduki London. Charles II diangkat menjadi raja Inggris.
* 1661, Skandal persekongkolan antara Cromwell dengan kubu Yahudi Internasional terungkap. Warga London geger dan marah. Makam Cromwell dibongkar paksa.
* 1662, Gereja resmi Inggris, Anglikan, menindas umat Protestan.
* 1664, Inggris kembali berperang melawan Belanda.
* 1665, Krisis ekonomi melanda Inggris. Pengangguran dan kelaparan merebak. Di tahun itu juga terjadi kebakaran besar yang menghanguskan sebagian kota London, disusul wabah penyakit lepra.
* 1666, Inggris terlibat perang dengan Belanda dan Perancis.
* 1667, Ordo Kabbalah yang secara rahasia masih eksis di Inggris melancarkan gerakan sabotase ke kalangan elit pemerintahan. Sejarah Inggris mengenalnya sebagai gerakan Kabal. Akibatnya muncul gelombang baru penindasan agama dan politik di Inggris.
* 1674, Setelah menggelar pertemuan internal di Belanda, Kelompok Yahudi Internasional sepakat menguasai Kerajaan Inggris sepenuhnya dengan melengserkan King Charles II dan menaikkan seseorang yang bisa dikendalikan. Pada tulisan di muka hal ini telah disinggung, yakni penobatan King William III yang masih berdarah Dinasti Hanover.
* 1683, Konspirasi berupaya membunuh King Charles II dan Duke of York tapi gagal.
* 1685, King Charles II meninggal dunia. Duke of York yang beragama Katolik naik tahta dengan gelar King James II. Konspirasi menyebarkan desas-desus untuk menentang raja baru itu. Rakyat banyak yang termakan isu ini. Akibatnya banyak rakyat yang ditangkap pihak kerajaan. Nama King James II menjadi tidak popular di mata rakyat.
* 1688, setelah King James II sudah tidak lagi mendapat dukungan rakyatnya, Konspirasi Yahudi Internasional memprovokasi pangeran William of Orange dari Belanda untuk menyerbu Inggris, dengan dukungan kapal-kapal perangnya menuju pantai Inggris. King James II akhirnya turun tahta dan kabur ke Perancis.
* 1689, William of Orange atau William III dan Queen of Mary –keduanya Protestan—mengukuhkan diri sebagai Raja dan Ratu Inggris. Sementara itu James II kabur lagi ke Irlandia, sebuah wilayah Katolik. Pasukan Inggris sendiri terpecah antara yang Protestan dengan yang Katolik. Yang Protestan mendukung William III sedang yang Katolik berupaya mengembalikan James II ke tahtanya. Perang saudara pun tak terelakkan pada 12 Juli 1689.
Sampai sekarang, rakyat Inggris masih mengenang peristiwa tersebut tanpa banyak yang menyadari bahwa perang saudara itu sesungguhnya sengaja dibuat oleh Konspirasi Yahudi Internasional, untuk menguasai perekonomian negara besar Eropa itu. Hasilnya, berdirilah Bank of England, bank sentral swasta pertama di dunia (1694), yang dimiliki Konspirasi Yahudi tersebut.
Inggris terus dibuat untuk berperang, sehingga kas kerajaan terkuras dan hutang bertambah banyak. Jerat yang dipasang para pemilik modal Yahudi kini telah mengikat mangsanya. Kian lama kian kuat, mencekik. Inggris pun jatuh ke dalam kekuasaan mereka hanya dengan modal awal £1.250.000!
Dari Inggris Mendirikan AS
Setelah menaklukkan kerajaan Inggris, pihak Konspirasi Yahudi Internasional kini mengarahkan wajahnya ke sebuah benua baru yang masih menjadi koloni Inggris di seberang Samudera Atlantik: Amerika. Jauh-jauh hari sebenarnya mereka telah mempersiapkan hal ini lewat salah seorang agennya bernama Christopher Colombus. Orang ini merupakan anggota Knights of Christ, pelaian Templar yang mukim di Italia, Portugis, dan Spanyol. Semasa remajanya, Colombus malah menjadi orang kepercayaan Rene de Anjou, Grand Master Persaudaraan di Italia.
Demikianlah, Amerika Serikat memang dipersiapkan jauh-jauh hari sebagai The Second Promise Land, selain Yerusalem, bagi bangsa Yahudi. Nama lain kota New York saja adalah The New Jerusalem. Pada 4 Juli 1776, tokoh-tokoh Mason Amerika menandatangani Declaration of Independence. Berdirilah satu negara Masonik yang dipersiapkan sebagai The Headquarter, markas besar, gerakan Ordo Kabbalah dalam menaklukkan dunia kelak, menuju tatanan dunia baru yang sepenuhnya sekular. Suatu cita-cita Masonik yang ditorehkan pada lambang negara AS: Novus Ordo Seclorum.
ImageTidak seperti sekarang, Eropa waktu itu merupakan sebuah benua yang terbagi dalam banyak kerajaan besar kecil, serta sejumlah wilayah kecil otonom (Principalis), semacam kabupaten yang merdeka, seperti Monaco dan Lechtenstein. Saat itu Inggris dan Perancis merupakan dua negara kerajaan yang paling berpengaruh. Setelah Inggris berhasil dikuasai dan para tokoh Mason Amerika berhasil memproklamirkan kemerdekaan negara itu, maka Konspirasi Yahudi Internasional berusaha untuk menaklukkan Perancis. Baron Rothschild merupakan salah satu tokoh sentral dalam Konspirasi Yahudi Internasional untuk menaklukkan Perancis.
Tahun 1773, Baron Rothschild dan 12 tokoh Yahudi lainnya berkumpul di kediamannya di Bavaria. Mereka membahas berbagai perkembangan Eropa terakhir, termasuk mengevaluasi hasil-hasil upaya Konspirasi di Inggris. Dalam pertemuan inilah, nama Adam Weishaupt disebut oleh Rothschild sebagai seseorang yang bisa dipercaya untuk menjalankan tugas dari Konspirasi.
Dalam pertemuan itu, Baron Mayer juga membacakan 25 butir strategi penguasaan dunia yang kelak dalam Kongres Zionis Internasional I di Basel-Swiss tahun 1897 disahkan dengan nama Protocolat Zionis.
Baron Mayer atau Rothschild I juga mengatakan jika Konspirasi dianggap terlalu lamban dalam melakukan program yang direncanakan untuk Inggris, akibatnya penguasaan Inggris secara total terhambat oleh hal-hal kecil. Namun hal-hal kecil ini bisa dianggap tidak berpengaruh besar bagi upaya penguasaan oleh Konspirasi. Walau demikian, hal-hal kecil ini dianggap tidak boleh dibiarkan. Beberapa kelompok berpengaruh di Inggris ada yang masih mampu bertahan menghadapi Konspirasi.
Rothschild segera memerintahkan agar pelaksanaan program dipercepat dan menyingkirkan oposisi secepatnya dengan segala cara yang bisa diambil. Jika perlu, segenap lapisan masyarakat Inggris harus dikuasai dengan jalan teror atau kekerasan.
Dalam pertemuan itu, Rothschild juga menekankan kepada para undangan bahwa apa-apa yang telah dihasilkan di Inggris sesungguhnya bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang akan mereka perbuat atas Perancis. Skema besar untuk meletupkan Revolusi Perancis pun di bahas dengan serius.
Ini merupakan satu mata rantai dari sejumlah pertemuan para Konspiran untuk menggodok Revolusi Perancis. Dalam pertemuan di Frankfurt ini, agenda yang telah dirancang dipermatang dan upaya penggalangan dana pun di mulai dari ‘markas’ Rothschild tersebut. Menurut penilaian sosiologis dan psikologi massa yang dilakukan Konspirasi, situasi yang tengah dihadapi Perancis saat itu memang menggambarkan dengan baik apa yang sebenarnya tengah terjadi di Eropa: perekonomian tengah lesu, utang menumpuk, pengangguran di mana-mana, lapangan pekerjaan nyaris tidak bergerak, sektor industri macet, dan bencana kelaparan di ambang pintu.
Jurang kesenjangan ekonomi yang terjadi antara buruh dan rakyat kebanyakan dengan para bangsawan, pemilik modal, dan raja-raja demikian besar dan dalam. Menurut teori revolusi, dalam kondisi demikian buruk, massa rakyat telah siap untuk menyambut siapa pun yang tampil secara meyakinkan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Massa rakyat telah menjadi semacam tumpukan jerami kering yang hanya dengan percikan api sedikit saja akan bisa terbakar dan meluas dengan sangat cepat. Kondisi di Perancis merupakan yang terparah.
Di tengah kondisi demikian, lewat corong media yang dikuasainya, Konspirasi meniupkan aneka slogan yang muluk-muluk dan melemparkan semua kesalahan kepada penguasa dan orang-orang kaya, sehingga rakyat Perancis kian membenci mereka. Kehancuran dan kerusuhan tinggal menunggu hitungan hari. Sebuah rencana besar siap digelindingkan oleh Konspirasi.
Salah satu rumus baku dalam gerakan massa adalah: menjelek-jelekkan masa sekarang, di saat bersamaan mengingatkan massa rakyat akan kegemilangan masa lampau dan meyakinkan massa rakyat bahwa masa depan akan bisa menjadi lebih gemilang, mengulangi masa-masa keemasan di zaman silam, jika massa rakyat mau dan siap bergerak menumbangkan status-quo. Ini berlaku di mana saja.
Untuk menyatukan langkah gerakan massa, Konspirasi menciptakan tiga slogan gerakan: Liberté, Egalité, dan Fraternité (Kemerdekaan, Persamaan, dan Persaudaraan). Sebuah slogan yang mampu membius massa rakyat Perancis sehingga rela mengorbankan apa saja demi memenuhinya. Slogan ini secara terus-menerus diperdengarkan ke telinga rakyat Perancis sehingga setiap orang Perancis saat itu sangat hapal dengan tiga istilah di atas saat itu, bahkan kemudian dunia juga hafal.
Walau terdengar sangat indah, namun tiga istilah di atas bagi Konspirasi Yahudi Internasional memiliki arti yang sama sekali beda. Bagi kelompok ini, Liberté sesungguhnya berarti Kemerdekaan bagi mereka, kebebasan bagi mereka, bagi para pemilik modal, untuk berbuat apa saja terhadap Perancis.
Egalité yang sesungguhnya bermakna Persamaan, bagi Konspirasi diartikan sebagai persamaan di kalangan mereka untuk bisa bersama-sama, gotong royong, di dalam usahanya menguasai perekonomian Perancis.
Sedangkan Fraternité memiliki arti sebagai Persaudaraan antara kelompok mereka sendiri, di mana di dalam setiap usahanya, mereka harus saling tolong-menolong, bantu-membantu, agar kepentingan kelompok mereka bisa dicapai. Inilah hakikat tiga slogan Revolusi Perancis. Jadi Persaudaraan hanya terbatas pada kelompoknya saja.
Pada 14 Juli 1789, massa rakyat berbondong-bondong menuju penjara Bastille, perancis. Penjara yang bagaikan benteng itu dibakar. Para narapidana melarikan diri dan menimbulkan kerusuhan dan perampokan di mana-mana. Penyerbuan ke penjara benteng Bastille ini menandai di mulainya Revolusi Perancis. Hari demi hari berjalan dengan perkmebangan yang tidak bisa diduga. King Louis XVI dan Marie Antoinette ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara. Tidak lama kemudian keduanya dihukum mati, di pancung di atas Guilotin.
Mirabeau yang awalnya didukung Konspirasi, kini malah diburu. Dia sebenarnya seorang yang cerdas, dan menjadi curiga dan dengan cepat ia menyadari akan bahaya yang mengancam dirinya. Namun Mirabeau terlambat, mesin propaganda Konspirasi telah bekerja begitu cepat dan efektif melancarkan fitnah terhadapnya. Gagal menyeret Mirabeau ke pengadilan, akhirnya pihak Konspirasi meracuni Mirabeau hingga tokoh ini menemui ajal. Jenazah Mirabeau diatur sedemikian rupa untuk mengesankan dia bunuh diri. Sejumlah selebaran dan berita-berita yang mendukung ‘bunuh diri’ Mirabeau ini dicetak dan disebarluaskan ke Eropa.
Kematian Mirabeau kemudian diikuti dengan berkuasanya pemerintahan teror di Perancis. Pada masa ini, tiap hari rakyat Perancis menyaksikan ribuan orang tiap hari digiring menuju pisau Guilotin. Roberspierre dan Danton ditugaskan Konspirasi untuk menjadi algojonya. Setelah dianggap menyelesaikan tugasnya, kedua orang ini, Roberspierre dan Danton pun dibunuh dengan keji. Pemerintahan teror mencapai puncaknya antara tanggal 27 April hingga 27 Juli 1794.
ImageSatu hari sebelum Roberspierre diseret ke tempat hukuman mati, di depan Majelis Nasional, Roberspierre sempat menyampaikan orasi yang menyerang Konspirasi dan membuka tirai mereka dengan mengatakan ada sebuah organisasi rahasia yang bekerja dan menjadi dalang Revolusi Perancis. Roberspierre dengan tegas mengatakan, “Aku tidak berani menyebut nama mereka di tempat ini dan disaat ini pula. Aku juga tidak bisa membuka tirai yang menutupi kelompok ini sejak awal terjadinya peristiwa revolusi. Akan tetapi, aku bisa meyakinkan anda sekalian, dan aku percaya sepenuhnya, bahwa di antara penggerak revolusi ini ada kaki tangan yang diperalat dan melakukan kegiatan amoral dan penyuapan besar-besaran. Kedua sarana itu merupakan taktik yang paling efektif untuk menghancurkan negeri kita yang kita cintai ini…”
Roberspierre, seorang Mason yang diberi kesempatan lebih untuk mengetahui lebih banyak dari yang seharusnya, ternyata dinilai 13 petinggi Konspirasi Yahudi Internasional telah bertindak melampaui batas. Mereka menetapkan jika Roberspierre harus mati. Maka dalam waktu dekat, Roberspierre pun diseret ke tempat hukuman mati dengan tuduhan yang dibuat-buat.
Sejarah mencatat bahwa di tengah kondisi Perancis yang porak-poranda dan berkecamuknya kerusuhan serta situasi yang tidak menentu, muncullah Napoleon Bonaparte yang penuh kharismatik lewat sebuah kudeta. Sebagai seorang pemimpin militer, Napoleon meyakini kerusuhan di dalam negeri harus diakhiri. Caranya adalah dengan menciptakan satu musuh dari luar yang mampu menjadi musuh bersama bagi rakyat Perancis (The Common Enemy). Ide besar Napoleon ini didukung oleh Konspirasi.
Naiknya Napoleon dalam peta politik Perancis didukung speenuhnya oleh Konspirasi. Demikian pula dengan tumbangnya Napoleon yang juga dimanfaatkan oleh Konspirasi. Bagi Konspirasi Yahudi Internasional, kesetiaan pada kepentingan adalah yang utama, bukan kepada personal.
ImageSalah satu peristiwa yang sangat penting dalam perjalanan Eropa, terutama bagi Inggris dan Perancis adalah Palagan Waterloo, yang yang terjadi pada tanggal 18 Juni 1815 di sebuah wilayah yang kini berada di Belgia, antar pasukan Napoleon Bonaparte melawan pasukan Eropa yang dipimpin Panglima Perang Kerajaan Inggris, Wellington.
Hasil dari pertempuran besar ini akan sangat berpengaruh pada Eropa di masa depan. Jika Napoleon keluar sebagai pemenang, maka Perancis akan menjadi tuan atas seluruh daratan Eropa. Namun jika Napoleon bisa dikalahkan maka Inggris akan menjadi penguasa keuangan Eropa yang tak kan tergoyahkan.
Ketika dua kekuatan saling berhadapan di medan perang, pasar bursa saham di London benar-benar seperti orang yang sedang demam, panas dingin dengan keringat yang terus keluar, menantikan hasil akhirnya. Betapa tidak, jika Grande Armee de France Napoleon Bonaparte menang maka bisa dipastikan perekonomian Inggris akan hancur. Namun jika Wellington menang, perekonomian negara itu akan melonjak drastis, meroket ke puncak kejayaan dengan menguasai Perancis.
Hal ini diketahui Nathan Rothschild dan segera mengumpulkan agen-agen terbaiknya dan mengirim mereka ke Waterloo untuk mengumpulkan informasi seakurat mungkin. Agen-agen tambahan ditempatkan di beberapa pos komando yang mampu bergerak cepat kapan saja untuk memberi bantuan, dukungan, maupun segi-segi teknis lainnya.
Tanggal 15 Juni 1815, tiga hari sebelum D-Day, seorang agen kepercayaan Rothschild dengan langkah tergesa menaiki sebuah perahu cepat melalui Selat Channel menuju Pantai Dover di Inggris. Orang itu membawa laporan intelijen dari agen-agen Rothschild di lapangan terkait perkembangan terakhir di lapangan. Agen khusus itu tiba di Folkstone dini hari dan dijemput oleh Rothschild pribadi. Dengan cepat dan seksama Rothschild membaca seluruh isi laporan tersebut dan langsung bergegas ke pasar bursa London. Di pasar bursa itu Rothschild sudah menaruh banyak agennya yang telah siap diperintah kapan pun.
Dengan wajah dingin dan kaku seperti biasanya, Nathan Rothschild memasuki gerbang pasar bursa. Seperti biasa, ia berdiri di dekat ‘Pilar Rothschild’ kesukaannya. Agen-agen Rothschild yang sudah berada di pasar bursa sejak beberapa hari lalu, dengan wajah yang juga dingin menunggu isyarat dari bosnya. Entah isyarat apa yang diberikan Rothschild, tiba-tiba saja orang-orang Rothschild ini mulai menumpahkan surat-surat berharga senilai ratusan ribu dollar ke pasar. Begitu kertas-kertas berharga ini dilempar ke pasar dalam jumlah besar, nilainya dengan cepat merosot tajam.
Nathan tetap diam di pilarnya. Ia terus menjual, dan menjual. Nilai kertas-kertas berharga ambruk tidak tertolong. Pialang-pialang lain mulai gelisah melihat sikap Rothschild yang begitu berani melepas semua saham-sahamnya tanpa ampun bagai membuang kertas-kertas yang tidak ada harganya sama sekali. Mereka mulai berspekulasi, bisik-bisik mulai menyebar di antara mereka. Pasar bursa London berdengung bagai suara lebah, “Rothschild sudah tahu! Rothschild sudah tahu! Wellington kalah di Waterloo! Napoleon menang!”
Kepanikan meletus di lantai bursa. Semua pialang mengikuti ulah Rothschild, menumpahkan kertas-kertas berharganya ke pasar tanpa peduli menjadi berapa pun harganya. Tak hanya uang, logam mulia seperti emas dan perak pun dilepas dengan harga obral besar. Hanya satu harapan mereka: berupaya sekuat tenaga mempertahankan kekayaan yang masih tersisa di tangannya. Semuanya terus menukik tajam. Kertas-kertas berharga berserakan di lantai bursa bagaikan gunungan sampah.
Setelah semua harga saham jatuh, dengan wajah tetap dingin, Nathan memberi isyarat lain kepada para agennya. Bandul mulai bergerak berlawanan. Dengan sangat cepat, para agen Rothschild yang tadinya melepas sahamnya, sekarang melesat ke tiap meja yang ada dan memborong seluruh kertas berharga yang teronggok di atas meja dan bertebaran di lantai. Kepanikan telah menyebabkan banyak pialang dan pengusaha tidak lagi bisa berpikir jernih. Mereka tidak lagi melihat perubahan sikap dari Rothschild. Dalam hitungan menit, semua saham, kertas berharga, emas, perak, dan sebagainya kini telah jatuh ke tangan satu orang: Rothschild. Dia menjadi penguasa tunggal dengan modal yang tidak seberapa.
Beberapa hari kemudian berita yang sesungguhnya tentang Palagan Waterloo tiba di London. Wellington menang! Wellington menang! Harga saham, kertas berharga, dan sebagainya yang tadinya begitu murah, dengan cepat melesat meninggi. Kekayaan Rothschild dalam waktu hanya semalam menjadi berlipat-lipat jumlahnya. Tak kurang dari duapuluh kali lipat! Rakyat kebanyakan meloncat-loncat kegirangan di jalanan. Sedang para pengusaha banyak yang merasakan mati sebelum waktunya. Mereka kini telah menjadi budak dari Tuan Rothschild, sang penguasa Inggris dan Eropa yang sesungguhnya. Perekonomian Inggris jatuh ke bawah sepatu Nathan Rothschild pada tahun 1815. Tiga tahun kemudian Perancis menyusul Inggris dan jatuh ke bawah sepatu yang sama.
Frederich Morton, penulis Biografi Dinasti Rothschild menulis, jika dahulu mereka sangat terbuka dalam berbisnis dan menjadi pusat pemberitaan selebritis dunia, maka kini hal itu tidak lagi menjadi kebiasaan keluarga kaya raya tersebut. “Setelah itu mereka menyelimuti kehadirannya dengan kesenyapan, tak terdengar dan tak terlihat…” Menurut Morton, hal ini dilakukan sebagai strategi baru keluarga ini untuk tetap eksis dalam tujuan utamanya memonopoli dunia, menciptakan The New World Order.
Rothschild dan Pendirian Federal Reserve
Ketika Amerika masih terbagi dalam 13 koloni Inggris, Benjamin Franklin mengunjungi London dan menemui sejumlah pemodal Yahudi berpengaruh di sana. Dalam pertemuan yang dicatat dalam Dokumen Senat Amerika halaman 98 butir 33, yang ditulis Robert L. Owen, mantan kepala komisi bank dan keuangan Kongres AS, dilaporkan bahwa wakil-wakil perusahaan Rothschild di London menanyakan kepada Benjamin Franklin hal-hal apa saja yang bisa membuat perekonomian koloni Inggris di seberang lautan itu bisa maju.
Franklin yang masih tercatat sebagai anggota Freemasonry Inggris menjawab, “Masalah itu tidak sulit. Kita akan mencetak mata uang kita sendiri, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh industri yang kita miliki.”
Insting bisnis Rothschild segera bekerja. Ini merupakan satu kesempatan besar untuk menangguk untung di koloni Inggris ini. Namun sebagai langkah awal, hak untuk mencetak uang sendiri bagi koloni di seberang lautan tersebut masih dilarang oleh Inggris sampai waktu yang ditentukan. Namun persiapan ke arah itu sudah dijalankan. Inggris saat itu memang sudah jatuh dalam pelukan Konspirasi.
Amshell Mayer Rothschild sendiri saat itu masih sibuk di Jerman mengurus bisnisnya, yang salah satu cabang usahanya adalah mengorganisir tentara bayaran (The Mercenaries) Jerman bagi Inggris untuk menjaga koloni-koloni Inggris yang sangat luas. Usulan mencetak mata uang sendiri bagi Amerika, lepas dari sistem mata uang Inggris, akhirnya tiba di hadapan Rothschild. Setelah memperhitungkan segala laba yang akan bisa diperoleh, demikian pula dengan penguasaan politisnya, maka Rothschild akhirnya menganggukkan kepalanya. Dengan cepat lahirlah sebuah undang-undang yang memberi hak kepada pemerintah Inggris di koloni Amerika untuk mencetak mata uangnya sendiri bagi kepentingan koloninya tersebut. Seluruh asset koloni Amerika pun dikeluarkan dari Bank Sentral Inggris, sebagai pengembalian deposito sekaligus dengan bunganya yang dibayar dengan mata uang yang baru. Hal ini menimbulkan harapan baru di koloni Amerika. Tapi benarkah demikian?
Dalam jangka waktu setahun ternyata Bank Sentral Inggris—lewat pengaruh pemodal Yahudi—menolak menerima pembayaran lebih dari 50% dari nilai mata uang Amerika, padahal ini dijamin oleh undang-undang yang baru. Dengan sendirinya, nilai tukar mata uang Amerika pun anjlok hingga setengahnya. “…Masa-masa makmur telah berakhir, dan berubah menjadi krisis ekonomi yang parah. Jalan-jalan di seluruh koloni tersebut kini tidak lagi aman,” demikian paparan Benjamin Franklin yang tercatat dalam Dokumen Kongres AS nomor 23.
Belum cukup dengan itu, pemerintah pusat Inggris memberlakukan pajak tambahan kepada koloninya tersebut yakni yang dikenal sebagai Pajak Teh. Keadaan di koloni Amerika bertambah buruk. Kelaparan dan kekacauan terjadi di mana-mana. Ketidakpuasan rakyat berbaur dengan ambisi sejumlah politikus. Situasi makin genting. Dan tangan-tangan yang tak terlihat semakin memanaskan situasi ini untuk mengobarkan apa yang telah terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis: Revolusi.
Dalam sejarah dunia, revolusi merupakan hal yang dibutuhkan tokoh-tokoh dalam bayangan gelap untuk menguasai suatu negara atau suatu wilayah dengan cepat. Tak perduli berapa juta rakyat menjadi korbannya.
ImageSejarah mencatat, bentrokkan bersenjata antara pasukan Inggris melawan pejuang kemerdekaan Amerika Serikat terjadi pada 19 April 1775. Jenderal George Washington diangkat menjadi pimpinan kaum revolusioner. Selama revolusi berlangsung, Konspirasi Yahudi Internasional seperti biasa bermain di kedua belah pihak. Yang satu mendukung Inggris, memberikan utang dan senjata untuk memadamkan ‘pemberontakan kaum revolusioner’, sedang yang lain mendukung kaum revolusioner dengan uang dan juga senjata. Tangan-tangan Konspirasi menyebabkan Inggris kalah dan pada 4 Juli 1776, sejumlah tokoh Amerika Serikat mendeklarasikan kemerdekaannya.
Merdeka secara politis ternyata tidak menjamin kemerdekaan penuh secara ekonomis. Kaum pemodal Yahudi dari Inggris masih saja merecoki pemerintahan yang baru saja terbentuk. Rothschild dan seluruh jaringannya tanpa lelah terus menyusupkan agen-agennya ke dalam tubuh Kongres. Dua orang agen mereka, Alexander Hamilton dan Robert Morris pada tahun 1783 berhasil mendirikan Bank Amerika (bukan bank sentral), sebagai ‘wakil’ dari Bank Sentral Inggris.
Melihat gelagat yang kurang baik, Kongres membatalkan wewenang Bank Amerika untuk mencetak uang. Pertarungan secara diam-diam ini berlangsung amat panas. Antara kelompok pemodal Yahudi dengan sejumlah tokoh Amerika, yang herannya banyak pula yang merupakan anggota Freemasonry, untuk menguasai perekonomian negara yang baru ini.
Thomas Jefferson menulis surat kepada John Quincy Adams, “Saya yakin sepenuhnya bahwa lembaga-lembaga keuangan ini lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita daripada serbuan pasukan musuh. Lembaga keuangan itu juga telah melahirkan sekelompok aristokrat kaya yang kekuasaannya mengancam pemerintah. Menurut hemat saya, kita wajib meninjau hak mencetak mata uang bagi lembaga keuangan ini dan mengembalikan wewenang itu kepada rakyat Amerika sebagai pihak yang paling berhak.”
Mengetahui surat ini, para pemodal Yahudi amat marah. Nathan Rothschild secara pribadi mengancam Presiden Andrew Jackson akan menciptakan kondisi Amerika yang lebih parah dan krisis berkepanjangan. Tapi Presiden Jackson tidak gentar. “Anda sekalian tidak lain adalah kawanan perampok dan ular. Kami akan menghancurkan kalian, dan bersumpah akan menghancurkan kalian semua!”
Pemodal Yahudi benar-benar marah sehingga mendesak Inggris agar menyerbu Amerika dan terjadilah perang lagi pada tahun 1816.
William Guy Carr telah merinci kejadian demi kejadian ini dengan sangat bagus. Presiden Abraham Lincoln sendiri pada malam tanggal 14 April 1865 dibunuh oleh seorang Yahudi bernama John Dickles Booth. Konspirasi memerintahkan pembunuhan ini karena mengetahui bahwa Presiden Lincoln akan segera mengeluarkan sebuah undang-undang yang akan menyingkirkan hegemoni Konspirasi terhadap Amerika. Si pembunuh Lincoln, Dickles Booth, berhubungan dengan Yahuda B. Benjamin, seorang agen Rothschild di Amerika. Booth sendiri tertangkap dan dihukum, sedangkan pihak Konspirasi tetap aman.
Bagi yang tertarik mendalami masa-masa awal berdirinya negara Amerika Serikat, pertarungan antara pihak Kongres-Nasionalis dengan para pemodal Yahudi Internasional dalam menguasai perekonomian AS hingga The Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika berdiri, yang lucunya dimiliki oleh swasta bukan pemerintah, bisa membaca buku William Guy Carr yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Pustaka Alkautsar berjudul “Yahudi Menggenggam Dunia”, sebuah buku lagi yang juga saya rekomendasikan adalah The Creature From Jekyll Island: A Second Look at the Federal Reserve (American Opinion Publishing, Inc; 1994) karya Edward Griffin, yang edisi Indonesianya telah diterbitkan oleh Esok Press dengan judul “Serial The Fed 1: Monster dari Jekyll Island, Sebuah Studi Mendalam Tentang The Federal Reserve” yang didistribusikan oleh LSM PaRaM. Dalam kedua buku tersebut, kita akan bisa memahami bahwa sesungguhnya bangsa Amerika sekarang ini telah menjadi kuda tunggangan, sedang dijajah, oleh satu kekuatan bayangan yang disebut Konspirasi Yahudi Internasional. Bahkan kita akan mendapat kesimpulan yang kuat dan mengagetkan: Negara Amerika Serikat serta seluruh warganegara dan asset-asetnya sebenarnya milik dari The Federal Reserve.
Dalam salah satu kertas presentasinya, seorang profesor Amerika dengan nama samaran “Aristoteles”, menguraikan sebab-sebab kebangkrutan pemerintah Amerika Serikat berjudul “U.S Government Bankruptcy Proceedings”. Walau hanya berisi pokok-pokok peristiwa, namun makalah tersebut sangat penting untuk diketahui. Inilah salinannya:
* Sebelum tahun 1913, pemerintah Amerika memperoleh dana dari tarif impor. Pada saat itu belum ada pajak dikenakan pada warganegara. Mata uang Amerika dibuat dari logam asli atau yang bisa dihargai/dikembalikan sebagai logam—dikenal sebagai “uang asli”.
* Pada tahun 1913 para bankers memutuskan bahwa telah terjadi kekurangan mata uang di Amerika dan pemerintah Amerika tidak bisa menerbitkan mata uang lagi karena semua emas cadangannya telah terpakai.
* Agar ada sirkulasi tambahan uang, kelompok orang mendirikan satu bank yang dinamakan “The Federal Reserve Bank of New York”.
* Kemudian Federal Reserve Bank di New York menjual stock yang dimiliki dan dibeli oleh mereka sendiri senilai US$ 450.000.000 melalui bank-bank sebagai berikut: Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam (Keluarga Warburg mengontrol German Reichsbank bersama Keluarga Rothschild), Israel Moses Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman & Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan Bank of New York, dan Kuhn & Loeb Bank of New York.
* Karena bank-bank tersebut mempunyai cadangan emas yang besar, maka bank tersebut dapat mengeluarkan mata uang yang dengan jaminan emas tersebut dan mata uang tersebut disebut “Federal Reserve Notes”. Bentuknya sama dengan mata uang Amerika dan masing-masing dapat saling tukar.
* Untuk membayar bunga, pemerintah Amerika menciptakan pajak. Jadi sebenarnya warganegara Amerika membayar bunga kepada Federal Reserve. Pajak ini dimulai tahun 1913, pada tahun yang sama Federal Reserve Bank didirikan. Seluruh pajak yang terkumpul dibayarkan ke Federal Reserve sebagai bunga atas pinjaman.
* Awal tahun 1929, Federal Reserve berhenti menerima uang emas sebagai bayaran. Yang berlaku hanya ‘uang resmi’. Federal Reserve mulai menarik uang kertas yang dijamin emas dari sirkulasi dan menggantinya dengan ‘uang resmi’.
* Sebelum tahun 1929 berakhir, ekonomi Amerika mengalami malapetaka (dikenal dengan masa ‘Great Depression’).
* Tahun 1931, Presiden Amerika Hoover mengumumkan kekuarangan budjet sebesar US$ 902.000.000.
* Tahun 1932 Amerika menjual emas senilai US$ 750.000.000 yang digunakan untuk menjamin mata uang Amerika. Ini sama dengan ‘penjualan likuidasi’ sebuah perusahaan bermasalah. Emas yang dijual ini dibeli dengan potongan (discount rates) oleh bank internsional/bank asing (persis keadaannya seperti di Indonesia sekarang ini), dan pembelinya adalah pemilik Federal Reserve di New York.
* Presiden Roosevelt mengalahkan Presiden Hoover di tahun 1932. Dalam sambutannya ia mengatakan, “Satu-satunya hal yang harus kita takutkan adalah ketakutan itu sendiri.” Roosevelt melakukan serangkaian keputusan untuk melakukan reorganisasi pemerintahan Amerika sebagai suatu perusahaan. Perusahaan ini kemudian mengalami kebangkrutan. Amerika bangkrut karena tidak bisa membayar bunganya akibat berhutang kepada Federal Reserve. Akibat bangkrutnya Amerika, maka bank-bank yang merupakan pemilik Federal Reserve sekarang memiliki SELURUH Amerika, termasuk warganegaranya dan asset-assetnya. Negara Amerika bentuknya adalah anak perusahaan Federal Reserve.
altar_rotshcild
ImageFederal Reserve telah membangkrutkan seluruh asset Amerika Serikat. Seminggu kemudian, di Parlemen, dilakukan tuntutan impeachment terhadap anggota-anggota dari Dewan Federal Reserve, kebanyakan agen-agen Federal Reserve dan para manajer dari Departemen Keuangan Amerika dengan tuduhan “kejahatan luar biasa dan penyalahgunaan wewenang”, termasuk pencurian lebih dari US$ 80.000.000.000 pertahun selama lima tahun (total US$ 400.000.000.000!)
Tahun 1934 Roosevelt memerintahkan seluruh bank di Amerika untuk tutup selama satu minggu dan menarik dari masyarakat emas dan mata uang yang diback-up emas dan menggantinya dengan “seolah-olah uang” yang dicetak Federal Reserve. Tahun itu dikenang sebagai ‘Liburan Bank Nasional’.
Rakyat mulai menahan emasnya karena mereka tidak mau menggunakan kertas tak bernilai “seolah-olah uang”. Karena itu Roosevelt pada tahun 1934 mengeluarkan perintah bahwa setiap warganegara dilarang memiliki emas, karena illegal. Para hamba hukum mulai melakukan penyelisikan pada orang-orang yang memiliki emas, dan segera menyitanya jika ditemukan. (Catatan: Pada saat itu rakyat yang ketakutan berbondong-bondong menukar emasnya dengan sertifikat/bond bertuliskan I.O.U yang ditandatangani oleh Morgenthau, Menteri Keuangan Amerika). Hal ini merupakan perampokan emas besar-besaran yang terjadi dalam sejarah umat manusia. Tahun 1976 Presiden Carter mencabut aturan ini.
Tahun 1963 Presiden Kennedy memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk mencetak uang logam perak. Langkah ini mengakhiri kekuasaan Federal Reserve karena dengan memiliki uang sendiri, maka rakyat Amerika tidak perlu membayar bunga atas uangnya sendiri. Lima bulan setelah perintah itu dikeluarkan, Presiden Kennedy mati dibunuh.
Langkah pertama Presiden Johnson adalah membatalkan keputusan Presiden Kennedy dan memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk menghentikan pencetakan mata uang perak sekaligus menarik mata uang perak dari peredaran untuk dimusnahkan.
Pada hari yang sama Kennedy dimakamkan, Federal Reserve Bank mengeluarkan uang ‘no promise’ yang pertama. Uang ini tidak menjanjikan bahwa mereka akan membayar dalam mata uang yang sah secara hukum, tetapi mata uang ini merupakan alat pembayaran yang berlaku.
Presiden Ronald Reagan merencanakan memperbaiki pemerintahan Amerika sesuai dengan aturan konstitusi. Ia ditembak beberapa bulan kemudian oleh anak dari teman dekatnya, Wakil Presiden George Bush. Reagan bia diselamatkan, dan dia tidak mengeluarkan perintah baru dan pada tahun 1987 untuk melaksanakannya namun perintah tersebut tidak ditanggapi oleh pemerintah Amerika.
Tahun 1993, James Traficant dalam pidatonya yang terkenal di Parlemen mengutuk sistem Federal Reserve sebagai suatu penipuan besar-besaran. Tak lama setelah itu ia menjadi korban penyelidikan korupsi sekali pun tidak ada tuntutan kepadanya selama bertahun-tahun.
Uang dollar yang dicetak sebelum tahun 2000 tertera kata-kata Federal Reserve Bank cabang mana yang mengeluarkan dan menjamin uang tersebut. Pada cetakan tahun 2000 dalam desain mata uang yang baru hanya tertera Federal Reserve System.
Pada tahun 2002, Traficant akhirnya terbukti korupsi. Ia mengatakan bahwa saksi-saksi yang melawan dia semuanya dipaksa untuk berbohong. Ia juga mengeluh karena tidak diperkenankan menghubungi semua orang yang menyelidikinya, sebagai saksi.
Henry Ford pernah berkata, “Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul uang, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi akan timbul revolusi.”
Dinasti Rothschild dan Al-Aqsha
Dinasti Rothschild, selain menguasai The Federal Reserve dan sejumlah bank paling berpengaruh dunia, ternyata juga berjasa besar dalam membangun The Temple Mount dan kota Yerusalem serta bangsa Yahudi pada umumnya. Dengan demikian Rothschild juga harus bertanggungjawab atas kerusakan Masjidil Aqsha sekarang ini.
Rothschild merupakan sponsor utama pembangunan Haikal Sulaiman ketiga yang direncanakan akan berdiri di atas reruntuhan Masjid al-Aqsha. Haikal Sulaiman atau Bait Suci, dalam sejarahnya pernah dua kali dibangun. Yang pertama dibangun oleh Hiram Abiff (Raja Titus, pengikut Lucifer), yang kedua dibangun oleh Raja Herodes (Romawi). Dan untuk yang ketiga, dinasti Rothschild membangun bait ini kembali atas mandat Illuminaty.
Selain Bait Suci, Gedung Mahkamah Agung Israel (The Supreme Court Building) yang arsitektur bangunannya sarat dengan simbol Luciferian, juga dibangun Rothschild. Posisi bangunan-bangunan yang berada di dalam kompleks Knesset ini tersusun dalam garis-garis sejajar berbentuk dua persilangan simbol salib terbalik (inverted cross), sebagaimana tanda salib yang terdapat di dalam gereja setan. Gedung Parlemen dan Gedung Mahkamah Agung berada di garis pendek. Garis panjang yang memotong garis pendek (membentuk salib) akan berakhir di Rockefeller Museum di utara Gunung Moriah. Tarikan garis-garis ini membentuk “anak kunci”. Segala sesuatu mengenai gedung Mahkamah Agung ini berkaitan dengan detail-detail perhitungan matematika yang berunsurkan angka-angka magic yang secara umum disebut “diabolical” (the cult calculation).
Para insinyur yang dipilih untuk pekerjaan pembangunan gedung Supreme Court ini ditentukan oleh Dorothy Rothschild. Yang terpilih kemudian adalah cucu laki-laki dan cucu perempuan Ben-Zion Guine dari Turkey, orang kepercayaan Baron Rothschild : Ram Kurmi, lahir di Yerusalem (1931) dan Ada Karmi Melanede, lahir di Tel Aviv (1936). Mereka adalah orang-orang yang sangat ahli dalam ilmu matematika diabolical dan Ley Lines. Adalah sangat penting bagi para perancang bangunan ini untuk memiliki keahlian seperti itu supaya mereka mampu menyelesaikan bangunannya dalam perhitungan angka-angka religious/spiritual yang tepat di suatu wilayah geografi.
Untuk keseluruhan gedung ada 1000 lembar proyek perencanaan, 1200 tumpukan semen, waktu bekerja adalah 3 tahun (750 hari), dan hanya 20 pekerja ditetapkan untuk bekerja setiap hari selama 200.000 hari kerja, 250.000 batu bangunan yang harus diletakkan dengan tangan dalam posisi-posisi ritual yang penuh arti. Secara utuh bentuk gedung ini menggambarkan T-cross (salib Tau = symbol okultisme bagi dewa-dewa Mesir).
Dalam kompleks ini terdapat “Rothschild emblem” yang merupakan simbol peringatan dan penghargaan kepada dinasti Rothschild generasi pertama, Rothschild dan lima anak laki-lakinya, sebagai pelopor berdirinya bank-bank central di hampir semua Negara Eropa.
Keluarga Rothschild membuat beberapa kesepakatan dengan pemerintah Israel sebelum mereka membangun gedung-gedung di kompleks Knesset, khususnya The Supreme Court. Kesepakatan tersebut antara lain memberikan ijin kepada Rothschild untuk membangun The Supreme Court dengan arsitek sendiri, dan biaya pembangunan seluruhnya ditanggung oleh Rothschilds (tidak seorangpun tahu berapa nilainya). Satu gedung ini saja menghabiskan waktu pembangunan selama tiga tahun ditambah satu tahun untuk mengerjakan begitu banyak “rahasia” di dalamnya.
Memasuki gedung ini, setelah melewati pemeriksaan sekuriti, hal yang pertama bisa dilihat adalah foto besar di dinding sebelah kiri. Di bagian kiri foto itu terlihat Teddy Kollek, kemudian Lord Rothschild, disebelah kanan berdiri Shimon Peres, di bawah kiri adalah Yitzhak Rabin. Yang lainnya adalah keluarga Rothschild yang terlibat dalam pembangunan The Supreme Court.
Dinasti Rothschild merupakan salah satu dinasti terkuat Luciferian di dunia sejak dulu hingga kini. Kelimpahan materi yang sangat banyak, juga kehidupannya, semata-mata dipersembahkan bagi agama Luciferiannya. Dalam hal ini Rothschild jauh lebih saleh ketimbang orang-orang yang mengaku beragama monotheisme namun malah memperdagangan agama itu sendiri demi mengambil keuntungan materi bagi diri pribadi dan keluarganya. Wallahu’alam bishawab. (Tamat/ridyasmara)
Diambil dari: http://eramuslim.com/berita/tahukah-anda/rothschild-bank-inggris-dan-the-federal-reserve-1.htm