Pages

Friday, April 26, 2013

SEJAHAT-JAHATNYA MANUSIA


Diceritakan oleh Syu'bi daripada Khalid bin Ayub katanya;

Pada suatu masa ada seorang lelaki yang jahat hidup di kalangan Bani Israel. Beliau telah diberikan gelaran "khulayi" yang bermaksud sejahat-jahat manusia kerana kehidupannya penuh dengan mengerjakan perbuatan yang jahat dan fasik.

Pada suatu hari lalu seorang abid (ahli ibadat) Bani Israel yang diberikan kekeramatan awan sentiasa menaungi perjalanannya.

Melihat hal tersebut, maka berkatalah si khulayi' di dalam hatinya;

"Akulah sejahat-jahat manusia Bani Israel dan dia ini Abid Bani Israel. Maka jikalau aku duduk kepadanya, mudah-mudahan Allah Taala memberi Rahmat kepadaku dengan sebabnya".

Maka duduklah si khulayi' itu bersama-sama dengan si abid itu. Melihat ada manusia jahat yang duduk bersama-sama dengannya, maka berkatalah si abid di dalam hatinya;

"Aku abid Bani Israel dan dia ini khulayi' Bani Israel duduk dia bersama denganku. Aku minta dipeliharakan diriku daripada hal dirinya yang jahat itu".

Maka berkatalah si abid tadi dengan sombong;

"Berdirilah engkau pergi jauh daripadaku".

Tatkala itu maka Allah telah mewahyukan kepada Nabi Isa alahissalam;

"Suruh olehmu kedua-kedua (khulayi' dan abid) memulakan semula amal ibadat mereka. Maka sesungguhnya telah Aku ampunkan dosa-dosa bagi khulayi' dan telah kubinasakan semua amal si abid".

Maka berpindahlah awan naungan itu di atas kepala si khulayi'.

Maka ingat oleh kamu sekelian jangan di hina seorang pendosa dan jangan kamu sangka kamu itu mulia pada amalan yang kamu kerjakan.

"PINTU TAUBAT ITU SENTIASA TERBUKA KEPADA SESIAPA YANG SUDI MELINTASINYA DENGAN MEMBAWA HATI YANG BENAR LAGI IKHLAS LAGI SUCI"

Wassalammualaik.
 

TERSINGKAPNYA TABIR HAKIKAT



Suatu ketika Abu Bashir sedang berdiri di dekat ka’bah seraya menjuruskan pandangannya kepada orang-orang yang sedang tawaf, dia tertegun karena begitu banyaknya orang yang mengerjakan tawaf hingga terdengar suara gemuruh takbir, tahmid, tasbih serta do’a, lalu terlintas dalam benaknya tentulah mereka mendapat ampunan di sisi Allah s.w.t. Sejurus kemudian datanglah Imam Ja’far Shaddiq seorang imam besar keturunan Rasulullah s.a.w dan dia mengetahui apa yang terlintas di dalam benak muridnya itu lantas berkata kepada Abu Bashir;

"Pejamkanlah matamu wahai Abu Bashir..."

Diiringi rasa kebingungan yang mendalam akhirnya Abu Bashir menuruti dan patuh keatas apa yang diperintahkan oleh gurunya itu.

Kemudian Imam Ja’far Shaddiq mengusap wajah Abu Bashir kemudian berkata :

Sekarang bukalah matamu wahai Abu Bashir dan lihat kembali orang-orang yang sedang bertawaf itu...

Setelah Abu Bashir membuka matanya, alangkah terperanjat dia tiada terkira karena sekarang yang dilihatnya hanyalah sekumpulan orang-orang yang berkepala binatang sedang melakukan tawaf, diantara mereka ada yang menyalak, mengaum, mengembik dan mengerang.

Sambil diliputi rasa heran, kebingungan dan gerun ketakutan dia kemudian bertanya kepada gurunya :

Apa yang sebenarnya yang terjadi ini wahai guru...?

Maka Imam Ja’far Shaddiq menjelaskan;
Pada kali pertama yang engkau lihat itu adalah wujud jasadniyah mereka sahaja yang sedang tawaf, dan kali kedua yang engkau lihat adalah batin wujud ruhaniyah mereka.

Lalu Abu Bashir bertanya lagi :
Kenapa boleh terjadi hal yang demikian wahai guru? Pada hal mereka sedang berhaji, dan terlihat mereka itu sedang bertakbir, bertahmid dan bertasbih mengagungkan Allah s.w.t

Dan dijawab oleh Imam Ja’far Shaddiq :
Apa yang mereka ucapkan tidak sungguh-sungguh keluar dari lisan mereka karena tidak bersesuaian dengan apa yang terlintas di dalam hati mereka. Apa yang mereka usahakan tidak pernah ditujukan kepada Allah s.w.t tapi dunialah yang mereka tuju. Mereka masih saja mengingati yang lain selain Allah sw.t karena kenyataannya mereka masih lagi mengagungkan jawatan kedudukannya, ilmunya dan hartanya padahal Allah Maha Mengetahui apa yang terlintas didalam diri kita baik zahir maupun batin.

Oleh sebab itu luruskan ikhlas niatmu karena Allah dan Rasul-Nya dan pasrah berserah dirimu untuk diaturkan oleh Allah sw.t dengan segala ketentuan-Nya, karena itu adalah awal serta akhir dari segala perjalanan ibadah seseorang hamba.

Dan sesuatu yang dilihat itu belum tentu benarnya jika dilihat hanya pada luaran kezahirannya sahaja.....

Wassalam.