Pages

Sunday, April 11, 2010

Makar Kaum Syi’ah Rafidah di Madinah



Dunia Islam kembali dihebohkan dengan tindakan anarkis Kaum Syiah Rafidhah (SR) di Kota Madinah. Tepatnya pada hari Jum’at, 20 Februari lalu, ratusan orang Syiah berkumpul dan memaksa masuk ke Pekuburan Baqi’ yang tidak jauh dari Mesjid Nabawi, pada waktu yang tidak lagi diperkenankan untuk melakukan ziarah ke pemakaman itu: menjelang terbenamnya matahari atau shalat magrib.
Tindakan anarkis itu kembali terulang pada Senin sore, 23 Februari 2009, ketika sekelompok pemuda berusia 20-an tahun yang datang dari Manthiqah Syarqiyyah (propinsi wilayah Timur Saudi-pen) bersama sejumlah peziarah kembali melakukan demo anarkis di dalam areal pekuburan, halaman Mesjid Nabawi dan di Mesjid Bilal, yang kemudian mengakibatkan 6 orang terluka; sebagian dirawat di tempat kejadian, dan sisanya dibawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
SR sangat membenci sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w dan menuduh mereka telah kafir setelah Rasulullullah s.a.w. wafat. Tidak heran berbagai usaha mereka lakukan untuk menghina kaum sahabat. Salah satunya adalah dengan percobaan membongkar kuburan sahabat di Madinah tersebut. Lihat Youtube berikut ini. Coba dengar apa yang diucapakan seorang wanita yang menjadi latar video tersebut.
Tentu saja polisi-polisi Saudi dan kaum Sunni tidak membiarkan kejadian itu berlangsung lama. Mereka kemudian mengejar dan menangkap orang-orang Syi’ah tersebut. Tindakan kaum SR ini bukan pertama kali terjadi dan juga bukan yang terakhir. Kelompok ini menyadari benar bahwa Da’wah Salafiyyah adalah musuh utama mereka, karena dakwah ini menelanjangi semua perilaku bid’ah, khususnya yang mughallazhah (berat), dengan menggunakan dalil syar’i dari al-Qur’an dan al-Sunnah sesuai dengan pemahaman al-Salaf al-Shalih terhadap kedua sumber itu. Itulah sebabnya, kaum Syiah Rafidhah (SR) selalu memberikan porsi khusus yang lebih besar dari kedengkian mereka terhadap Jazirah Arabiyah.
Gubernur Madinah, ‘Abdul Aziz bin Majid mengatakan-terkait peristiwa ini-: “Siapa pun yang datang ke Mesjid Nabawi yang mulia untuk menunaikan hal-hal yang sesuai dengan Sunnah, akan mendapatkan pelayanan dalam semua hal. Namun siapa yang melakukan hal-hal yang bertentang dengan itu dan tidak mengikuti aturan yang berlaku, maka ia tidak akan pernah dibiarkan dan pasti akan mendapatkan sanksi yang berlaku.”
Dasar Syiah Rafidhah yang sesat. Setelah melakukan kejahatan di Madinah, mereka menuduh Lembaga Amar Ma’ruf Nahi Munkar telah memukul kaum wanita dan anak-anak SR di sana. Mereka juga mengadakan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Arab Saudi di London.
Syiah Rafidah Demo di London
Syiah Rafidah Demo di London
Orang yang beserban putih di atas itu adalah seorang ulama Syi’ah yang bernama Yasser Al-Habib Al-Kuwaiti. Beliau bertanggung jawab atas tindakannya menghasut Britain untuk melarang masuk Syeikh Dr Yusuf Al-Qaradhawi ke U.K. yang hendak berobat di sana. Selain itu beliau juga sering mencela para sahabat secara terang-terangan dalam ceramah-ceramahnya di Hawzah-Hawzah di London. 
Syi'ah Rafidah Menghina Para Sahabat
Syi
Lihatlah poster-poster yang mereka bawa. Mereka menyamakan kedudukan beberapa sahabat sama tarafnya dengan syetan.
  • The Devil versus Adam
  • Nimrod versus Ibrahim
  • Pharaoh versus Moses
  • Abu Sufian versus Mohammed
  • Omar (Omar bin Khattab) versus Fatima
  • Muawiya versus Ali
  • Yazid versus Hussein
  • Haron (Harun Al-Rasyid) versus Al-Kazim (Musa al-Kazim bin Ja`far as-Sadiq (wafat 183 H) salah seorang Imam mereka yang 12)
  • Al-Saud versus Al-Mahdi
  • Wahhabis versus Shiites
Syiah Rafidah Menuduh Salafi Saudi = Teroris
Syiah Rafidah Menuduh Salafi Saudi = Teroris
Salafi Hijaz sering dirujuk sebagai Wahabi oleh-oleh musuh-musuh pengikut sunnah seperti kaum Syi’ah, Sufi, Tradisionalis, dan negara-negara barat. Seandainya mereka tahu, kenapa Amerika begitu mudahnya masuk ke Iraq adalah dikarenakan bantuan kaum Syi’ah Iraq. Begitu juga hal yang sama terjadi di Afghanistan.
Bagi mereka-mereka yang mengerti ajaran Syi’ah Rafidah, tentu tidak akan berbaik-baik dengan mereka. Lain halnya dengan yang tidak mengerti apa itu Syi’ah Rafidah, mereka akan berkata untuk apa memusuhi saudara sesama Islam sendiri. Pada yang saat yang sama mereka mengangumi tokoh-tokoh Hizbullah dan negara Iran yang berani menentang negara barat.

Penyimpangan Akidah Syiah




Assalammualaikum Pak Ustadz,
Saya sering mengikuti rubrik ini dan menyukainya karena menambah kazanah ilmu dan pengetahuan tentang Islam.Saya ingin bertanya, apakah perbedaan antara Sunni dan Syiah?Apakah ajaran golongan tersebut termasuk Islam? Jazakallah.
Eko Prasetyo
prasetyo_pirates@yahoo.co.id

Jawaban

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kalau menjawab masalah yang berbau kesyiah-syiahan, kadang kami agak ragu. Sebab biasanya ada kalangan yang cukup reaksioner bila kami menjawab masalah syiah. Entah mereka pendukung atau apa, yang jelas, tidak ada tema yang paling mendapat reaksi keras kecuali kalau kami menulis tentang syiah.
Walau pun kami paham sekali bahwa kalangan syiah di negeri kini sangat beragam. Ada yang hatinya terbuka dan santun, serta siap berbagi ilmu pengetahuan. Mereka ini enak diajak diskusi karena mereka memang semata-mata mencari kebenaran.
Tetapi sayangnya, ada juga yang dicetak oleh tokohnya untuk menjadi syiah yang puritan, ekstrem dan reaksioner. Ciri khasnya sederhana, umumnya berkaca mata kuda, anti kritik dan siap bereaksi hingga cara-cara paling kasar yang sulit kami ceritakan di sini.
Kalau yang membaca jawaban kami dari kalangan syiah model pertama, insya Allah akan sangat berguna untuk mencari titik-titik kebenaran.
Akan tetapi kalau yang membaca tulisan ini dari kalangan yang kedua, keseringannya akan melakukan reaksi aneh-aneh. Dan kami sudah seringkali jadi korbannya. Mulai dari melontarkan caci maki lewat telepon, kirim-kirim SMS yang juga berisi caci maki, bahkan termasuk melakukan hack dan crack ke situs ini. Sampai programmer kami dibikin pusing tujuh keliling. Mana belum kawin pula. Kasihan juga dia, lulus kuliah sih sudah, lalu apalagi?
Pernah kami menulis tentang analisa bagaimana kesempatan Ahmadinejad untuk menjadi tokoh dunia Islam. Kami jawab bahwa ada batu sandungan buat beliau untuk sampai ke sana. Mungkin Ahmadinejad bisa jadi Presiden di Iran yang dikuasai oleh kalangan Syiah. Tapi belum tentu dia sukses memimpin dunia Islam yang mayoritasnya beda akidah dengan syiah.
Sayangnya, kami malah dicaci maki habis oleh para pendukung syiah yang marah kalau ‘jago’ mereka dianalisa seperti itu. Telepon kami berdering-dering tiap saat. Kami ‘dipaksa’ untuk meladeni amukan massa kalangan syiah dari kalangan yang lumayan bringas dan ganas.
Sayang sekali memang, kalangan yang mengaku terbuka, moderat, berpikiran maju, tiba-tiba menjadi sangat reaksioner dan main teror ketika merasa ada pihak yang jalan berpikirnya tidak sejalan.
Tapi tidak mengapa, kalau memang kebenaran, tentu kita tidak perlu takut menyampaikannya. Apalagi terkait dengan urusan penyimpangan akidah. Takut teror dari kalangan syiah yang bringas sama saja menyembah berhala. Dan sikap takut itu merupakan syirik kepada Allah. Sebab yang pantas ditakuti hanya Allah saja.
Kesesatan Aqidah Syi’ah (Yang Umumnya Tidak Diakui)
Sebenarnya cukup banyak kesesatan akidah syiah yang harus disampaikan, namun di sini kami hanya menampilkan ringkasannya saja. Antara lain:
1. Mengkafirkan dan Mencaci Maki Para Shahabat Nabi
Akidah paling dasar buat kalangan syiah yang tidak ditutup-tutupi adalah semangat mereka untuk mengkafikan para shahabat nabi. Mereka meyakini bahwa para Sahabat sepeninggal Nabi saw, telah murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy.
Lihat kitab Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal.245, Al-Ushul minal Kafi juz II hal 244.
Selain mengkafirkan, mereka juga tidak pernah berhenti dari mencaci maki para shahabat. Bahkan mereka menjadikan tata cara caci maki sebagai bagian dari ibadah dan bentuk keimanan.
Padahal akidah yang benar telah melarang kita mencaci maki shahabat. Jangankan shahabat, orang biasa yang punya banyak kesalahan dan dosa sekalipun, bukan berarti boleh dicaci maki. Setidaknya, Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan kita untuk menjadi orang yang kerjaannya tukang mencaci maki.
Sedangkan shahabat nabi, bukan sembarang manusia. Kedududukan shahabat nabi sangat tinggi dan mulia. Lebih dari itu, para shahabat nabi ini adalah bagian dari mata rantai rujukan dalam beragama Islam.
Kita tidak mengenal Rasulullah SAW dan semua tata cara ibadah yang beliau ajarkan, kecuali lewat perantaraan para shahabat nabi. Karena semua hadits bahkan ayat Al-Quran yang kita miliki, semua pasti lewat jalur para shahabat itu.
Kalau ada paham yang sampai mengajarkan caci maki kepada shahabat, jelas sekali paham ini sangat ini merobohkan pondasi dasar serta sendi-sendi utama agama Islam. Lepas apakah paham itu mengaku syiah atau bukan syiah, pokoknya kalau sampai mencaci maki shahabat nabi, akidah mereka bubar.
Kalau shahabat nabi dinista dengan kata-kata kasar seperti itu, lalu agama Islam yang mana lagi yang kita jadikan rujukan? Apakah kita akan mengarang sendiri agama ini? Ataukah kita akan seperti yahudi dan nasrani yang kehilangan akar originalitas agama?
Rasulullah SAW bersabda:
Janganlah kamu mencaci maki sahabat-sahabatku, demi ALLAH yang jiwaku yang ada di Tangan-NYA, kalau salah seorang kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan dapat mencapai derajat mereka satu mud dan juga tidak setengah mud.” (HR Bukhari Muslim)
Ibnu Taimiyyah pernah mengatakan, “Orang yang menuduh para sahabat telah murtad sesudah Rasulullah SAW wafat kecuali beberapa orang yang sangat sedikit sekali tidak lebih dari belasan orang saja, atau menuduh para sahabat mereka semuanya telah fasiq, maka hal ini tidak diragukan lagi tentang kufurnya orang yang berkata seperti itu.”
2. Keyakinan Kemakshuman Para Imam
Bentuk kesesatan akidah yang kedua namun tidak kalah parahnya adalah keyakinan bahwa para imam mereka terjaga dari salah dan dosa alias ma’shum.
Di dalam kitab Mizanul Hikmah 1/174, Muhammad Ar Rayyi Asy Syahri menyebutkan bahwa salah satu syarat imamah dan kekhususan imam yaitu, “Telah diketahui bahwa dia adalah seorang yang ma’shum dari seluruh dosa, baik dosa kecil maupun besar, tidak tergelincir di dalam berfatwa, tidak salah dalam menjawab, tidak lalai dan lupa serta tidak lengah dengan satu perkara dunia pun.”
Padahal di dunia ini selain para nabi dan rasul, kita meyakini tidak ada orang yangma’shum. Kecuali mungkin pak Haji Maksum, makelar tanah yang ke mana-mana bawa map berisi poto kopi surat tanah orang. Sebab namanya memang Ma’shum. Sudah dari sono nya memang sudah Maksum.
Tetapi bahwa ada orang yang bebas dari dosa, tidak mungkin salah, terjaga secara pasti dari kesalahan manusiawi, jelas bertetangan dengan akidah dasar agama Islam, sekaligus bertentangan dengan Al-Quran dan sunnah.
Kepercayaan yang beraroma tahayul seperti ini adalah ciri khas agama para pendeta yang untouchable, di zaman gelapnya Eropa kuno. Para pendeta itu memang hidup di dalam lingkaran proteksi yang anti kritik, bahkan tidak bisa dan tidak boleh dikritik. Apa pun yang mereka lakukan, tidak boleh ada orang yang protes.
Konyolnya, selalu ada orang mengaku menjadi juru tafsir resmi dari para imam yangma’shum itu. Seperti kuncen atau tukang jaga makam keramat di kuburan-kuburan yang mengaku mimpi ketemu arwah si fulan, lalu menyampaikan amanat bahwa si arwah minta sesajen ini dan itu.
Sebuah bentuk tahayyul yang jahil murakkab (bodoh pangkat dua) yang pernah diperkenalkan kepada khalayak manusia. Sayangnya, umat Islam yang dulunya hobi bergelimang dengan noda syirik, biasanya mudah tergiur dengan konsep kemakshuman imam-imam ini. Lepas apakah mereka mengaku syiah atau tidak mengaku. Yang pasti, ajaran yang meyakini adanya manusia yang makshum adalah ajaran yang sesat dan keluar dari akidah Islam.
3. Pembalasan si Pitung
Syi’ah percaya kepada Ar-Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat dikala imam Ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.
Meski lagi-lagi kalangan syi’ah sering protes dan mengaku bahwa mereka dituduh yang tidak-tidak, namun kitab rujukan yang mereka pakai jelas-jelas menuliskan masalah ini.
Kaum Syi’ah Rafidhah meyakini bahwa kedua belas imam mereka yang telah meninggal dunia akan muncul kembali ke muka bumi untuk menegakkan hukuman (had) kepada para penentang mereka. Mereka menegakkan hukuman yang memang belum sempat diterapkan sebelumnya. Sehingga dunia pada saat itu penuh dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezhaliman sampai tegaknya hari kiamat.
Lihat kitab Syi’ah wat Tashhih halaman 141-142 dan juga kitab Aqa’idul Imamiyah halaman 67-68.
Ini menngingatkan kita tentang tokoh si Pitung. Dulu kita mengenal tokoh si Pitung jago betawi. Setelah dikalahkan oleh Belanda, tiba-tiba si Pitung kembali lagi dan menuntut balas.
Rupanya cerita silat ala betawi ini juga masuk sebagai bentuk penyelewengan sejarah ke dalam keyakinan kalangan syiah. Para tokoh shahabat nabi yang mulia seperti Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan, A-Husein, Fatimah dan lainnya ridhwanullahi ‘alaihim, tiba-tiba berubah dalam versi syiah menjadi layaknya pendekar silat yang punya dendam kesumat tujuh turunan.
Dalam tradisi akidah syiah yang sesat ada keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lainnya.
Sebuah hayalan yang cukup berhasil untuk membius orang awam yang kurang paham sejarah. Tapi namanya juga cerita silat, pasti memang seru. Semua penuh dengan siasat, tipu muslihat, intrik, nafsu kekuasaan, balas dendam, gelimang darah dan semangat berbunuhan. Buku cerita silat model Asmaraman Kho Ping Ho bisa kalah saingan dengan cerita-cerita balas dendam versi syiah.
Konyolnya, cerita silat model begituan justru selalu diajarkan dalam majelis pertemuan mereka. Dan apesnya, ada juga yang mau-maunya percaya dengan cerita bohong murahan seperti itu.
4. Rukun Iman Yang Berbeda
Studi literatur menghasilkan temuan bahwa ajaran syiah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada para Malaikat, Rasul dan Qadha dan Qadar- yaitu: 1. Tauhid (keesaan Allah), 2. Al-’Adl (keadilan Allah) 3. Nubuwwah (kenabian), 4. Imamah (kepemimpinan Imam), 5.Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan).
Ini bisa kita lihat pada kitab ‘Aqa’idul Imamiyah yang ditulis oleh Muhammad Ridha Mudhoffar.
5. Mushaf Versi Syiah
Meski kalangan syiah di negeri ini kerap menyangkal dan pura-pura menganggap sebagai tuduhan, nyatanya memang ada mushaf versi Syiah.
Mereka mengatakan bahwa Al-Quran yang ada di tangan kaum muslimin dari zaman shahabat sampai hari ini tidak asli lagi. Kecuali Al-Qur’an milik mereka yang tiga kali lebih besar dari Kitabullah, yang mereka namakan mushaf Fatimah.
Kalangan syiah yang lain mengakui bahwa mushaf Fatimah adalah hasil catatan wawancara Fatimah dengan Malaikat Jibril sepeninggal Rasulullah SAW. Ini pun sangat sesat. Karena sepeninggal Rasulullah SAW, wahyu dari langit sudah terputus. Tidak ada lagi wahyu.
Menurut mereka, malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Mereka adalah Maryam, isteri Imran, ibu Nabi Musa, Sarah: ibu Nabi Ishaq dan terakhir adalah Fathimah.
6. Tuduhan bahwa Para Khulafa Rasyidin Perampok
Dalam kitab Al-Amaali halaman 586 karya Abu Ja’far bin Babuyah Al-Qummi, diselewengkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
“Allah melaknat orang-orang yang menyelisihi Ali… Ali adalah seorang imam… dia adalah khalifah setelahku… Barangsiapa mendahului (kekhalifahan) Ali maka dia telah mendahului (kenabian)ku dan barangsiapa yang berpisah darinya maka dia telah berpisah dariku.”
Atas dasar ini mereka mengklaim Abu Bakar, Umar, dan Utsman sebagai perampok dan perampas kekuasaan. Sehingga mereka cerca bahkan mereka kafirkan.
Padahal Ali bin Abi Thalib sendiri pernah berkhutbah di Kufah dengan mengatakan:
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya sebaik-baik umat setelah Rasul-Nya adalah Abu Bakr kemudian Umar, dan bila mau aku akan sebutkan yang ketiganya. Lalu beliau turun dari mimbar, seraya mengatakan, “Kemudian Utsman, kemudian Utsman.”
Keterangan lebih rinci silahkan lihat kitab Al-Bidayah wan Nihayah jilid 8 halaman 13.
7. Menuduh Kenabian dan Risalah Muhammad SAW Belum Sempurna
Meski kalangan syiah sering kali menampik dan menyatkaan keberatan atas hal ini, namun bukti tegas tidak bisa dipungkiri bahwa mereka meyakini bahwa syariat yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW masih belum sempurna. Dan bahwa imam mereka itulah yang dapat wahyu dari Allah untuk menyempurnakan syariah.
Keyakinan aneh itu bisa kita baca dalam kitab Ushulul Kafi jilid 1 halaman 192, yang ditulis oleh tokoh syi’ah paling fenomenal, Al-Kulaini. Di sana dia menyebutkan bahwa setelah meninggalnya Nabi SAW sebenarnya pensyariatan hukum itu belum sempurna.La ilaaha illallah.
Heran sekali bagaimana ada kalangan mengaku muslim dan tidak mau dikatakan salah, padahal tegas-tegas mereka mengatakan bahwa risalah nabi Muhammad SAW belum sempurna.
Bahkan, masih menurut syiah, ada sejumlah syariat diwasiatkan Rasul kepada Ali. Kemudian Ali menyampaikan sebagiannya sesuai dengan masanya. Sampai akhirnya beliau wasiatkan kepada imam selanjutnya. Demikian seterusnya sampai imam yang masih bersembunyi (Imam Mahdi).
Padahal Allah telah sempurnakan syari’at ini sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, sebagaimana firman-Nya:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Semoga tulisan ini bermanfaat buat kita dan tentunya tidak menambah marah kalangan syiah ‘reaksioner’, namun menjadi salah satu bentuk kedewasaan bagi kita. Mungkin banyak yang tidak setuju dengan tulisan ini, tapi silahkan saja menjawab dengan argumen yang baik, cara yang mulia dan niat mencari kebenaran yang ilmiyah.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : Era Muslim

Gambar Peninggalan Rasulullah tercinta



Posted In: Mencintai Rasullullah dan Ahlul Bait by Habib Rifqi Al Hamid








Interior view of the Sacred Relics Chamber.
Some haris from the beard of the Prophet Muhammad {SAW}. 
Sumber http://sallawat.homestead.com/gallery.html

Mengapa Saya Keluar Dari Syiah. . . ?



Posted In: Syiah by Habib Rifqi Al Hamid
Peristiwa di mana Ulama’-Ulama’ besar Syi’ah keluar dari aliran sesat ini memang sudah tidak asing lagi malah ada di antara mereka yang disembelih dan dicincang mayat mereka setelah mereka secara terbuka bertaubat dari fahaman sesat lagi merbahaya ini. Antara tokoh-tokoh Syi’ah yang bertaubat adalah Ayatullah Uzhma Imam Sayid Abul Hassan al-Asfahani, Sayid Ahmad al-Kasrawi, al-Allamah Sayid Musa al-Musawi, Sayid Ahmad al-Katib, Abu al-Fadhl al-Burqui dan lain-lain lagi. Buku yang sedang diulas ini adalah berkenaan dengan Sayid Hussain al-Musawi seorang mujtahid dari alirang Syiah yang kemudiannya mengumumkan secara terbuka bahawa beliau bertaubat dari aliran sesat ar-Rafidhah ini dan beliau mendetailkan bukti-bukti kesesatan Syi’ah yang diambil dari kitab-kitab muktabar mereka sendiri.


Sayid Hussain al-Musawi dilahirkan di Karbala dan mendapat pendidikan di kota ilmu (hauzah) di Najaf. Beliau telah lulus dengan cemerlang di situ dan dianugerahkan derajat Ijtihad oleh tokoh besar Ulama’ Syi’ah iaitu Sayid Muhammad Hussain Ali Kasyif al-Ghita.

Selama masa beliau mendalami kitab-kitab Syi’ah ketika pengajian beliau selalu menjadi bingung dengan percanggahan yang begitu banyak terdapat dalam kitab-kitab muktabar ajaran Syi’ah. Tapi beliau coba menyenangkan hati beliau dengan menyatakan kepada diri beliau sendiri sebagai seorang yang buruk pemahaman dan sedikit ilmu. Pernah beliau melontarkan keraguan beliau kepada salah seorang tokoh di Hauzah dan tokoh itu hanya menjawab “jauhkanlah keraguan itu dari dirimu, kamu adalah pengikut Ahlul Bait AS, sedangkan ahlul bait menerimanya (agama syiah) dari Muhammad SAW, dan Muhammad SAW menerimanya dari Allah SWT.” Beliau merasa tenang sebentar namun perasaan berkecamuk antara kebenaran dan kebathilan syiah sentiasa bermain di jiwa beliau. Semakin mendalam pengajian beliau semakin banyak permasalahan timbul dan semakin bergelora perang batin dalam jiwa beliau. Setelah tamat pengajian di Hauzah perang batin dalam jiwa beliau berterusan. Setelah lama merenung keadaan ini maka beliau mengambil keputusan untuk melakukan kajian yang komprehensif dan mengkaji ulang seluruh materi pelajaran yang pernah beliau dapatkan. Beliau membaca sebanyak mungkin referensi pegangan serta kitab-kitab Syi’ah. Segala kebingungan atau percanggahan beliau tuliskan dalam lembaran-lembaran kertas dan beliau simpan semoga pada suatu hari Allah menetapkan satu keputusan. Peristiwa al-Allamah Sayid Musa al-Musawi dan Sayid Ahmad al-Katib dua tokoh besar Syi’ah yang bertaubat dan kembali kepada Ahlus Sunnah Wal Jamaah seolah-olah menjadi petunjuk bagi beliau bahawa masanya juga sudah tiba untuk beliau mengistihar keluar dari fahaman yang sesat ini. Beliau berpendapat kini giliran beliau sudah tiba untuk menyatakan kebenaran untuk menyelamatkan rakan-rakan beliau yang telah tertipu. Bagi beliau sebagai seorang ulama adalah tanggungjawab beliau untuk menjelaskan kebenaran walaupun ianya sungguh pahit untuk ditelan.


Maka Sayid Hussain al-Musawi pun mengarang sebuah buku yang membongkar kesesatan- kesesatan Syi’ah. Yang menariknya tentang buku ini adalah beliau menggunakan sumber Syi’ah sendiri untuk membongkarkan konspirasi musuh-musih Islaam untuk melemahkan Islaam dari dalam seperti musuh dalam selimut. Antara topik menarik yang beliau kupaskan adalah seperti berikut :


a) Abdullah Ibnu Saba’ satu individu fiktif/rekaan yang dicipta oleh Ahlu Sunnah Wal Jamaah dalam rangka untuk memburukkan Syi’ah. benarkah begitu? Apa kata sumber Syi’ah sendiri mengenai Abdullah Ibnu Saba.


b) Kata-kata kecaman dari kalangan Ahlul Bait sendiri terhadap Syi’ah. Beliau telah menurunkan kata-kata kecaman dari Saidina Ali RA, Saidatina Fathimah RA, Al-Hassan RA, al-Hussain RA dan Imam-Imam dari kalangan Ahlul Bait terhadap Syi’ah. Benarkah Syi’ah ini pembela Ahlul Bayt atau mereka sebenarnya pemusnah/penghina Ahlul Bait? Kita lihat sendiri Riwayat-riwayat syi’ah yang menghina Rasulullah SAW dan Ahlul Baitnya. Apakah kaitan Syi’ah di Kufah dengan tragedi pembunuhan Saidina Hussain RA? Kesemuanya riwayat-riwayat tentang hal ini di ambil dari sumber syi’ah sendiri!


c) Sayid Hussain al-Musawi juga membongkarkan bagaimana Syi’ah menghalalkan perzinaan dengan menggunakan Nikah Mut’ah, bagaimana perempuan diperlakukan sebagai objekmemuaskan hawa nafsu atas nama Mut’ah. Sungguh menjijikan sekali. Yang paling menggemparkan kisah Nikah Mut’ah Ayatollah Khomeini al-Musawi dengan kanak-kanak bawah umur dan apakah panadangan Ulama’ syi’ah akan hal ini? Bagaimana pula melakukan adengan Homoseks dengan kanak-kanak lelaki yang masih belum tumbuh janggutnya dan kumisnya. Beliau juga membawa Riwayat dari Amirul Mukminin Saidina Ali RA yangmenyatakan bahawa Mut’ah telah diharamkan pada hari Khaibar. Semua pendedahan ini diambil dari sumber Syi’ah sendiri!


d) Bagaimana Harta Khumus (1/5 bahagian untuk Ahlul Bayt) telah dipergunakan untuk kemewahan Ulama’-Ulama Syi’ah.

e) Apakah pandangan mereka tentang al-Quraan? Adakah al-Quraan yang ada pada kita hari ini lengkap? Benarkah….? al-Quraan yg lain selain dari apa yang kita baca hari ini?


f) Apakah pandangan Syi’ah terhadap Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Siapakah yang berkata kalimah ini, “Mereka (ASWJ) adalah orang-orang kafir yang najis berdasarkan Ijma’ ulama’ Syi’ah Imamiyah. Mereka lebih jahat dari Yahudi dan Nasrani.”?

g) Pengaruh Yahudi, Majusi dan lain-lain dalam Syi’ah

h) al-Qaim (Imam Mahdi) menurut Riwayat Syi’ah yang menyerupai watak Dajjal dan banyak lagi perkara-perkara yang menggemparkan. Kesemuanya diambil dari sumber rujukan Syi’ah sendiri.


Insya-Allah buku ini amat berguna sekali untuk mereka yang telah terpengaruh dengan Mazhab Ahlul Bait / Syi’ah di Malaysia ini dan juga untuk kita yang mungkin akan didatangi oleh da’i-da’i Syi’ah. Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi seoarang pakar tentang Aliran syi’ah juga berkata sebagai kata Pengantar untuk buku ini, “Ini (buku Lillahi Tsumma Li at-Tharikh) saya kirimkan kepada orang-orang yang masih berbaik sangka kepada Syi’ah dan yang menuntut agar menggauli mereka dengan baik dan lemah lembut, akibat kebodohan mereka terhadap al-Quraan dan sunnah Nabi SAW. Semoga mereka diberi petunjuk oleh Allah dan mempelajari Islam lebih dalam.”
Judul Asal : Lillahi Tsumma Li at-Tharikh (Untuk Allah Kemudian Untuk Sejarah)
Judul Buku : Mengapa Saya Keluar Dari Syiah?
Penulis : Sayid Husain al-Musawi
Penerbit : CV. Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, August 2002
Pengedar : Pustaka Indonesia, Wisma Yakin, Kuala Lumpur.

Fahami Syiah



Assalamualaikum

Bagi sesiapa yang tidak berilmu, adalah wajar dia mendapatkan ilmu sebelum membuat sebarang keputusan ke atas sesuatu agar kita tidak tersalah sangka dan tersalah pertimbangan. Insya-Allah kali ini saya bawa kan satu lagi golongan yang selalu di salah ertikan sama ada secara positif atau negatif.

Definisi Syiah

Maksud Syi‘ah dari sudut istilah.

Gelaran Syi‘ah lazimnya ditujukan kepada setiap orang yang setia (wala’) kepada ‘Ali bin Abi Thalib dan Ahl al-Baitnya radhiallahu ‘anhum, sehingga ia menjadi nama gelaran yang khusus bagi mereka.

Terdapat tiga golongan syiah:

Pertama: al-Tasyaiyu’.

Kumpulan ini adalah mereka yang bersimpati lalu menyebelahi pasukan ‘Ali bin Abi Thalib dalam peristiwa peperangan antara pasukan ‘Ali dan Mu‘awiyyah, radhiallahu ‘anhuma. Mereka juga mengambil berat, merasa sedih dan simpati ke atas nasib yang menimpa ‘Ali dan keluarganya: Hasan dan Husain radhiallahu ‘anhum sebagaimana yang tercatit di dalam sejarah Islam. 

Kedua: al-Mufadhdhilah

Kumpulan ini adalah mereka yang berpendapat bahawa ‘Ali bin Abi Thalib dan keluarganya adalah lebih mulia, lebih utama dan lebih tinggi kedudukannya berbanding lain-lain sahabat.

Walaubagaimanapun kedua-dua kumpulan yang pertama ini mengiktiraf jawatan khalifah Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman serta tidak mencela para sahabat yang lainnya. Pilihan mereka kepada apa yang mereka cenderungi tidak menyebabkan mereka berlaku tidak adil dan berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap apa yang tidak mereka cenderungi.

Ketiga: al-Rafidhah 

al-Rafidhah bermaksud kumpulan yang menolak. Syi‘ah al-Rafidhah adalah mereka yang menolak kekhalifahan dan keutamaan Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman. Mereka juga menolak para imam daripada keturunan Ahl al-Bait Rasulullah kerana mereka (para imam daripada keturunan Ahl al-Bait) juga mengiktiraf kekhalifahan Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman serta mengutamakan mereka bertiga di atas ‘Ali bin Abi Thalib.

Sejarah syiah

Syiah pada asalnya adalah satu perbalahan dari aspek politik. Sama ada Ali a.s dan ahlul bayt lebih layak menjadi pemimpin berbanding sahabat yang lain. Adakah pemerintahan melalui aspek keturunan ataupun aspek kebolehan (Quwah wa amanah)? Itu khilaf yang pada asalnya bermula.

Khilaf ini tidak ubah pada asalanya seperti UMNO dan PAS kini dalam mentadbir negara ataupun pada zaman khalifah sama ada melalui undian ataupun keturunan untuk menjadi khalifah.

Khilaf ini akhirnya menjadi parah pada zaman selepas Ali a.s (ini dapat dilihat apabila Ali a.s sendiri tidak pernah menentang secara kekerasan apatah lagi kekafiran terhadap perlantikan umar, Abu Bakar dan Uthman)

Bagaimana syiah terbentuk menjadi satu pegangan yang lain terdapat banyak sebab dan tulisan mengenainya. Ada yang menyatakan ia bermula dari seorang berbangsa yahudi bernama Abdullah b saba'. Ada yang menyatakan bahawa ia adalah kerana bangsa Parsi sendiri yang sememangnya mahu berkuasa dan banyak lagi sebab-sebab yang lain. 

Tetapi apa sebab sekalipun, satu khilaf dari aspek politik, akhirnya membawa perpecahan dari aspek akidah dan ibadah yang lebih fundamental. Islam mula di interpretasikan mengikut acuan yang salah dan menyesatkan.

Kesimpulan

Syiah yang dari golongan pertama dan kedua seperti disebutkan di atas tidak kafir kerana ia hanyalah perbezaan dari aspek pemerintahan sahaja dan bersifat furuq (cabang). Apa yang lebih fundamental ialah perpecahan dari aspek akidah dan ibadah serta pengkafiran sahabat. Ini yang sebenarnya di tentang oleh umat Islam.

Jadi, sekiranya seserorang itu berkata dia syiah, ujilah dahulu akidah dan pegangannya. (tetapi masih juga kita perlu berhati-hati kerana di daalam syiah dibenarkan berbohong (Taqiyah))

wallahualam
tj
Allah matlamat kami, ar Rasul pemimpin kami, Al-Quran perlembagaan kami, jihad jalan kami, mati pada jalan Allah cita-cita tertinggi kami...Lamanweb: http://www.pemikir1.blogspot.com/

Mencari ‘Sokongan Sejarah’ Terhadap Kesudahan Sunni – Syiah





muslim_distribution.jpg
Taburan Muslim Sunni dan Syiah di Seluruh Dunia – sumber: Wikipedia
Adalah sukar untuk dicari kesepakatan terhadap penentuan tarikh mula munculnya gerakan Syiah. Ia berpunca daripada perbezaan pandangan pelbagai pihak di dalam menentukan pengasas atau pencetus kepada gerakan itu sendiri. Kontroversi yang membabitkan Syiah terus diperbaharui zaman berzaman dan ia berlanjutan hingga kepada era pasca Revolusi Iran yang menjadi suatu lagi batu tanda di sepanjang lebuh perjalanan sejarah Syiah. Apakah sebenarnya status hubungan masyarakat dunia dengan Syiah? Persoalan ini tidak hanya membabitkan keperluan semasa, malah penting untuk menjadi asas kepada ramalan terhadap masa depan tamadun insan, khususnya di persekitaran Timur Tengah sebagai “˜pusat dunia”™.
Justeru itu, wajarlah persoalan ini digarap dengan bekalan sejarah kerana di situlah akan terserlah skrip sebenar kepada realiti pertembungan di antara Syiah dan Ahli Sunnah wa al-Jamaah.
ERA ABDULLAH BIN SABA”™
Abdullah bin Saba”™ atau juga dikenali sebagai Ibn Sawda”™ adalah seorang Yahudi dari San”™a di Yaman yang telah menzahirkan keislamannya di zaman Uthman bin Affan RA. Beliau adalah watak yang paling utama memainkan peranan menimbulkan kehuru-haraan di Madinah, Iraq, Syam dan Mesir secara khusus. Dakyah yang berlaku di dalam bentuk penyebaran pendapat siasah bahkan aqidah yang menyimpang, telah mencetuskan fitnah yang membawa kepada pembunuhan Saidina Uthman RA pada 18 Dzulhijjah 35H.
Ibn Sawda”™ telah menyebarkan pelbagai idea yang kontroversi di kalangan umat Islam khususnya yang berkaitan dengan penyelewengan-penyelewengan yang dinisbahkan kepada Uthman bin Affan. Gerakannya telah mencetuskan pemberontakan di empat penjuru tanah air umat Islam. Malah Abu Dzar al-Ghifari RA juga telah dihasut supaya bangkit mempertikaikan siasah Muawiyah bin Abi Sufian RA sebagai Gabenor di Syam di dalam soal pentadbiran Baitulmal.
Beliau juga telah mempopularkan idea kelayakan Saidina Ali RA sebagai pengisi jawatan Khalifah selepas kewafatan Rasulullah SAW dengan apa yang diistilahkan sebagai wasiat Rasulullah SAW. Abdullah bin Saba”™ juga menjadi orang pertama yang secara terang-terangan mencela Abu Bakr, Umar, Uthman dan sekalian sahabat. Hal ini diakui sendiri oleh ilmuan Syiah seperti Saad bin Abdullah al-Qummi di dalam al-Maqalaat wa al-Firaq. Tidak terhenti setakat itu, kepercayaan karut tentang kebangkitan semula Rasulullah SAW dan pelbagai fahaman yang kemudiannya menjadi usul teras golongan Syiah, telah dipelopori oleh Abdullah bin Saba”™
Inilah puncanya mengapa ramai pihak yang sudah tidak lagi mampu untuk menyembunyikan kecelaan sejarah Abdullah bin Saba”™, cuba untuk menanamkan prasangka bahawa beliau tidak wujud secara pasti di dalam sejarah. Idea yang tidak berasas ini didokong oleh sekumpulan Orientalis dan pengkaji Arab serta ramai dari kalangan Syiah semasa (Dr. Muhammad Amahzun, Tahqiq Mawaqif as-Sahabah fi al-Fitnah min Riwaayaat al-Imam at-Thabari wa al-Muhadditheen, Maktabah al-Kauthar, Riyadh, 1994).
Hal ini mustahil dapat diterima akal kerana penyebutan kisah Abdullah bin Saba”™ bukan hanya terdapat di dalam satu atau dua karangan ilmuan Ahli Sunnah wa al-Jamaah seperti Tarikh al-Imam at-Thabari malah ia turut disebut secara meluas di dalam sejumlah besar tulisan ulama pelbagai zaman, sama ada oleh Ahli Sunnah mahu pun Syiah sendiri. Tegasnya, Abdullah bin Saba”™ adalah merupakan pelopor dan pengasas kepada timbulnya krisis di antara pengikut ajaran Islam sebenar dengan kumpulan Syiah yang berlarutan hingga ke hari ini.
Kerugian yang menimpa umat Islam di dalam peperangan Jamal dan Siffin, pembunuhan Ali RA, anakandanya Husain RA dan pelbagai lagi siri perang dalaman yang tercetus semenjak kematian Uthman bin Affan RA, adalah hasil suntikan fitnah yang dipelopori oleh seorang penjenayah bernama Abdullah bin Saba”™.
ERA KHILAFAH BANI UMAYYAH
Muawiyah bin Abi Sufyan RA telah mengambil alih kepimpinan Islam selepas pembunuhan Ali RA dan berundurnya Hasan RA dari memangku jawatan yang ditinggalkan oleh ayahandanya. Kesatuan umat Islam telah dapat dihasilkan, namun kewujudan kelompok yang mendukung idea Ibn Saba”™ terus wujud dan sentiasa menjadi api di dalam sekam. Sikap keras lagi tegas Muawiyah dan para Khalifah Bani Umayyah terhadap golongan Syiah ini menjadikan mereka terpinggir dari arus perdana untuk beberapa ketika.
Analisa terhadap punca yang membawa kepada kejatuhan pemerintahan Bani Umayyah memperlihatkan sekurang-kurang empat kelompok musuh. Mereka adalah penduduk Arab berketurunan Yaman yang tinggal di Khurasan, golongan Mawali (bukan Arab) yang juga berpusat di sekitar Khurasan, kelompok Syiah yang sentiasa berdendam dengan Bani Umayyah, dan golongan keempat adalah terdiri daripada mereka yang menzahirkan diri sebagai Muslim tetapi masih berdendam terhadap Islam serta terus berpegang dengan fahaman pra Islam seperti Rawandiyyah dan sebagainya.
Namun, penglibatan Syiah di dalam propaganda Revolusi Abbasiyyah adalah faktor terpenting ke arah tumbangnya Khilafah Bani Umayyah.
Muhammad bin Ali telah mewarisi gerakan Revolusi Abbasiyyah yang diasaskan oleh Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abd al-Muttalib. Muhammad bin Ali menyokong perjuangan Abu Hasyim bin Muhammad bin Ali al-Hanafiah yang merupakan seorang Imam Syiah. Ketika Abu Hasyim di ambang kematiannya, beliau telah mewasiatkan supaya Muhammad bin Ali mengambil alih tempatnya sebagai Imam dan semenjak itulah beliau mengepalai gerakan Hasyimiah atau Abbasiyyah.
Selepas kematian Imam Muhammad bin Ali pada tahun 125H, berlaku peralihan kepimpinan Revolusi Abbasiyyah hinggalah ke tangan Abu Muslim al-Khurasani yang melancarkan Revolusi Abbasiyyah secara terbuka. Pada masa itu nama Imam Ibrahim yang menggantikan tempat ayahandanya Imam Muhammad bin Ali masih dirahsiakan. Apabila rahsia ini terdedah, Imam Ibrahim telah ditangkap dan dibunuh di Harran (132H) dan beliau telah mewasiatkan supaya saudaranya Abu al-Abbas as-Saffah menggantikan tempatnya sebagai Imam. Walaupun mendapat tentangan daripada Abu Salamah al-Khallal, akhirnya calon yang disokong oleh keluarga Abbas dan Syiah iaitu Abu al-Abbas as-Saffah telah terpilih. Berhasillah kehendak Syiah di masa itu dan akhirnya kepimpinan ummah beralih daripada Bani Umayyah kepada Abu al-Abbas as-Saffah yang mengasaskan Kerajaan Abbasiyyah (132H).
ERA KERAJAAN ABBASIYYAH
Walaupun kerajaan Abbasiyyah itu tertegak atas kehendak dan maslahah golongan Syiah, mereka masih mengekalkan sikap pragmatik dan hanya berpihak kepada kuasa yang boleh memenuhi kemahuan mereka semata-mata.
Perpecahan yang serius di antara bangsa-bangsa Muslim mengundang kelemahan yang membunuh kerajaan Abbasiyyah. Namun, kemunculan Hulagu, cucu kepada Genghiz Khan ke Baghdad adalah peristiwa yang paling bersejarah. Di zaman Bani Buwaih, mazhab Khilafah Abbasiyyah adalah Syiah. Namun selepas berpindah kepada Seljuk, mazhab kerajaan kembali kepada Sunni. Akan tetapi, para khalifah di era penghabisan kerajaan Abbasiyyah masih terus percaya kepada tokoh-tokoh Syiah, seperti Mu”™ayyid ad-Deen bin al-Alqami. Atas perbalahan yang berlaku di antara Sunni dan Syiah, Mu”™ayyid telah menjemput Hulagu mengisi cita-citanya menawan Baghdad. Beliau yang sepatutnya menjalankan tugas mewakili Khalifah untuk berbincang dengan Hulagu, telah berpaling tadah dan seterusnya membuka laluan kepada Hulagu menyerang Baghdad hingga ke akar umbi pada tahun 656H. Ibn Kathir meriwayatkan bahawa, 1,800,000 penduduk Baghdad telah terbunuh di tangan Hulagu dan tenteranya. Suatu insiden yang hitam di dalam sejarah kemanusiaan.
ERA PRA FATIMIYYAH DAN AYYUBIYYAH
Kerajaan Fatimiyyah yang bermazhab Syiah merupakan kerajaan kecil pertama yang mengisytiharkan ketuanya sebagai Khalifah yang bebas merdeka daripada pemerintahan Abbasiyyah. Walaupun kerajaan Fatimiyyah mempunyai sumbangannya yang banyak terutamanya kepada aspek pembangunan tamadun material Islam, namun era tersebutlah yang menyaksikan berleluasanya penyebaran fahaman dan amalan syiah yang khurafat, sehinggalah ia ditamatkan dengan kejayaan Salahuddin al-Ayyubi memimpin Mesir dan membawanya kembali kepada mazhab Sunni di bawah kepimpinan Kerajaan Abbasiyyah (567H).
ERA OTHMANIYYAH
Selepas kejatuhan Baghdad pada tahun 656H / 1258M, kepimpinan umat Islam telah diambil alih oleh Khilafah Turki Othmaniyyah yang diasaskan pada tahun 1299M. Ketika pemerintahan Othmaniyyah berada di kemuncak kegemilangan mereka, wilayah Parsi telah menyaksikan kemunculan kerajaan Syiah Safavid yang diasaskan oleh Shah Ismail I pada tahun 1500. Buat kali pertamanya, tanah air Parsi telah diisytiharkan secara rasmi menganut fahaman Syiah sebagai mazhab rasmi.
Sejarah telah memperlihatkan sekali lagi sikap Syiah yang sentiasa memusuhi Ahli Sunnah. Kerajaan Safavid telah melancarkan propaganda menghasut penduduk wilayah Othmaniyyah di timur supaya bangkit memberontak. Malah mereka juga bekerjasama dengan Hapsburgs dari Austria untuk menentang Kerajaan Othmaniyyah. Dalam pada itu, Mesir yang ditadbir oleh kerajaan kecil Mamluki yang mengambil alih pemerintahan dari Ayyubiyyin, turut bekerjasama dengan Safavid menentang Othmaniyyah.
Sesungguhnya krisis ratusan tahun di antara Safavid Syiah di Iran terhadap Kerajaan Othmaniyyah telah banyak memberikan implikasi negatif kepada perkembangan kuasa Othmaniyyah yang mewakili Ahli Sunnah itu. Sultan Abdul Hamid II (Khalifah Daulah Othmaniyyah 1876 ““ 1908) pernah berkata, “Sesungguhnya permusuhan di antara Kerajaan Safavid (Syiah) dan Othmaniyyah (Sunni) tidaklah untuk kepentingan umat Islam bahkan untuk kemaslahatan kufur dan kaumnya”¦”
ERA PASCA OTHMANIYYAH
Di ambang kejatuhan kerajaan Othmaniyyah, perjuangan Imam Syamil di Daghistan menentang Russia turut menghadapi konspirasi golongan Syiah yang sentiasa menjadi gunting di dalam lipatan. Mereka akan sentiasa berpihak kepada kuasa yang dirasakan boleh menang dan menjamin kepentingan Syiah.
Hal ini menjadi lebih kronik selepas perjanjian Sykes-Picot ditandatangani pada 16 Mei 1916. Tanah air umat Islam yang dirampas dari Khilafah Othmaniyyah telah di”™faraidh”™kan oleh Britain dan Perancis mengikut kehendak mereka. Peta-peta sempadan negara baru dilukis dengan mengambil kira strategi yang diyakini boleh mengekalkan kelemahan umat Islam. Bangsa Kurdi sinonim dengan Salahuddin al-Ayyubi berserta rekod bersih mereka terus setia bersama kerajaan Othmaniyyah, telah ditempatkan sebagai kaum minoriti di semua negara. Sykes-Picot telah melukis peta secara bengkang bengkok supaya bangsa Kurdi menjadi kaum minoriti di Turki, Syria, Iraq, Iran dan Armenia. Ini akan melemahkan mereka dan membolehkan pengaruh mereka dibunuh.
Malah sejumlah besar penganut Syiah menjadi penduduk Iraq yang Sunni dan begitu juga, Ahli Sunnah menjadi warga Iran yang didominasi oleh Syiah. Semuanya bertujuan untuk melemahkan umat Islam sedunia.
Namun Syiah terus berkembang dengan sikap pragmatik mereka, turut memainkan peranan yang penting sehingga tercetusnya peperangan Pakistan Barat dan Pakistan Timur pada tahun 1971.

ERA REVOLUSI IRAN
Tahun 1978 / 1979 telah menyaksikan kebangkitan besar-besaran pengaruh Syiah di bawah kepimpinan Ayatullah Khomeini menjatuhkan kepimpinan diktator Shah Iran, Muhammad Reza Pahlavi. Pengisytiharan Khomeini terhadap penubuhan Republik Islam Iran bagi menggantikan kerajaan Shah Iran, dilihat oleh dunia sebagai pencetusan suatu momentum besar terhadap kebangkitan semula kuasa Islam di dunia.
Namun, penelitian yang dibuat terhadap Republik Islam Iran telah memperlihatkan realiti yang berbeza. Ia adalah sebuah kebangkitan yang amat khusus mewakili kelompok Syiah Imamiah semata-mata tanpa sebarang perkongsian visi dan misi dengan Sunni.
Al-Marhum Said Hawwa yang memimpin gerakan Islam di Syria telah berkunjung ke Iran untuk bertemu sendiri dengan Khomeini dan meneliti sejauh mana Khomeini serius di dalam usahanya membebaskan bumi Palestin yang terjajah. Akan tetapi, hakikatnya adalah sangat mengejutkan. Bagi Said Hawwa, Khomeini dan Revolusinya itu, hanyalah lanjutan kepada makar Syiah yang dusta. Sekembalinya beliau dari Iran, Said Hawwa telah menulis sebuah makalah bertajuk al-Khomeiniyyah ““ Syudzuz fi Al-”˜Aqaid wa Al-Mawaqif (Khomeinisma: Keganjilan Pada Aqidah dan Pendirian Politik). Khomeini telah melanjutkan celaan Syiah terhadap para Sahabat malah peminggiran secara berpelembagaan terhadap ajaran Ahli Sunnah dan identiti selain Syiah telah dilakukan secara terang-terangan.
Said Hawwa telah menghuraikan dengan terpeinci segala perkembangan semasa golongan Syiah pasca Revolusi Iran di tanah air umat Islam. Hakikat Hizbullah dan Harakah Al-Amal, perkembangan di Lubnan, Syria, Turki, Pakistan dan India, pemisahan Pakistan Timur (Bangladesh), bahkan mengunjur hingga ke Afrika, semuanya menggambarkan siapakah sebenarnya pendukung Khomeinisma dan apakah hakikat mereka. Catatan paling hitam peperangan Iran ““ Iraq telah meninggalkan kesan yang amat mendalam kepada kekuatan umat di rantau berkenaan.
Beliau juga menjelaskan tentang kerjasama-kerjasama sulit Iran dengan negara-negara seperti Libya, Lubnan, bahkan dengan Israel dan Soviet Union. Said Hawwa menekankan tentang lawatan berterusan wakil-wakil kerajaan Soviet Union ke Iran yang mana semua itu bercanggah sama sekali dengan laungan-laungan Khomeini di era Revolusi Iran yang diperjuangkannya.
Kekayaan umat Islam terbuang semata-mata untuk menghadapi gejala ini, bahkan kebangkitan Umat Islam juga mengalami kerugian akibat penglibatan Syiah di dalam gelanggang kebangkitan umat. Anasir-anasir kekuatan umat Islam banyak dipengaruhi Syiah lantas kelebihan itu tersalur ke arah yang bukan membawa kepada matlamat sebenar perjuangan umat, bahkan ke arah kepentingan Syiah semata-mata. Penampilan proses perlaksanaan Islam yang salah berlaku di Iran, apabila perlembagaan Iran mengaktakan mazhab sebagai dasar negara.
Jika sebahagian Syiah bersikap melampau di dalam prinsip taqiyyah (berpura-pura) mereka, kini di era Khomeini dan Revolusi Iran, taqiyyah itu menjangkau kepada penglibatan senjata api. Di suatu masa, Khomeini melaungkan penentangannya terhadap penguasaan Yahudi di Palestin tetapi di dalam masa yang sama, mengadakan kerjasama sulit dengan pihak musuh itu dan memberikan kemaslahatan kepada mereka.
PERTEMBUNGAN DI MASA HADAPAN
Sikap luar biasa Syiah yang memperlihatkan kecurigaan di sepanjang zaman tidak memungkinkan kita untuk meletakkan sebarang harapan dan simpati. Malah perkembangan di Iraq pasca serangan Bush dan penggantungan Saddam, mendedahkan kepada kita betapa lunaknya Syiah dengan sebarang peluang yang membolehkan mereka berkuasa, walaupun di atas kebinasaan orang lain.
Hal ini bakal menyulitkan lagi usaha untuk tidak mengaitkan Iran dengan fitnah umat Islam di akhir zaman kerana hadith ke 2944 di dalam Sahih Muslim menjelaskan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: “Dajjal itu akan keluar dengan diikuti bersamanya Yahudi dari Esfahan (sebuah wilayah di Iran) seramai 70 ribu, mereka itu memakai Tayalisah (jubah-jubah yang besar)”.
Apakah kesudahan pengkhianatan Syiah terhadap Ahli Sunnah? Semuanya di dalam pengetahuan Allah. Namun, untuk melihat mereka sebagai sandaran harap, tiada catatan sejarah yang menyokong, malah apa yang berlaku adalah sentiasa sebaliknya.
Semoga Allah menyelamatkan kita semua daripada kekeliruan di zaman yang serba mencabar ini.
ABU SAIF
Ingin berkongsi usaha menggerakkan server Saifulislam.Com? Perkongsian anda kami dahulukan dengan ucapan jazakumulaahu khair al-jazaa'




© SAIFULISLAM.COM (1998 – 2010)

Hak cipta terpelihara. Setiap artikel yang tersiar di Saifulislam.Com dihasilkan untuk tujuan pendidikan dan bersifat non-komersil. Pembaca bebas menyalin dan menyebarkan artikel yang terdapat di sini, namun alamat Saifulislam.Com hendaklah disertakan bersama untuk memudahkan proses rujukan. Manakala untuk penerbitan semula dan berorientasikan komersil, setiap bahagian daripada artikel ini tidak boleh diterbitkan semula, disimpan untuk pengeluaran atau dipindahkan dalam bentuk lain, sama ada dengan cara bercetak, elektronik, mekanikal, fotokopi, rakaman dan sebagainya, tanpa izin SAIFULISLAM.COM terlebih dahulu.

"Erti Hidup Pada Memberi"

ABU SAIF @ www.saifulislam.com
68000 Ampang, Selangor