Assalammualaikum Pak Ustadz,
Saya sering mengikuti rubrik ini dan menyukainya karena menambah kazanah ilmu dan pengetahuan tentang Islam.Saya ingin bertanya, apakah perbedaan antara Sunni dan Syiah?Apakah ajaran golongan tersebut termasuk Islam? Jazakallah.
Eko Prasetyo
prasetyo_pirates@yahoo.co.id
Jawaban
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kalau menjawab masalah yang berbau kesyiah-syiahan, kadang kami agak ragu. Sebab biasanya ada kalangan yang cukup reaksioner bila kami menjawab masalah syiah. Entah mereka pendukung atau apa, yang jelas, tidak ada tema yang paling mendapat reaksi keras kecuali kalau kami menulis tentang syiah.
Walau pun kami paham sekali bahwa kalangan syiah di negeri kini sangat beragam. Ada yang hatinya terbuka dan santun, serta siap berbagi ilmu pengetahuan. Mereka ini enak diajak diskusi karena mereka memang semata-mata mencari kebenaran.
Tetapi sayangnya, ada juga yang dicetak oleh tokohnya untuk menjadi syiah yang puritan, ekstrem dan reaksioner. Ciri khasnya sederhana, umumnya berkaca mata kuda, anti kritik dan siap bereaksi hingga cara-cara paling kasar yang sulit kami ceritakan di sini.
Kalau yang membaca jawaban kami dari kalangan syiah model pertama, insya Allah akan sangat berguna untuk mencari titik-titik kebenaran.
Akan tetapi kalau yang membaca tulisan ini dari kalangan yang kedua, keseringannya akan melakukan reaksi aneh-aneh. Dan kami sudah seringkali jadi korbannya. Mulai dari melontarkan caci maki lewat telepon, kirim-kirim SMS yang juga berisi caci maki, bahkan termasuk melakukan hack dan crack ke situs ini. Sampai programmer kami dibikin pusing tujuh keliling. Mana belum kawin pula. Kasihan juga dia, lulus kuliah sih sudah, lalu apalagi?
Pernah kami menulis tentang analisa bagaimana kesempatan Ahmadinejad untuk menjadi tokoh dunia Islam. Kami jawab bahwa ada batu sandungan buat beliau untuk sampai ke sana. Mungkin Ahmadinejad bisa jadi Presiden di Iran yang dikuasai oleh kalangan Syiah. Tapi belum tentu dia sukses memimpin dunia Islam yang mayoritasnya beda akidah dengan syiah.
Sayangnya, kami malah dicaci maki habis oleh para pendukung syiah yang marah kalau ‘jago’ mereka dianalisa seperti itu. Telepon kami berdering-dering tiap saat. Kami ‘dipaksa’ untuk meladeni amukan massa kalangan syiah dari kalangan yang lumayan bringas dan ganas.
Sayang sekali memang, kalangan yang mengaku terbuka, moderat, berpikiran maju, tiba-tiba menjadi sangat reaksioner dan main teror ketika merasa ada pihak yang jalan berpikirnya tidak sejalan.
Tapi tidak mengapa, kalau memang kebenaran, tentu kita tidak perlu takut menyampaikannya. Apalagi terkait dengan urusan penyimpangan akidah. Takut teror dari kalangan syiah yang bringas sama saja menyembah berhala. Dan sikap takut itu merupakan syirik kepada Allah. Sebab yang pantas ditakuti hanya Allah saja.
Kesesatan Aqidah Syi’ah (Yang Umumnya Tidak Diakui)
Sebenarnya cukup banyak kesesatan akidah syiah yang harus disampaikan, namun di sini kami hanya menampilkan ringkasannya saja. Antara lain:
1. Mengkafirkan dan Mencaci Maki Para Shahabat Nabi
Akidah paling dasar buat kalangan syiah yang tidak ditutup-tutupi adalah semangat mereka untuk mengkafikan para shahabat nabi. Mereka meyakini bahwa para Sahabat sepeninggal Nabi saw, telah murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy.
Lihat kitab Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal.245, Al-Ushul minal Kafi juz II hal 244.
Selain mengkafirkan, mereka juga tidak pernah berhenti dari mencaci maki para shahabat. Bahkan mereka menjadikan tata cara caci maki sebagai bagian dari ibadah dan bentuk keimanan.
Padahal akidah yang benar telah melarang kita mencaci maki shahabat. Jangankan shahabat, orang biasa yang punya banyak kesalahan dan dosa sekalipun, bukan berarti boleh dicaci maki. Setidaknya, Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan kita untuk menjadi orang yang kerjaannya tukang mencaci maki.
Sedangkan shahabat nabi, bukan sembarang manusia. Kedududukan shahabat nabi sangat tinggi dan mulia. Lebih dari itu, para shahabat nabi ini adalah bagian dari mata rantai rujukan dalam beragama Islam.
Kita tidak mengenal Rasulullah SAW dan semua tata cara ibadah yang beliau ajarkan, kecuali lewat perantaraan para shahabat nabi. Karena semua hadits bahkan ayat Al-Quran yang kita miliki, semua pasti lewat jalur para shahabat itu.
Kalau ada paham yang sampai mengajarkan caci maki kepada shahabat, jelas sekali paham ini sangat ini merobohkan pondasi dasar serta sendi-sendi utama agama Islam. Lepas apakah paham itu mengaku syiah atau bukan syiah, pokoknya kalau sampai mencaci maki shahabat nabi, akidah mereka bubar.
Kalau shahabat nabi dinista dengan kata-kata kasar seperti itu, lalu agama Islam yang mana lagi yang kita jadikan rujukan? Apakah kita akan mengarang sendiri agama ini? Ataukah kita akan seperti yahudi dan nasrani yang kehilangan akar originalitas agama?
Rasulullah SAW bersabda:
Janganlah kamu mencaci maki sahabat-sahabatku, demi ALLAH yang jiwaku yang ada di Tangan-NYA, kalau salah seorang kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan dapat mencapai derajat mereka satu mud dan juga tidak setengah mud.” (HR Bukhari Muslim)
Ibnu Taimiyyah pernah mengatakan, “Orang yang menuduh para sahabat telah murtad sesudah Rasulullah SAW wafat kecuali beberapa orang yang sangat sedikit sekali tidak lebih dari belasan orang saja, atau menuduh para sahabat mereka semuanya telah fasiq, maka hal ini tidak diragukan lagi tentang kufurnya orang yang berkata seperti itu.”
2. Keyakinan Kemakshuman Para Imam
Bentuk kesesatan akidah yang kedua namun tidak kalah parahnya adalah keyakinan bahwa para imam mereka terjaga dari salah dan dosa alias ma’shum.
Di dalam kitab Mizanul Hikmah 1/174, Muhammad Ar Rayyi Asy Syahri menyebutkan bahwa salah satu syarat imamah dan kekhususan imam yaitu, “Telah diketahui bahwa dia adalah seorang yang ma’shum dari seluruh dosa, baik dosa kecil maupun besar, tidak tergelincir di dalam berfatwa, tidak salah dalam menjawab, tidak lalai dan lupa serta tidak lengah dengan satu perkara dunia pun.”
Padahal di dunia ini selain para nabi dan rasul, kita meyakini tidak ada orang yangma’shum. Kecuali mungkin pak Haji Maksum, makelar tanah yang ke mana-mana bawa map berisi poto kopi surat tanah orang. Sebab namanya memang Ma’shum. Sudah dari sono nya memang sudah Maksum.
Tetapi bahwa ada orang yang bebas dari dosa, tidak mungkin salah, terjaga secara pasti dari kesalahan manusiawi, jelas bertetangan dengan akidah dasar agama Islam, sekaligus bertentangan dengan Al-Quran dan sunnah.
Kepercayaan yang beraroma tahayul seperti ini adalah ciri khas agama para pendeta yang untouchable, di zaman gelapnya Eropa kuno. Para pendeta itu memang hidup di dalam lingkaran proteksi yang anti kritik, bahkan tidak bisa dan tidak boleh dikritik. Apa pun yang mereka lakukan, tidak boleh ada orang yang protes.
Konyolnya, selalu ada orang mengaku menjadi juru tafsir resmi dari para imam yangma’shum itu. Seperti kuncen atau tukang jaga makam keramat di kuburan-kuburan yang mengaku mimpi ketemu arwah si fulan, lalu menyampaikan amanat bahwa si arwah minta sesajen ini dan itu.
Sebuah bentuk tahayyul yang jahil murakkab (bodoh pangkat dua) yang pernah diperkenalkan kepada khalayak manusia. Sayangnya, umat Islam yang dulunya hobi bergelimang dengan noda syirik, biasanya mudah tergiur dengan konsep kemakshuman imam-imam ini. Lepas apakah mereka mengaku syiah atau tidak mengaku. Yang pasti, ajaran yang meyakini adanya manusia yang makshum adalah ajaran yang sesat dan keluar dari akidah Islam.
3. Pembalasan si Pitung
Syi’ah percaya kepada Ar-Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat dikala imam Ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.
Meski lagi-lagi kalangan syi’ah sering protes dan mengaku bahwa mereka dituduh yang tidak-tidak, namun kitab rujukan yang mereka pakai jelas-jelas menuliskan masalah ini.
Kaum Syi’ah Rafidhah meyakini bahwa kedua belas imam mereka yang telah meninggal dunia akan muncul kembali ke muka bumi untuk menegakkan hukuman (had) kepada para penentang mereka. Mereka menegakkan hukuman yang memang belum sempat diterapkan sebelumnya. Sehingga dunia pada saat itu penuh dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezhaliman sampai tegaknya hari kiamat.
Lihat kitab Syi’ah wat Tashhih halaman 141-142 dan juga kitab Aqa’idul Imamiyah halaman 67-68.
Ini menngingatkan kita tentang tokoh si Pitung. Dulu kita mengenal tokoh si Pitung jago betawi. Setelah dikalahkan oleh Belanda, tiba-tiba si Pitung kembali lagi dan menuntut balas.
Rupanya cerita silat ala betawi ini juga masuk sebagai bentuk penyelewengan sejarah ke dalam keyakinan kalangan syiah. Para tokoh shahabat nabi yang mulia seperti Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan, A-Husein, Fatimah dan lainnya ridhwanullahi ‘alaihim, tiba-tiba berubah dalam versi syiah menjadi layaknya pendekar silat yang punya dendam kesumat tujuh turunan.
Dalam tradisi akidah syiah yang sesat ada keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lainnya.
Sebuah hayalan yang cukup berhasil untuk membius orang awam yang kurang paham sejarah. Tapi namanya juga cerita silat, pasti memang seru. Semua penuh dengan siasat, tipu muslihat, intrik, nafsu kekuasaan, balas dendam, gelimang darah dan semangat berbunuhan. Buku cerita silat model Asmaraman Kho Ping Ho bisa kalah saingan dengan cerita-cerita balas dendam versi syiah.
Konyolnya, cerita silat model begituan justru selalu diajarkan dalam majelis pertemuan mereka. Dan apesnya, ada juga yang mau-maunya percaya dengan cerita bohong murahan seperti itu.
4. Rukun Iman Yang Berbeda
Studi literatur menghasilkan temuan bahwa ajaran syiah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada para Malaikat, Rasul dan Qadha dan Qadar- yaitu: 1. Tauhid (keesaan Allah), 2. Al-’Adl (keadilan Allah) 3. Nubuwwah (kenabian), 4. Imamah (kepemimpinan Imam), 5.Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan).
Ini bisa kita lihat pada kitab ‘Aqa’idul Imamiyah yang ditulis oleh Muhammad Ridha Mudhoffar.
5. Mushaf Versi Syiah
Meski kalangan syiah di negeri ini kerap menyangkal dan pura-pura menganggap sebagai tuduhan, nyatanya memang ada mushaf versi Syiah.
Mereka mengatakan bahwa Al-Quran yang ada di tangan kaum muslimin dari zaman shahabat sampai hari ini tidak asli lagi. Kecuali Al-Qur’an milik mereka yang tiga kali lebih besar dari Kitabullah, yang mereka namakan mushaf Fatimah.
Kalangan syiah yang lain mengakui bahwa mushaf Fatimah adalah hasil catatan wawancara Fatimah dengan Malaikat Jibril sepeninggal Rasulullah SAW. Ini pun sangat sesat. Karena sepeninggal Rasulullah SAW, wahyu dari langit sudah terputus. Tidak ada lagi wahyu.
Menurut mereka, malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Mereka adalah Maryam, isteri Imran, ibu Nabi Musa, Sarah: ibu Nabi Ishaq dan terakhir adalah Fathimah.
6. Tuduhan bahwa Para Khulafa Rasyidin Perampok
Dalam kitab Al-Amaali halaman 586 karya Abu Ja’far bin Babuyah Al-Qummi, diselewengkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
“Allah melaknat orang-orang yang menyelisihi Ali… Ali adalah seorang imam… dia adalah khalifah setelahku… Barangsiapa mendahului (kekhalifahan) Ali maka dia telah mendahului (kenabian)ku dan barangsiapa yang berpisah darinya maka dia telah berpisah dariku.”
Atas dasar ini mereka mengklaim Abu Bakar, Umar, dan Utsman sebagai perampok dan perampas kekuasaan. Sehingga mereka cerca bahkan mereka kafirkan.
Padahal Ali bin Abi Thalib sendiri pernah berkhutbah di Kufah dengan mengatakan:
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya sebaik-baik umat setelah Rasul-Nya adalah Abu Bakr kemudian Umar, dan bila mau aku akan sebutkan yang ketiganya. Lalu beliau turun dari mimbar, seraya mengatakan, “Kemudian Utsman, kemudian Utsman.”
Keterangan lebih rinci silahkan lihat kitab Al-Bidayah wan Nihayah jilid 8 halaman 13.
7. Menuduh Kenabian dan Risalah Muhammad SAW Belum Sempurna
Meski kalangan syiah sering kali menampik dan menyatkaan keberatan atas hal ini, namun bukti tegas tidak bisa dipungkiri bahwa mereka meyakini bahwa syariat yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW masih belum sempurna. Dan bahwa imam mereka itulah yang dapat wahyu dari Allah untuk menyempurnakan syariah.
Keyakinan aneh itu bisa kita baca dalam kitab Ushulul Kafi jilid 1 halaman 192, yang ditulis oleh tokoh syi’ah paling fenomenal, Al-Kulaini. Di sana dia menyebutkan bahwa setelah meninggalnya Nabi SAW sebenarnya pensyariatan hukum itu belum sempurna.La ilaaha illallah.
Heran sekali bagaimana ada kalangan mengaku muslim dan tidak mau dikatakan salah, padahal tegas-tegas mereka mengatakan bahwa risalah nabi Muhammad SAW belum sempurna.
Bahkan, masih menurut syiah, ada sejumlah syariat diwasiatkan Rasul kepada Ali. Kemudian Ali menyampaikan sebagiannya sesuai dengan masanya. Sampai akhirnya beliau wasiatkan kepada imam selanjutnya. Demikian seterusnya sampai imam yang masih bersembunyi (Imam Mahdi).
Padahal Allah telah sempurnakan syari’at ini sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, sebagaimana firman-Nya:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Semoga tulisan ini bermanfaat buat kita dan tentunya tidak menambah marah kalangan syiah ‘reaksioner’, namun menjadi salah satu bentuk kedewasaan bagi kita. Mungkin banyak yang tidak setuju dengan tulisan ini, tapi silahkan saja menjawab dengan argumen yang baik, cara yang mulia dan niat mencari kebenaran yang ilmiyah.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc