Iblis, dengan segunung catatan kejahatan dan dosa dosa paling mengerikan, tiba tiba terbersit dalam hatinya untuk bertaubat memohon keampunan kepada Allah yang telah menciptakannya.
Iblis sebagai panglima terdepan yang mengajak semua orang untuk menentang Allah tiba-tiba berbalik dan berniat taubat. Allah tidak pernah menutup pintu taubat bagi siapa saja yang mau bertaubat, tak terkecuali bagi Iblis sang penentang yang nyata. Bahkan ampunan Allah jauh lebih besar dibanding dosa apapun yang dilakukan makhluknya. Selama kematian belum datang, maka pintu taubat masih terbuka. Hal ini berlaku untuk seluruh makhluk taklif iaitu makhluk Allah dari jenis Jin dan Manusia. Dan Iblis masih segar bugar, jadi kesempatan taubat masih ada. Apakah taubat Iblis diterima Allah? Tentu! Karena Allah Maha Pengampun. Lalu bagaimana cara dia bertaubat?
Iblis tentu saja kenal Jibril sang pemimpin para malaikat. Iblis diberitahu Jibril bahawa hanya ada tiga syarat bertaubat,
1. Istighfar (memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh)
2. Menyesali semua dosa yang pernah diperbuatnya serta bertekad kuat untuk tidak lagi mengulanginya.
3. Laksanakan semua perintah Allah tanpa menawar
Diluar dugaan Iblis melakukan ketiga syarat tersebut dengan benar bahkan dalam waktu yang sungguh sangat cepat. Hal ini sangat masuk akal, mengingat Iblis termasuk salah satu Jin yang sangat cerdas. Apalagi didukung dengan umur Iblis yang sangat panjang sejak sebelum Adam sampai sekarang (lebih dari 11 ribu tahun), tentu pengalaman dan pengetahuannya tak ada manusia dan jin yang mampu menyamainya.
Tetapi ternyata usaha pertaubatannya terhenti pada satu perintah Allah pada syarat ketiga.
Jibril: Memohon ampunan dan menyesali dosa telah kau lakukan, dan hampir seluruh perintah Allah yang engkau sanggupi telah engkau lakukan, sekarang masih ada satu lagi perintah Allah yang harus engkau lakukan, apakah kau sanggup?
Iblis: Sanggup
Jibril: Baiklah. Allah memerintahkanmu untuk mendatangi kuburan Adam, bersujud pada Adam dan bersaksi bahwa Adam adalah makhluk yang dipilih oleh Allah untuk menjadi khalifah, pengurus, pengembang tanggung jawab di bumi. (Iblis terdiam)
Jibril: Bagaimana? Apakah engkau sanggup? Sungguh tinggal satu hal ini saja yang belum pernah engkau lakukan sejak Adam diciptakan dahulu.
Setelah beberapa kali Jibril bertanya akhirnya Iblis menjawab,
Iblis: Aku diciptakan dari api sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Aku lebih baik daripada Adam. Tapi kenapa aku yang harus sujud kepada Adam? Bukankah seharusnya Adam yang sujud kepadaku? Dulu Adam masih hidup, dan aku tak sudi bersujud padanya, apalagi sekarang dia sudah dimakan tanah. Takkan pernah aku berubah fikiran dalam hal ini. Kehadiran Adam membuatku tersingkir dari kedudukan mulia bersama malaikat. Sakit hatiku masih tersisa. Dahulu, hari ini dan sampai kiamat, aku tetap takkan sudi bersujud kepada Adam.
Jibril dan seluruh malaikat adalah makhluk mulia yang punya kedudukan yang sangat tinggi disisi Allah. Para malaikat yang teramat mulia semuanya tunduk pada perintah Allah termasuk ketika diseru untuk bersujud kepada Adam.
“Dan ingatlah ketika Kami serukan kepada para malaikat “Bersujudlah kalian semua kepada Adam” maka semuanya bersujud kecuali Iblis. Iblis enggan bersujud dan takabur (sombong). Dan (dengan demikian) Iblis termasuk orang yang ingkar (kafir)”
http://
UJIAN ALLAH
Hidup ini penuh dengan ujian dan cobaan. Segala sesuatu apabila tidak diuji dan dicoba, tidak nampak ke asliannya, sehingga orang tidak tau mana emas murni, dan mana loyang. Demikian pula pada manusia dan khususnya terhadap orang yang mengaku dirinya beriman, sudah tentu harus melalui ujian dan cobaan.
Firman Allah dalam Al-Ankabut (29 ayat 2-3): Apakah menusia mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan : “kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan benar- benar Allah mangetahui orang-orang yang benar dan mengetahui pula orang-orang yang dusta.
Al-Kahfi (18 ayat 7-8):
Dan sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi itu sebagai perhiasan, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik amal perbuatannya. Dan sesungguhnya kami akan menjadikan (pula) apa yang ada di atasnya menjadi tanah rata dan tandus
Ujian dan cobaan itu tidak hanya berupa kesusahan, kesulitan dan kesakitan saja, tetapi dapat juga berbentuk kesenangan, kesukaran dan kedukaan, sebagaimana Firman Allah :
Al-Anbiya (21 ayat 35): Dan kami akan uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan kepada kamilah kalian kembali.
Ujian Allah dengan nikmat harta kekayaan dan berbagai kesenangan, pada hakikatnya lebih berat daripada ujian dengan bencana, siksaan dan lain-lain. Hal ini di peringatkan oleh Allah Swt: dengan firman-Nya :
Al-Alaq (96 ayat 6-8): Ketahuilah ! Sesungguhnya manusia benar-benar malampui batas di kala menganggap dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Rab tempat kembali.
Rasululloh SAW pernah berkata : Demi Allah, bukanlah kakafiran atau kemiskinan yang aku khuatirkan atas kalian, akan tetapi justru aku khuatir (kalau-kalau) kemewahan dunia yang kalian dapatkan sebagaimana telah di berikan kapada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian bergelumang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelumang dan binasa pula.