Empat ribu kaum muslim syahid dalam sehari oleh angkatan perang Persia. Situasi yang tak terkendali dan pengkhianatan orang-orang Iraq terhadap pasukan kaum muslimin memaksa Amirul Mu'minin Umar Ibnu Khattab memutuskan berangkat sendiri memimpin pasukan di Qadisiyah.
Amirul Mu'minin menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai wakil pemimpin di Madinah. Belum lama berjalan, sebagian anggota rombongan yang diketuai Abdurrahman bin Auf mengusulkan agar Amirul Mu'minin kembali ke Madinah. Terlalu berisiko bagi pemimpin umat Islam berangkat ke medan perang sementara keadaan kaum Muslimin memerlukan banyak arahan.
Akhirnya dikumpulkan sahabat utama dan Amirul Mu'minin bermusyawarah dan Umar bersepakat untuk kembali ke Madinah. Umar kemudian menanyakan siapa kiranya yang akan berangkat ke Qadisiya dan memimpin pasukan?
Tiba-tiba Abdurrahman bin Auf berseru "Saya telah menemukannya..!" 'Siapa dia?" tanya Umar. "Dialah Singa yang menyembunyikan kukunya, Sa'ad bin Malik az-Zahuri!"
Sa'ad bin Abi Waqash lebih dikenal sebagai salah satu sahabat yang dijamin masuk surga. Sa'ad masuk islam ketika berumur 17 tahun dan dia pernah berkata "Pada suatu saat saya beroleh kesempatan termasuk tiga orang pertama yang masuk Islam."
Sa'ad memiliki banyak keutamaan disisi Rasulullah SAW. Suatu saat dia pernah disambut Rasulullah SAW dengan gembira dan sambil membangga-banggakan Sa'ad, sabdanya "Ini dia bapa saudaraku...! Siapa orang yang punya bapa saudara seperti bapa saudaraku ini?" itulah Sa'ad, abangnya ialah Uhaib putra dari manaf yang menjadi bapa saudara dari Aminah, Ibunda Rasulullah SAW.
Selain itu Sa'ad adalah orang yang pertama kali melepas anak panah dalam Islam dan juga mula-mula terkena anak panah. Sa'ad juga mendapat keutamaan sebagai satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan jaminan kedua orang tua beliau. Bersabdalah Rasulullah SAW di perang Uhud:"Panahlah hai Sa'ad! Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu...!"
Ali bin Abi Thalib juga mengatakan, "Tidak pernah saya dengar Rasulullah menyediakan ibu bapakknya sebagai jaminan seseorang kecuali untuk Sa'ad!"
Sa'ad adalah seorang kesatriaan Muslim yang paling berani. Ia mempunya dua kekuatan yang sangat ampuh: panah dan doanya. Jika ia memanah maka pasti tepat sasaran, jika ia berdoa maka akan dikabulkan-Nya.
Hal ini tak lepas dari doa Rasulullah untuk Sa'ad. Suatu hari Rasulullah menyaksikan dari Sa'ad sesuatu yang menyenangkan dan berkenan mendoakan Sa'ad "Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya dan kabulkanlah doanya..!"
Demikian menjadi masyhur bahwa doanya makbul. Suatu hari, ketika fitnah di zaman Ali sebagai khalifah datang, Sa'ad mendengar seorang laki-laki memaki Ali, Thalhah dan Zubair. Ketika dilarangnya, orang itu justru menolak.
Maka Sa'ad berkata "Kalau begitu akan saya doakan kamu kepada Allah." Laki-laki itu berkata "Rupanya kamu hendak menakutiku, seolah-oalh kamu seorang Nabi." Maka Sa'ad pun pergi wudhu dan melakukan shalat dua rakaat kemudian berdoa:
"Ya Allah, kiranya menurut ilmu-Mu, laki-laki ini telah memaki segolongan orang yang telah peroleh kebaikan-Mu dan tindakan mereka mengundang amarah murka-Mu, maka mohon lah dijadikan hal ini sebagai pertanda dan pelajaran.."
Tidak lama kemudian, tiba-tiba dari salah satu pekarangan rumah muncul seekor unta liar dan memijak laki-laki tadi hingga meninggal.
Sa'ad juga contoh bagi kita dalam hal istiqomah dalam iman dan hidayah. Betapa mahalnya hidayah itu bahkan harus kita gigit dengan geraham kita untuk tak melepaskannya. Terkisahlah ibunda Sa'ad yang melakukan mogok makan berhari-hari demi menentang keislaman anaknya.
Semakin hari semakin parahlah keadaan ibu Sa'ad ini. Dalam ujian keimanan yang berat seperti ini, keimanan Sa'ad kukuh menghujam dan keluarlah kalimat yang abadi itu.
"Demi Allah, ketahuilah wahai ibonda, seandainya bonda memiliki seratus nyawa, lalu ia keluar satu per satu tidaklah anakmu ini akan meninggalkan Agama ini walau ditebus dengan apapun."
Akhirnya ibondanya akur dan turunlah ayat tentang kisah Sa'ad ini, "Dan seandainya kedua orang tua memaksamu untuk mempersekutukan Aku, padahal itu tidak sesuai dengan pendapatmu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya (QS Lukman : 15)