KL 9 Sept 11: Warga Muslim yang tinggal di ibukota Iran, Teheran, dilarang menyelenggarakan shalat Idul Fitri pada 1 Syawal kemarin. Iran memerintahkan penganut Islam Sunni (selanjutnya disebut Muslim) yang merupakan minoriti di negara beragama Syi'ah itu, untuk tidak menyelenggarakan shalat Idul Fitri secara terpisah.
Ratusan polis dikerahkan di ibukota untuk mencegah orang-orang Muslim memasuki gedung atau rumah yang mereka sewa untuk menggelar shalat Idul Fitri. Pemerintah Syi'ah Iran senantiasa menolak permohonan warga Muslim untuk mendirikan masjid mereka sendiri di Teheran.
Sekarang ini tidak ada satu pun masjid di Teheran milik umat Islam Sunni. Padahal, di kota itu terdapat gereja-gereja dan rumah ibadat orang Kristian dan Yahudi yang jumlah populasinya lebih sedikit daripada Muslim.
"Polis Teheran mencegah jamaah Sunni dari melaksanakan shalat Idilfitri di berbagai tempat di ibukota," tulis situs komuniti Muslim di Iran,SunniOnline.us. "Mereka mengepung rumah-rumah di mana Sunni melakukan shalat dan menghalangi jamaah yang ingin masuk ke dalam."
Sebagaimana dilapor Guardian, ribuan warga Syi'ah hari Rabu 31 Og0s, berbaris di belakang pemimpin spiritual tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei, yang memimpin shalat Idul Fitri ala Syi'ah di Universiti Teheran. Iran menggunakan shalat Idul Fitri untuk menunjukkan kepada publik bahawa tokoh-tokoh politik negeri itu bersatu di belakang pemimpinnya.
Walaupun terdapat berbagai kelompok yang berbeda, namun diwajibkan menghadiri acara itu. Jika mereka tidak hadir, maka ketidakhadirannya dianggap sebagai bangkangan. Berdasarkan perlembagaan Iran, kelompok minoriti agama perlu dihormati dan memiliki perwakilan di parlimen.
Dua hari sebelum Idul Fitri, beberapa anggota parlimen dari kelompok Muslim menulis surat kepada Presiden Mahmud Ahmadinejad meminta izin agar komuniti mereka dibolehkan shalat Idul Fitri, yang terpisah dari puak Syi'ah. Muslim Teheran sejak beberapa minggu sebelumnya telah diperintahkan membuat kenyataan bertulis jaminan bahawa warga Muslim tidak akan mengadakan shalat Idul Fitri di ibukota.
Syiekh Abdul Hamid Ismail Zehi, imam Muslim di Zahedan, sebuah kota di kawasan tenggara Iran, mengkritik rejim Iran dalam khutbahnya.
"Saya ingin meminta kepada pemimpin tertinggi agar menghentikan langkah-langkah diskriminasi dan ilegal dari sejumlah pejabat, kerana mereka melarang minoriti Sunni di kota-kota besar Iran mengerjakan shalat khususnya shalat Aidilfitri dan shalat Jumaat. Ini adalah permintaan seluruh Sunni di Iran," katanya sebagaimana dikutip SunniOnline.us.
Iran kerap mengatakan bahawa penduduk Syi'ah dan Muslim di negaranya hidup berdampingan dengan damai. Namun, warga Muslim beberapa tahun belakangan mengeluhkan tindakan keras yang dilakukan pemerintah Syi'ah. Syi'ah menuduh Muslim yang bertanggungjawab atas pengeboman belum lama ini di daerah selatan Iran. Syi'ah menuduh Muslim bersama negara-negara Islam di Timur Tengah yang melakukan kejahatan itu. (IH/Hidayatullah)
http://www.ibnuhasyim.com
Ratusan polis dikerahkan di ibukota untuk mencegah orang-orang Muslim memasuki gedung atau rumah yang mereka sewa untuk menggelar shalat Idul Fitri. Pemerintah Syi'ah Iran senantiasa menolak permohonan warga Muslim untuk mendirikan masjid mereka sendiri di Teheran.
Sekarang ini tidak ada satu pun masjid di Teheran milik umat Islam Sunni. Padahal, di kota itu terdapat gereja-gereja dan rumah ibadat orang Kristian dan Yahudi yang jumlah populasinya lebih sedikit daripada Muslim.
"Polis Teheran mencegah jamaah Sunni dari melaksanakan shalat Idilfitri di berbagai tempat di ibukota," tulis situs komuniti Muslim di Iran,SunniOnline.us. "Mereka mengepung rumah-rumah di mana Sunni melakukan shalat dan menghalangi jamaah yang ingin masuk ke dalam."
Sebagaimana dilapor Guardian, ribuan warga Syi'ah hari Rabu 31 Og0s, berbaris di belakang pemimpin spiritual tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei, yang memimpin shalat Idul Fitri ala Syi'ah di Universiti Teheran. Iran menggunakan shalat Idul Fitri untuk menunjukkan kepada publik bahawa tokoh-tokoh politik negeri itu bersatu di belakang pemimpinnya.
Walaupun terdapat berbagai kelompok yang berbeda, namun diwajibkan menghadiri acara itu. Jika mereka tidak hadir, maka ketidakhadirannya dianggap sebagai bangkangan. Berdasarkan perlembagaan Iran, kelompok minoriti agama perlu dihormati dan memiliki perwakilan di parlimen.
Dua hari sebelum Idul Fitri, beberapa anggota parlimen dari kelompok Muslim menulis surat kepada Presiden Mahmud Ahmadinejad meminta izin agar komuniti mereka dibolehkan shalat Idul Fitri, yang terpisah dari puak Syi'ah. Muslim Teheran sejak beberapa minggu sebelumnya telah diperintahkan membuat kenyataan bertulis jaminan bahawa warga Muslim tidak akan mengadakan shalat Idul Fitri di ibukota.
Syiekh Abdul Hamid Ismail Zehi, imam Muslim di Zahedan, sebuah kota di kawasan tenggara Iran, mengkritik rejim Iran dalam khutbahnya.
"Saya ingin meminta kepada pemimpin tertinggi agar menghentikan langkah-langkah diskriminasi dan ilegal dari sejumlah pejabat, kerana mereka melarang minoriti Sunni di kota-kota besar Iran mengerjakan shalat khususnya shalat Aidilfitri dan shalat Jumaat. Ini adalah permintaan seluruh Sunni di Iran," katanya sebagaimana dikutip SunniOnline.us.
Iran kerap mengatakan bahawa penduduk Syi'ah dan Muslim di negaranya hidup berdampingan dengan damai. Namun, warga Muslim beberapa tahun belakangan mengeluhkan tindakan keras yang dilakukan pemerintah Syi'ah. Syi'ah menuduh Muslim yang bertanggungjawab atas pengeboman belum lama ini di daerah selatan Iran. Syi'ah menuduh Muslim bersama negara-negara Islam di Timur Tengah yang melakukan kejahatan itu. (IH/Hidayatullah)
http://www.ibnuhasyim.com
No comments:
Post a Comment