Pages

Monday, April 5, 2010

Pasukan Yaman Dan Gerilyawan Syiah Bertempur Lagi



Sanaa - Pasukan pemerintah melaporkan pertempuran baru dengan pemberontak Syiah di Yaman utara, Senin, dua hari setelah kelompok gerilya itu menyatakan siap melakukan gencatan senjata jika Sanaa menghentikan serangan.

"Pasukan angkatan darat bisa menghancurkan beberapa tempat persembunyian pemberontak di distrik Saada," kata sumber-sumber militer, dengan menambahkan bahwa sejumlah pemberontak tewas dan senjata mereka dihancurkan.

Kelompok pemberontak itu, yang dikenal sebagai Huthis, nama almarhum pemimpin mereka, berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, dimana mereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi.

Distrik Saada, pangkalan asal pemberontak, terletak 240 kilometer sebelah utara Sanaa, ibukota Yaman.

Pasukan keamanan dan pemberontak Huthis juga bentrok Senin di daerah perbatasan Malahiz dan di Sufyan di provinsi wilayah utara, Omran, kata sumber-sumber itu.

Sabtu, setelah pertempuran sengit dengan pasukan Yaman dan Saudi, pemimpin pemberontak Abdul Malak al-Huthi mengatakan dalam pesan terekam, ia menyetujui persyaratan pemerintah untuk mengakhiri perang asalkan mereka menghentikan operasi militer.

Sanaa menolak tawaran itu dengan mengatakan, Huthis tidak menyetujui salah satu syarat utama: janji menghentikan serangan lintas-batas ke wilayah Saudi.

Pemberontak itu menyatakan pekan lalu, mereka telah menarik diri dari daerah Saudi yang mereka duduki sejak November.

Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok itu sejak 2004.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain pemberontakan, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.

Orang-orang suku di kawasan miskin Yaman seringkali melakukan penyanderaan untuk menekan pemerintah agar memberikan bantuan, pekerjaan, atau membebaskan orang-orang suku rekan mereka yang ditahan.

Lebih dari 200 warga asing diculik di Yaman dalam 15 tahun terakhir.

Hampir semua orang yang diculik itu dibebaskan tanpa cedera setelah penengahan yang melibatkan pemimpin-pemimpin suku.

Namun, pada 2000, seorang diplomat Norwegia tewas terperangkap dalam tembak-menembak, dan pada 1998 empat orang Barat tewas tertembak ketika militer berusaha membebaskan mereka dari kelompok muslim garis keras yang menyandera 16 wisatawan. (Antaranews.com)

No comments: