Pages

Monday, April 5, 2010

Kelompok yang Parsial dalam Memahami Aqidah: Syiah Rafidhah



Definisi :
Syi'ah sebenarnya berarti pendukung, penolong, teman dekat (QS 37/83 dan 28/18), kata ini lalu digunakan oleh orang rawafidh (kelompok yang menolak kepemimpinan Abubakar dan Umar Radhiyallahu 'Anhuma) sebagai nama kelompok mereka.
Dalil-dalil Sunnah dan Sejarah tentang Syiah :
  1. Bahwa setelah perang Shiffin, Ibnu Abbas ra berdialog dengan Muawiyyah ra dan ditanya oleh Muawiyyah ra : "Dari Syi'ah mana anda? Dari Syi'ah Utsman atau dari Syi'ah Ali?" Jawab Ibnu Abbas ra : "Saya dari Syi'ah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi was Sallam." (HR Abu Nu'aim dalam al-Hilyah)
  2. Sa'id bin Hatim ra bertanya tentang witirnya Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam pada Ibnu Abbas ra, maka jawab Ibnu Abbas ra : "Maukah Anda aku kabarkan orang yang paling tahu tentang witirnya Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam?" Kujawab : "Ya." Maka kata Ibnu Abbas ra : "Tanya pada A'isyah!" Lalu aku minta tolong tanyakan melalui Hukaim bin 'Aflah ra sebab aku pada waktu itu termasuk syi'ah Ali ra.
  3. Pada abad ke-2 dan ke-3 hijrah, istilah Syi'ah juga digunakan. Dalam tarikh, khalifah Ibnu Khayyan saat mengomentari keruntuhan khalifah sebelumnya mengatakan : "Inilah akibat Syi'ahnya Marwan bin Muhammad.
Parsialnya Manhaj Syiah :
  • Yaitu dalam syu'ur (emosi), karena mereka selalu berusaha mengangkat emosi ummat melalui perantaraan ahlu bait Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam. Tapi cinta mereka parsial, karena ahlu bait mereka batasi hanya pada Ali ra dan keluarganya, sementara A'isyah ra mereka caci-maki.
  • Makna ahlu bait dalam al-Qur'an : Suami dan istri (QS 11/73), ibu dan bapak (QS 28/12), isteri-isteri (QS 33/33).
  • Kelompok syi'ah mengartikan bahwa QS 33/33 itu yang dimaksud Ali ra saja, karena menggunakan dhamir 'alaikum. Hal ini dijawab bahwa kum juga mencakup lelaki dan wanita sebagaimana dalam lafadz salam (assalamu 'alaikum), apalagi awal ayat bicara tentang istri Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam.
Parsial dalam Mencintai Ahlul Bayt:
  1. Terhadap paman-paman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi was Sallam: Mereka habis-habisan menyatakan Abu Thalib itu muslim dengan menolak hadits-hadits yang shahih, tapi menolak Abbas ra, bahkan menyatakan bahwa Abbas itu tidak ada dan hanya rekayasa sejarah orang-orang Abbasiyyah. Kenapa? Sebab dalam fiqh (termasuk fiqh syi'ah) anak paman terhalang oleh paman dalam hak waris.
  2. Terhadap para isteri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi was Sallam: Istri nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam mereka bagi dalam 2 kubu (padahal kenyataannya tidak demikian), yaitu kubu A'isyah, Hafshah, dll (yang menolak Ali ra) dengan kubu Ummu Salamah (pendukung Ali ra). Pokoknya semua hal agama diterima dan ditolak bukan berdasarkan dalil yang shahih melainkan berdasar perasaan mereka pada Ali ra. Kisah perang Jamal secara panjang lebar disebutkan dalam Sirah Ibnu Hisyam dan Thabaqat Ibnu Ishaq.
  3. Terhadap anak-anak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi was Sallam: Mereka memuji-muji Fathimah ra saja, tetapi pada putri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi was Sallam yang lain, Ruqayyah ra dan Ummu Kultsum ra, dianggap bukan putri Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam, hanya karena mereka dinikahkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam dengan Utsman ra, sementara mereka membenci Utsman ra.
  4. Terhadap para menantu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi was Sallam: Mereka mencintai Ali ra, tapi membenci Utsman ra (padahal Utsman ra termasuk 10 orang sahabat yang dijamin masuk syurga). Begitu bencinya mereka pada Utsman ra, sehingga istri Utsman ra (Ruqayyah ra dan Ummu Kultsum ra) dianggap mereka bukan anak Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam.
  5. Terhadap para cucu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi was Sallam: Yang dianggap cucu Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam oleh mereka hanyalah Hasan ra dan Husain ra, sedangkan Ummu Kultsum ra, putri Ali ra yang dinikahkan dengan Umar ra dianggap jin perempuan (padahal Imam Jalaluddin as Suyuthi dalam tarikhnya meriwayatkan kisah keutamaan Ummu Kultsum dengan suaminya, dalam hadits yang panjang). Demikian pula mereka menafikan Umamah ra (anak Zainab ra dengan pernikahannya dengan Abul Ash ra), padahal Umamah ra ini sangat dicintai Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam, sampai-sampai saat beliau shalat pernah sambil menggendong Umamah ra (oleh kelompok Syi'ah hadits tersebut diganti dengan Husein ra), bahkan saat Fathimah ra sakit menjelang wafatnya ia meminta Ali ra untuk menikahi Umamah ra.
  6. Terhadap Para Mertua Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam: Mereka tidak mengakui kekhalifahan Abubakar ra dan Umar ra, karena mereka menganggapnya sebagai merebut hak Ali ra.
Jenis-jenis aliran Syiah dalam Memandang Ali Ra :
  1. Ekstrim Mencintai Ali ra : Merupakan mayoritas dari syi'ah, yang sangat mengkultuskan Ali ra, dan mengkafirkan Abubakar ra dan Umar ra. Kelompok ini berawal dari ajaran Abdullah bin Saba' (seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam). Alirannya disebut Saba'iyyah. Termasuk kelompok ini adalah Khomeini yang dalam bukunya yang menggemparkan (Kasyful Asrar) menulis doa untk melaknat Abubakar ra dan Umar ra (doa 2 berhala Quraisy). Kelompok Syi'ah mati-matian memfiktifkan Ibnu Saba' dan menyatakan haditsnya hanya melalui Abu Mihnah saja, padahal juga terdapat dalam al-Musnad oleh Imam Ahmad, Tahzhib wa Tahdzib oleh Ibnu Hajar, dll. Ibnu Saba' ini lalu dibuang oleh Ali ra ke Madain.
  2. Ekstrim Mengkafirkan Ali ra : Tokohnya adalah Ibnu Kamil, kelompok ini mengkafirkan Ali ra karena menganggapnya tidak serius menjelaskan masalah Imamah pada ummat sehingga membuat umat Islam berpecah-belah.
  3. Moderat : Mereka hanya menganggap bahwa Ali ra adalah sahabat yang paling utama dan paling berhak terhadap kekhalifahan setelah Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam.
Maraji':
  1. Al-Habsyi, Husein. 1991. Sunnah-Syiah dalam Ukhuwah Islamiyah. Al-Kautsar. Malang.
  2. MuShallallahu 'Alaihi was Sallami, Ali bin Hushain ar-Radhi, 1990. NAHJUL BALAGHAH. YAPI. Jakarta.
  3. Al-MuShallallahu 'Alaihi was Sallami, S., 1983. DIALOG SUNNAH-SYI'AH. Mizan. Bandung.
  4. Subhani, Ja'far, 1405. ISHMAH. Muassasah an-Nashri al-Islami. Qum-Iran.

No comments: