Langkah-langkah baru yang diambil di bandara Perancis memaksa wanita Muslim melepaskan jilbab mereka telah memicu kemarahan di komunitas Muslim Perancis kerana mengabaikan kebebasan peribadi.
"Saya 65. Apa yang mungkin ada di dalam jilbab seorang wanita 65 tahun?", ujar Narin Yüksel, salah satu perempuan yang diminta untuk melepas jilbabnya di Bandara Nantes Atlantique, mengatakan kepada harian berbahasa Inggris yang terbit di Turki, Today’s Zaman, sebagaimana dilansir onislam.net, Ahad 1 Julai.
"Mereka mengatakan bahwa saya tidak boleh untuk naik pesawat saya jika saya tidak melepas jilbab saya," tambahnya.
Masalah muslim perempuan ini dimulai dua minggu lalu ketika Collective Against Islamophobia in France (CCIF) mengumumkan bahwa Nantes Atlantique Airport telah membuat aturan wajib bagi wanita berjilbab untuk melepas jilbab mereka dan menempatkannya di mesin sinar-X bersama dengan barang-barang mereka yang lain.
Praktek ini diterapkan oleh SGA, perusahaan yang bertanggung jawab untuk keamanan Bandara Nantes Atlantique. Petugas bandara meminta perempuan untuk melepaskan jilbab mereka bersama barang-barang lainnya. Ketika para muslimah meminta untuk diperbolehkan untuk mengambil jilbab off melepas jilbab di ruang khusus untuk wanita saja, permintaan mereka ditolak. Para wanita diberitahu bahwa mereka harus menempatkan jilbab mereka pada konveyor yang akan melalui mesin X-ray jika mereka tidak ingin ketinggalan pesawat mereka.
"Ketika kami meminta mereka untuk melakukan pemeriksaan keamanan di sebuah ruangan khusus, mereka mengancam akan memanggil polisi jika ibuku tidak melepas jilbabnya," kata Hatice putri Yüksel itu.
SGA membela tindakan mereka, mengklaim bahwa bahan-bahan berbahaya bisa disembunyikan di bawah jilbab, yang telah memicu kemarahan di komunitas Muslim Perancis.
Menurut peraturan keamanan bandara Uni Eropa, staf keamanan tidak memiliki wewenang untuk meminta perempuan untuk melepas jilbab mereka.
Langkah-langkah baru ini membuat marah Muslim Perancis, mengkritiknya sebagai ancaman dalam upaya integrasi dalam masyarakat Prancis.
"Kami tidak akan membiarkan tindakan seperti itu, yang mengancam kemampuan kita untuk hidup berdampingan terjadi lagi," kata Presiden Uni Des Asosiasi Turques du Grand Ouest (UNATGO) Isa Sevencan kepada Today's Zaman.
Dewan Muslim Perancis (French Muslim Council/CFCM), yang terkait dengan Kementerian Dalam Negeri Perancis, juga mengutuk prosedur keamanan baru dan meminta menteri dalam negeri Manuel Valls untuk memulai penyelidikan kasus ini.
[muslimdaily.net/oi]
http://muslimdaily.net/ berita/internasional/ bandara-di-prancis-targetka n-muslimah-berjilbab-dalam -pemeriksaan.html
"Saya 65. Apa yang mungkin ada di dalam jilbab seorang wanita 65 tahun?", ujar Narin Yüksel, salah satu perempuan yang diminta untuk melepas jilbabnya di Bandara Nantes Atlantique, mengatakan kepada harian berbahasa Inggris yang terbit di Turki, Today’s Zaman, sebagaimana dilansir onislam.net, Ahad 1 Julai.
"Mereka mengatakan bahwa saya tidak boleh untuk naik pesawat saya jika saya tidak melepas jilbab saya," tambahnya.
Masalah muslim perempuan ini dimulai dua minggu lalu ketika Collective Against Islamophobia in France (CCIF) mengumumkan bahwa Nantes Atlantique Airport telah membuat aturan wajib bagi wanita berjilbab untuk melepas jilbab mereka dan menempatkannya di mesin sinar-X bersama dengan barang-barang mereka yang lain.
Praktek ini diterapkan oleh SGA, perusahaan yang bertanggung jawab untuk keamanan Bandara Nantes Atlantique. Petugas bandara meminta perempuan untuk melepaskan jilbab mereka bersama barang-barang lainnya. Ketika para muslimah meminta untuk diperbolehkan untuk mengambil jilbab off melepas jilbab di ruang khusus untuk wanita saja, permintaan mereka ditolak. Para wanita diberitahu bahwa mereka harus menempatkan jilbab mereka pada konveyor yang akan melalui mesin X-ray jika mereka tidak ingin ketinggalan pesawat mereka.
"Ketika kami meminta mereka untuk melakukan pemeriksaan keamanan di sebuah ruangan khusus, mereka mengancam akan memanggil polisi jika ibuku tidak melepas jilbabnya," kata Hatice putri Yüksel itu.
SGA membela tindakan mereka, mengklaim bahwa bahan-bahan berbahaya bisa disembunyikan di bawah jilbab, yang telah memicu kemarahan di komunitas Muslim Perancis.
Menurut peraturan keamanan bandara Uni Eropa, staf keamanan tidak memiliki wewenang untuk meminta perempuan untuk melepas jilbab mereka.
Langkah-langkah baru ini membuat marah Muslim Perancis, mengkritiknya sebagai ancaman dalam upaya integrasi dalam masyarakat Prancis.
"Kami tidak akan membiarkan tindakan seperti itu, yang mengancam kemampuan kita untuk hidup berdampingan terjadi lagi," kata Presiden Uni Des Asosiasi Turques du Grand Ouest (UNATGO) Isa Sevencan kepada Today's Zaman.
Dewan Muslim Perancis (French Muslim Council/CFCM), yang terkait dengan Kementerian Dalam Negeri Perancis, juga mengutuk prosedur keamanan baru dan meminta menteri dalam negeri Manuel Valls untuk memulai penyelidikan kasus ini.
[muslimdaily.net/oi]
http://muslimdaily.net/
—
No comments:
Post a Comment