Herdi Sahrasad
(istimewa)
INILAH.COM, Jakarta � Seluruh dunia kini mengecam tindakan brutal Israel. Kecaman bahkan juga datang dari kaum Yahudi. Penyebabnya satu: Israel makin terlihat melakukan kejahatan perang dan mengabaikan hak asasi manusia.
Serangan Israel ke Jalur Gaza yang dimotivasi zionisme, mendatangkan tantangan, bahkan dari kalangan Yahudi sekalipun. Kini, kelompok Yahudi sependapat dengan dunia Islam dan masyarakat internasional, bahwa aksi brutal ini harus dihentikan.
Simpati dari kaum Yahudi terhadap warga sipil Gaza ditunjukkan dengan menggelar demonstrasi di seantero dunia. Mereka mencela dan mengecam Israel. Israel boleh saja negara dengan topangan utama penduduk Yahudi. Tapi, dalam hal penegakan nilai-nilai kemanusiaan, mereka akhirnya berbeda.
Masyarakat Yahudi di seantero bumi mendesak dilangsungkannya gencatan senjata. Organisasi-organisasi non pemerintah Yahudi di Australia, Amerika Serikat dan Kanada juga turun ke jalan. Tuntutan mereka sama: akhiri serangan Israel.
Di Inggris, organisasi Yahudi di London menggelar demonstrasi anti-Israel. Di London, para demonstran yang marah melempar tongkat-tongkat dan batu ke arah polisi di luar kedutaan Israel pada saat para petugas keamanan berusaha mendesak mereka dan meminta massa menjauh dari gedung di distrik Kensington itu. Dalam kasus ini polisi menahan 24 orang.
Masyarakat Yahudi yang tinggal di Turki menggelar demonstrasi di negara tersebut. Mereka menuntut diakhirinya serangan Israel ke Gaza seketika.
Hampir seluruh masyarakat Yahudi yang tinggal di luar negeri sadar, kejahatan Israel sudah keterlaluan. Mereka bahkan memandang, sentimen anti-Semit bukan datang dari mana-mana, melainkan digerakkan oleh ulah pemerintahan Ehud Olmert dengan melakukan kejahatan kemanusiaan seperti ini.
Karena itu, secara emosional, kaum Yahudi di luar negeri, tidak juga bisa terlalu menyalahkan meningkatnya sentimen anti-Semit. Yang bisa mereka lakukan saat ini adalah menjaga keamanan di sinagog dan sekolah Yahudi.
Pemimpin komunitas Yahudi di Paris, Ben Haim, mengatakan mereka mencoba menghentikan malapetaka. Situasi yang mereka rasakan sungguh menegangkan. Mereka pun tak tahu, bagaimana akhir semua ini.
"Kami memutuskan menempatkan pengawal di pintu masuk sinagog. Kami pun meminta sekolah-sekolah Yahudi untuk tidak melakukan aksi apapun terhadap remaja-remaja Arab. Mereka harus tetap rendah hati," kata Ben Haim.
Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Livni bukan tak menyadari makin tingginya sentimen anti-Semit di seantero dunia. "Kami peduli terhadap gelombang serangan anti-Semit di berbagai belahan dunia saat ini," ujar wanita yang jadi kandidat Perdana Menteri Israel itu.
Toh, Livni dan Menteri Pertahanan Ehud Barak, tak mampu mencapai kesepakatan dengan Perdana Menteri Ehud Olmert. Olmert bersikeras agresi harus tetap dilanjutkan hingga menguasai sepenuhnya Jalur Gazza. Dan, itu berarti, akan kian membuka makin meluasnya kejahatan perang yang dilakukan Israel.
Kejahatan perang dan kemanusiaan itu memang sudah dihembuskan berbagai pihak belakangan ini. Sejumlah lembaga sosial nirlaba, termasuk komisi HAM PBB sudah menyodorkan tanda-tanda awal tentang kejahatan kemanusiaan Israel itu.
Hingga hari ke-17 agresi, misalnya, Israel telah menewaskan sedikitnya 919 warga Palestina dan melukai lebih dari 4.100 orang. Sebagian besar di antaranya warga sipil, wanita, dan anak-anak. Dari korban tewas, sepertiga di antaranya adalah anak-anak.
Kejahatan itu bukan terjadi karena insiden. Gerakan Israel membombardir sekolah milik PBB di kamp pengungsian adalah salah satu contoh tak pedulinya serdadu Israel terhadap kemanusiaan. Ada pula keluarga yang dikumpulkan dalam satu rumah dan kemudian dihajar menggunakan granat.
Inilah yang menyulut antipati Yahudi di berbagai belahan dunia terhadap agresi Israel di Jalur Gaza.
"Kami bukan musuh Arab. Kami ingin bersahabat," bunyi sebuah spanduk yang diusung demonstran di Turki.
Begitu memasuki ranah kemanusiaan, parameternya harus sama. Dan, dengan parameter itulah, kaum Yahudi di luar negeri berani memvonis: pasukan Israel telah melakukan kejahatan perang dan kemanusiaan di Jalur Gaza. Karena itu, meski berasal dari kaum dan keyakinan yang sama, mereka sepakat untuk tidak bersepakat dengan pemerintah Israel. Mereka melawan. Mereka mengecam. [I4]
No comments:
Post a Comment