Sunday, January 24, 2010 at 7:55pm
Allah SWT berfirman:
“Sungguh akan engkau dapati orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS. Al-Maidah : 82)
Sejarah membuktikan bahwa pada saat Islam berkuasa, orang kafir diberikan hak-haknya. Sebaliknya ketika orang kafir yang berkuasa, hak umat Islam tidak diakui, bahkan umat Islam ditindas, dipenjara dan dibunuh.
Sebenarnya orang Yahudi keturunan mulia, bahkan sebagian besar nabi dan rasul diutus oleh Allah SWT dari bangsa ini. Kaum Yahudi atau Bani Israel merupakan anak cucu Asbat, yaitu 12 anak Nabi Ya’kub. Nabi Ya’kub yang juga dikenal sebagai Israel (dalam bahasa Ibri yang merupakan bahasanya orang Yahudi berarti Abdullah atau hamba Allah) adalah anak dari Nabi Ishak dan keponakan Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim. Orang Yahudi mengakui kenabian Nabi Ibrahim dan Nabi Ishak, tetapi mereka tidak mengakui kenabian Nabi Ismail hingga Nabi Muhammad SAW.
Kaum Yahudi sering mengingkari utusan-utusan Allah, hanya sedikit dari mereka yang mau beriman, seperti yang dialami oleh Nabi Musa as dan Nabi Harun as. Nabi Zakariya dan Nabi Yahya juga dibunuh oleh kaum Yahudi. Demikian juga Nabi Isa as, beliau hendak dibunuh oleh mereka, tetapi diselamatkan Allah SWT.
Begitu juga yang dialami Rasulullah Nabi Muhammad SAW, berbagai usaha pembunuhan sering dilakukan oleh orang-orang Yahudi, tetapi selalu gagal.
Kejahatan kaum Yahudi tidak berhenti pada zaman Rasulullah SAW, bahkan terus berlanjut dari zaman ke zaman. Ketika tentara salib menyerang dan menaklukkan Baitulmaqdis pada 492 H, mereka melakukan kekejaman di luar batas kemanusiaan. Membunuh lebih dari 70.0000 orang Islam di Masjid Al-Aqsha. Mereka juga merampas harta milik Masjid Al-Aqsha dan Masjid Sahrata, yaitu emas dan perak yang bernilai jutaan ringgit (miliaran rupiah). Mereka seperti lupa akan perlakuan yang baik dari pemerintahan Islam sejak Baitulmaqdis dibebaskan oleh Sayidina Umar bin Khattab pada tahun 15 H.
Kejahatan Yahudi terus berlanjut hingga, pada 1897 M, satu persidangan diadakan di Basle, Swiss, yang bertujuan untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina. Untuk merealisasikan impian ini, mereka mendirikan gerakan Zionis. Mereka berencana memberikan suap kepada Sultan Abdul Hamid agar diizinkan membangun pemukiman Yahudi. Tetapi Sultan Abdul Hamid tidak bersedia memberikan sejengkal tanah pun kepada Yahudi, “Saya tidak bisa mentolerir walaupun sejengkal dari bumi Palestina, karena ini bukan milik saya, tetapi milik umat Islam yang telah berperang dan mengorbankan darah untuk mendapatkannya … Sekiranya kalian membayar kepada saya dengan seluruh emas yang ada di atas muka bumi sekalipuj, saya tidak akan izinkan kalian mengambil bumi Palestina.”
Gerakan Zionis tidak putus asa. Mereka mencoba bekerjasama dengan Inggris yang masuk ke Palestina dengan tujuan menjajah. Dalam masa penjajahan ini, Inggris membuka jalan masuknya pendatang Yahudi dan membuka pemukiman bagi mereka. Bahkan pada 29 November 1947, PBB mengumumkan pembagian Palestina menjadi dua bagian, satu untuk orang Arab dan satu lagi untuk membangun negara Israel.
Pada tahun 1948, Zionis Yahudi yang dipimpin Perdana Menteri Menachem Begin, membunuh umat Islam di Diriasin, kebanyakan korbannya adalah wanita dan anak-anak. Penduduk Muslim yang masih hidup diangkut dengan truk dan diarak di hadapan penduduk Yahudi dan dilempari batu.
Ariel Sharon, ketika menjabat sebagai menteri pertahanan Israel, mengirim pasukan ke selatan Libanon untuk membunuh umat Islam Palestina yang menjadi pelarian di Sabra dan Shatila. Selama tiga hari berturut-turut mereka membunuh umat Islam, sehingga korbannya mencapai sekitar 17.000 orang.
Kekejaman Sharon sampai ke tahap pembunuhan kejam terhadap Syeikh Ahmad pada 2004 yang sempat menggegerkan dunia.
Sejak tahun 20-an umat Islam di Palestina telah berjuang menentang penjajahan Inggris dan Yahudi. Banyak yang telah syahid karena mempertahankan bumi tercinta dan martabat agama yang ternodai.
Persatuan yang telah terjalin antara umat Islam saat itu berhasil mematahkan serangan tentara Yahudi. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama, karena pemimpin-pemimpin Arab mulai khawatir dengan kemampuan pasukan-pasukan relawan yang bermunculan. Para pemimpin Arab merasa kedudukannya terancam dengan munculnya pejuang-pejuang Islam ini. Akhirnya, para pejuang Muslim dipanggil pulang ke negara masing-masing, kemudian dimasukkan ke penjara. Ada juga yang dibunuh, seperti Hasan Al-Banna dan Abdul Kadir Audah.
Selanjutnya, pemimpin Arab (Mesir dan Yordania) menutup pintu perbatasan untuk menghalangi pejuang Islam menyeberang ke Palestina. Sampai saat ini, tidak ada yang diizinkan membawa masuk bala bantuan maupun persenjataan kepada umat Islam yang tertindas di Palestina. Serangan Israel terhadap warga Muslim Palestina, terpaksa dihadapi oleh anak-anak Palestina hanya dengan lemparan batu.
Seandainya pemimpin negara-negara Arab tidak tunduk pada Amerika, dan mau memberikan izin masuknya bantuan relawan Islam ataupun perlengkapan senjata bagi pejuang-pejuang Palestina (Hamas), kemenangan Hamas pasti segera tercapai, sebagaimana kemenangan yang diperoleh pejuang Hizbullah di Libanon.
No comments:
Post a Comment