Ini adalah kali kedua saya mendengar ceramah yang isinya tentang Dr Azzacov, seorang geolog. Di Siberia sana, menggali sampai kedalaman 14,4 km dan menemukan suara-suara orang yang kemudian dianalisis sehingga dan kemudian disimpulkan itu adalah suara dari neraka atau minimal siksa kuburlah. Bahkan suaranyapun diperdengarkan kepada sejumlah jamaah. Saya juga sudah mendengar ini untuk kesekian kalinya, tapi untuk kali ini terasa berbeda, sebab diceramahkan di Mekkah, di Tanah Haram. Menjadi bagian dari pesona keagungan Allah yang memperlihatkan bagian dari kekuasaanNya untuk diperdengarkan pada Dr Azzacov, kemudian dilantunkan kembali oleh ustad kami di sebuah apartemen tempat kami dalam perjalanan haji.
Cerita ini bahkan beberapa kali diulas oleh berbagai site dan media Islam. Saya sendiri tidak pernah terlalu tertarik pada ulasan begitu dan biasanya langsung saya lewati saja. Saya berpendapat bahwa semua yang berkenaan dengan gambar kebesaran Allah melalui sajian tulisan, pohon rukuk, tomat bertuliskan Allah, Suara Azan di bulan, atau neraka dalam perut bumi, atau sejenis-sejenisnya adalah hoax. Kebohongan atau kerjaan setan (setan dari golongan jin atau setan dari golongan manusia). Jadi, menanggapinya, memikirkannya adalah buang-buang waktu saja.
Ada beberapa alasan mengapa saya tidak merasa perlu percaya :
Wahyu Allah yang datang kepada Nabi terakhir berlandaskan tauhid dan akal sehat. Kita diwajibkan mempercayai yang ghaib, mengimani kampung akhirat dan hari berbangkit dengan penjelasan cukup rinci dalam Al Qur’an dan sebagian penjelasan dari Hadits. Al Qur’an lebih mengetengahkan berpikir dan beriman sebagai derajat lebih.
Nabi Muhammad, meskipun pada beberapa hadits memiliki hidayah untuk melihat/mengetahui hal-hal yang ghaib ataupun supernatural dan mendapatkan rahmatNya untuk melakukan perjalanan super dahsyat ke Sidratul Muntaha, namun dalam melaksanakan tugas kerasulannya tidak diberikan kekuatan-kekuatan ajaib yang neko-neko. Nabi tidak bisa menghidupkan orang mati, seperti dilakukan nabi Isa. Terluka ketika perang Uhud.
Jadi, dari dua hal pokok di atas, terlebih kalau kita membaca ayat-ayat suci (meskipun hanya terjemahannya yang bisa dimengerti lebih baik), terasa sekali kekuatan logika, pelajaran berpikir sebagai bagian dari energi kesalehan, yang harus dipelihara. Dengan konteks ini, maka saya lebih menganggap bahwa Allah tidak lagi akan menunjukkan keberadaanNya melalui cara-cara yang sudah tidak sesuai dengan jamannya lagi.
Saya lebih cenderung berpikir bahwa Allah mengajak manusia di akhir jaman untuk melihat keagunganNya, mengenalNya melalui ilmu dan pengetahuan, melalui tataran sains dan penciptaan, dan juga pada manusia itu sendiri seperti yang Dia jelaskan dalam ayat-ayatnya yang bertaburan logika dan pemantapan ilmu. Bahkan, menurut saya cahaya Al Qur’an semakin tampak jelas dengan semakin dalam dan luasnya ilmu, teknologi yang berhasil diraih kebudayaan manusia.
Pemahaman manusia di masa kini kepada ayat-ayat suci akan lebih cerah dan jernih dibanding saat Al Qur’an diturunkan atau beberapa abad kemudian. Mungkin dan sangat mungkin abad ke 21 ini pun belum sampai pada puncak peradaban pemahaman Al Qur’an, namun setidaknya dari beberapa kesesuaian sains cahaya Al Qur’an kian nampak. Bahkan dari beberapa sisi, sangat tampak pula bahwa sains masih terlalu kerdil pula dibanding penjelasan Al Qur’an.
Ada sebagian yang berpikir bahwa sains jangan dibawa ke dunia wahyu Illahiah. Menurut saya malah nggak begitu. Sains masih merupakan variabel kecil saja yang menunjukkan kebenaran Al Qur’an. Al Qur’an menunjukkan arah-arah akan kebenaran sains dan boleh jadi di suatu masa, sains bisa memiliki akselerasi lebih baik justru dengan memahami wahyu dari Al Qur’an. Sains justru masih terbata-bata meskipun sudah menjelang ujung ilmu pengetahuan. Pembahasan jagat raya statis, kemudian dikoreksi bahwa jagat raya meluas. Al Qur’an sudah menjelaskannya sejak dari dulu.
Bukan hanya sains, tapi juga fungsi-fungsi sosial terdefinisi jelas dalam Al Qur’an. Misalnya, keseimbangan al Qur’an mengenai kata-kata tertentu, bilangan 19, dan lain-lainnya hanyalah awal dari pemahaman baru, mengapa sampai Allah menantang ciptaanNya : buatlah ayat seperti al Qur’an kalau kamu memang benar.
Jadi, di akhir masa ini kiamat yang sudah tinggal sedikit lagi saja, saya berpikir bahwa Allah tidak akan lagi mengeluarkan bagian-bagian ilmuNya dengan cara-cara yang manusia akan berpikir ajaib, menyampaikan melalui pembukaan hijab-hijab yang dianggap mujizat sehingga manusia percaya pada keagunganNya. Iman dan akal adalah paduan sempurna untuk memahami ayat-ayatNya.
Kembali ke suara dari siksa kubur atau neraka Dr. Azzacov yang diceramahkan sebagai bagian dari “pemerkuat keimanan” dengan hoax. Menurut saya justru yang terjadi adalah sebaliknya. Yang mempercayai, akan kembali kepada dunia klenik lagi. Mencoba memahami konsep Alam Kubur dari sisi Al Qur’an tentunya lebih terjamin dari sudut keimanan. Menutup pintu akal dan iman, menjadi percaya keagungan Allah sambil bersekutu dengan setan. Bukankah nabi tidak mengajarkan ummatnya untuk mencontoh dan percaya hal-hal yang biasa terjadi sebelum kehadiran Nabi Muhammad?, begitu juga yang jelas kita baca dalam rangkaian ayat-ayat. Bukankah begitu banyak disampaikan : apakah kamu tidak memikirkannya?, pelajaran bagi orang yang berakal?.
Dunia kita masih dipenuhi sajen, ngelap berkah, dan hal-hal sejenisnya. Dunia dimana akal dikesetkan dan logika masuk tong sampah. Padahal sudah ditegasi berkali-kali, mereka itu tak bisa memberikan manfaat dan mudharat bagimu.
Dengan segala akal, tentu saja saya percaya bahwa saqar (kiamat) itu ada, neraka dan surga, hari pembalasan, malaikat, dan hal-hal ghaib itu diimani. Seperti juga berusaha memahami, bahwa ternyata alam semesta ini terbentuk dari energi, bahwa ternyata sebagian besar universe ini ternyata dibentuk oleh materi gelap. Dan percaya bahwa para fisikawan teoritis masih bergelut dengan pendekatan-pendekatan kuantum untuk memahami proses penciptaan. Ilmuwan boleh jadi akan mengubah lagi teorinya, dan Al Qur’an akan menunjukkan lagi tingkatan kebenarannya. Saya tak ragukan ini.
No comments:
Post a Comment