Pages

Tuesday, July 15, 2014

Setelah 16 tahun diculik, ratu cantik ini kini kembali kepada keluarga

Daily Mail Olga Romanovich (20 tahun), dulu diculik dari tangan ibunya, Tamara, di Moldova ketika masih berusia empat tahun. Namun kini, 16 tahun kemudian, dia telah bersatu lagi dengan keluarga kandungnya di Belarus .

MINSK,   Seorang ratu  cantik  berusia 20 tahun, yang dulu diculik dan dijual kepada orang gipsi  dengan harga sepasang anting emas ketika dia masih kecil, kini telah bersatu kembali dengan keluarganya, 16 tahun setelah tragedi itu.

Olga Romanovich baru berusia empat tahun ketika dia diculik secara kejam dari ibunya, Tamara, oleh sekelompok orang gipsi. Kelompok itu menculik gadis cilik tersebut setelah memujuk ibunya, yang pindah dari Belarus ke Moldova setelah bercerai dengan suaminya, untuk pergi ke kedai untuk membeli sebungkus rokok.

Gadis cilik tersebut kemudian dijual kepada orang gipsi lain di kota Soroki, dekat perbatasan Ukraine, dengan harga sepasang anting emas.

Sekarang, Romanovich, yang dulu namanya diubah menjadi Maria Preyda oleh keluarga yang mengadopsinya, bersatu kembali dengan keluarga kandungnya di Belarus setelah Interpol membantunya untuk melacak mereka.

Kes mengejutkan itu akan memberi harapan bagi para orangtua yang kehilangan anaknya. Namun, hal tersebut juga meningkatkan kebimbangan tentang berapa banyak orang lain yang mungkin telah diperdagangkan oleh kaum gipsi.

Ketika  berbicara setelah bersatu kembali dengan keluarganya, gadis itu mengatakan kepada harianKomsomolskaya Pravda, "Saya dicintai dalam keluarga gipsi itu, mereka membesarkan saya sebaik yang mereka boleh, bahkan lebih. Namun, perasaan muncul ketika anda menyedari bahawa itu bukan hidup anda. Anda bukan salah satu dari mereka sebagaimana orang-orang lainnya. Anda berbeda."

Romanovich, yang menang pertandingan ratu  cantik  sebelum dirinya kembali ke Belarus, mengatakan,   dia diberi kebahagiaan, masa kecil yang normal, oleh keluarga yang mengadopsinya. Dia terutama dibesarkan oleh neneknya dalam keluarga adopsi itu. Dia mengatakan kepada akhbar itu, "Saya mendapat nama baru, Maria, yang tidak biasa buat saya kerana saya sebenarnya dipanggil Olga. Saya punya nama marga, Preyda. Putera nenek saya, Igor Preyda, mengadopsi saya. Nenek saya merupakan seorang ibu kedua bagi saya. Saya membesar sebagai anak normal."

Namun, dia mengatakan, selalu ada bahagian dari dirinya yang "tersiksa" terkait keinginan untuk menemui keluarga kandungnya. Dia berkata, "Seiring waktu, saya belajar bahasa gipsi dan secara bertahap bahasa Moldova. Saya pergi ke sekolah bahasa Rusia, masuk universiti, belajar sebagai juru masak dan penata rambut. Ya, anda hidup dengan kebiasaan mereka, berbicara, berperilaku. Namun, saya selalu menanyakan satu pertanyaan, "Siapakah saya? Dari mana asalku? Bagaimana saya boleh berada di sini?"

"Pertanyaan-pertanyaan itu selalu mendera dan menyiksa. Saya ingin tahu yang sebenarnya. Siapa orangtua saya, bahkan jika mereka memang menjual saya. Saya ingin tahu siapa saya, darah siapa yang mengalir dalam diri saya."

"Saya tidak pernah berbicara tentang hal itu dengan siapa pun. Semua itu tersembunyi dalam diri saya. Sepanjang hidup, saya ingin tahu orangtua saya dan keluarga mereka."

Ketika neneknya jatuh sakit sebelum kematiannya pada usia 73, Romanovich memutuskan untuk melacak orangtuanya. Nenek angkatnya itu mendorong dia untuk melakukan hal itu. Romanovich mengatakan, "Dia (nenek) mengatakan kepadaku, 'Carilah keluargamu. Kalau saya tahu tentang ibu kandungmu, saya akan memberitahumu'."

Romanovich akhirnya menggunakan jasa seorang psikolog untuk berhubungan dengan kolonel polis  Valery Rogozhine yang menghubungi Interpol.

Ketika dia diculik, ibu kandung Romanovich, yang kini sakit parah, melaporkan kehilangan puterinya itu kepada polis  di Minsk, tetapi tidak ada penyiasatan yang dilakukan. Sekarang tes DNA membuktikan bahawa Maria Preyda sebenarnya adalah Olga Romanovich. Dia kini tinggal bersama seorang bibinya dan diterima kembali ke dalam keluarga kandungnya.

Ketika berbicara tentang pertemuannya dengan sang ibu, Romanovich berkata, "Saya menangis. Ibu saya sakit parah. Dia tidak hidup, dia hanya masih ada. Dia tinggal di pojok dunianya sendiri dan saya tidak ingin menyakitinya. Saya tidak membenci apa yang telah terjadi. Dia juga mengalami banyak hal. Saya tidak dapat menghakimi dia. Dia tidak boleh disalahkan atas apa yang terjadi, itu hanya nasib."

Kini Romanovich memandang ke depan untuk bertemu tiga saudara kandungnya. Setelah penculikan dirinya, ibunya punya tiga anak lagi, tetapi akhirnya tidak dia mampu untuk merawat mereka. Ketiga saudaranya itu diadopsi oleh satu pasangan kaya, yang juga menuntut polis  untuk menyiasat hilangnya Romanovich, tetapi tidak ada kemajuan.

Dari Minsk, Romanovich mengatakan, "Saya telah diterima kembali dengan sangat baik di sini." Dia mengatakan, dirinya bertekad untuk mulai belajar menjadi seorang doktor.
 disunting dari KOMPAS.COM
Editor: Egidius Patnistik
SumberDaily Mail

No comments: