1-Mereka Terus Belajar
Orang-orang yang berprinsip terus belajar dari pengalaman-pengalaman mereka. Mereka membaca, mengikuti pelatihan dan kursus, mendengarkan orang lain, belajar dengan kedua telinga dan mata mereka. Mereka selalu ingin tahu dan selalu bertanya. Mereka terus menambah kemampuan, yakni kemampuan untuk mengerjakan banyak hal. Mereka mengembangkan ketrampilan baru, minat baru. Mereka mendapatkan bahwa semakin banyak tahu, semakin mereka menyadari bahwa mereka tidak tahu; bahwa saat lingkaran pengetahuan mereka berkembang, lingkaran ketidaktahuan mereka juga berkembang.
Mereka yakin benar dengan firman Allah berbunyi, "Allah akan meninggikan mereka yang beriman diantara kamu dan mereka yang berilmu dengan ketinggian beberapa derajat. "Mereka senantiasa ingat dengan pesan Rasulullah saw. "Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga ke liang kubur." Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina." Serta sabda beliau, mereka yang menuntut ilmu berada di jalan Allah hingga kembali." Mereka ingat dan memahami kehidupan para sahabat dan salafunas shaliha, yang kehebatannya terpancar ke seluruh dunnia berkat kehidupan mereka yang dihiasi dengan ilmu.
Mulailah dengan janji-janji kecil pada diri anda sendiri, terus penuhi janji itu sampai anda measa bahwa anda sedikit lebih mampu mengendalikan diri. Kemudian lanjutkan dengan tantangan berikutnya.
2-Mereka Berorientasi pada Pelayanan
Orang-orang yang berjuang untuk menjadi berprinsip melihat kehidupan sebagai suatu misi, tidak sebagai karir. Sumber-sumber pertumbuhan mereka telah mempersiapkan mereka untuk melayani. Hasilnya, setiap pagi mereka "mengendalikan" dan mengenakan kendali pelayanan, memikirkan orang lain.
Mereka ingat dengan nasihat Rasululah saw. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya untuk manusia.
Bayangkan diri anda setiap pagi memasang kendali, mengenakan kendali pelayanan dalam berbagai pelayanan anda. Bayangkan anda mengambil tali kekang dan mengenakannya di pinggagn saat Anda bersiap-siap mengerjakan tugas yang dibebankan kepada anda pada hari itu. Bayangkan diri anda mempersilakan orang lain untuk menyesuaikan kekang atau kendali. Bayangkan anda terhubung pada orang lain disisi anda, rekan kerja atau pasangan hidup dan belajar untuk menarik kekang bersama-sama.
Prinsip pelayanan ini saya tekankan karena saya meyakini bahwa usaha utuk menjadi yang berprinsip tanpa mau memikul beban pasti akan menemui kegagalan. Boleh saja kita mencobanya sebagai suatu usaha intelektual atau moral belaka, tapi semuanya akan mubazir apabila tidak dibarengi rasa tanggung jawab, pelayanan, sumbangshi dan adanya beban yang harus dipikul.
3-Mereka Memancarkan Energi Positif
Air muka orang yang berprinsip itu riang, menyenangkan dan bahagia. Sikap mereka optimis, positif dan bergairah. Semangat mereka antusias, penuh harap dan mempercayai. Mereka ingat dengan pesan Rasulullah saw "Senyummu dihadapan saudaramu adalah sodaqah".
Energi positif ini seperti medan energi atau aura yang mengeillingi mereka dan juga mengisi atau menambah medan energi negatif di sekitar mereka. Mereka juga menarik damn memperbesar medan energi positif yang lebih kecil. Apabila mereka bertemu dengan sumber energi negatif yang kuat, mereka akan menetralisir atau menyingkiri energi negatif itu. Kadang kala mereka langsung meninggalkannya dan berjalan menjauh dari orbitnya yang beracun. Sikap bijak memberi mereka kemampuan untuk mengetahui kekuatan energi negatif itu sekaligus rasa humor dan pengetahuan akan wakatu yang tepat untuk menanganinya.
4-Mereka Mempercayai Orang Lain
Orang-orang yagn berprinsip tidak bereaksi berlebihan pada prilaku negatif, kritikan atau kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat ketika menemukan kelemahan-kelemahan orang lain. Mereka tidak naïf; mereka sadar akan kelemahan. Namun mereka menyadari bahwa prilaku dan potensi adalah dua hal yang berbeda. Mereka percaya orang mempunyai potensi yang tak nampak. Mereka mensyukuri kelebihan mereka dan merasa wajar untuk dengan tulus memaafkan dan melupakan kekasaran orang lain. Mereka tidak berkeluh kesah. Mereka tidak mau mencap oran lain, mencirikan orang mengkotak-kotakkan dan berprasangka. Mereka lebih memilih untuk melihat potensi yang terpendam pada setiap orang dan memahami proses untuk membuat potensi itu terwujud.
Mereka yakin bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan itu disebabkan potensi yang belum berkembang. Lihatlah bahwa Rasulullah mengutamakan musyawarah dalam segala urusan dan Islam menjadikan prinsip ini asas dalam pembangunan Islam.
Ingatlah dengan firman Allah, "Dan bermusyawarahlah denagn mereka dalam suatu urusan…".
5-Mereka Hidup Seimbang
Mereka membaca literatur dan majalah terbaik dan selalu mengikuti berita dan kejadian terkini. Mereka aktif dalam kegiatan sosial dan mempunyai banyak teman dan beberapa teman kepercayaan. Mereka secara intelektual aktif dan mempunyai banyak minat. Membaca , melihat, mengamati dan belajar. Dalam batas-batas umum dan kesehatan, mereka aktif secara fisik. Menikmati saat-saat nenyenangkan. Memiliki selera humor yang sehat, khususnya dapat menertawakan diri sendiri dn bukan orang lain. Anda dapat merasakan bahwa mereka memiliki rasa hormat yang sehat dn kejujuran pada mereka sendiri.
Mereka sadar akan martabat mereka sendiri, yang terlihat dalam semangat dan integritas mereka dan dalam sikap mereka yang tidak perlu menyombongkan diri, ,memutuskan hubungan, berlindung dibalik harta milik, identitas, gelar atau prestasi yang terdahulu. Mereka terbuka dalam berkomunikas, sederhana, lugas,tidak manipulatif, mereka juga dapat merasakan apa yang patut, bagi mereka lebih baik kurang daripada melebih-lebihkan.
Mereka tidak membagi segala sesuatu menjadi dua bagian, yakni memandang segala sesuatu sebagai baik atau buruk, sebagai ini atau itu. Mereka berpikir dalam kerangka kontinum, prioritas dan hirarki. Mereka mempunyai daya untuk membedakan, untuk merasakan kesamaan dan perbedaan dalam setiap situasi. Tidak berarti bahwa mereka memandang segala sesuatu dalam kerangka etika situsional. Mereka benar-benar memahami hal-hal yang absolut dan berani mengutuk yang buruk dan mendukung yang baik.
Mereka yakin bahwa kehidupan yang seimbang merupakan bagian dari asas Islam bukan sekedar hukum alam. Artinya keseimbangan itu akan membawa kebaikan yang abadi.
6-Mereka Melihat Hidup Sebagai Suatu Petualangan
Mereka menghayati bagaimana sikap Thariq bin Ziyad dan pasukannya ketika melakukan ekspedisi ,mereka dalam penaklukan Spanyol. Mereka seakan menjadikan misi mereka sebagai petualangan yang mengasyikan. Mereka sudah merasakan kemenangan sebelum pertempuran dan kesuksesasn sebelum aktivitas.
Orang-orang yang berprinsip menikmati hidup. Oleh kareana rasa aman mereka datang dari dalam, tidak dari luar, mereka tidakk perlu mengkotak-kotakkan orang dan menyamaratakan segala sesuatu dan semua orang dalam hidup ini untuk memperoleh rasa kepastian. Mereka selalu melihat kenalan lama dengan semengat baru, melihat pemandangan lama seperti baru pertama kali dilihat. Mereka seperti penjelajah gagah berani yang melakukan ekspedisi di daerah yang belum dikenal; mereka benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi mereka yakin bahwa ekspredisi ini akan menarik dan menghasilkan pertumbuhan dan bahwa mereka akan menemukan wilayah baru dan menyumbangkan hal-hal baru. Rasa aman mereka terlelatak pada inisiatif mereka, ketrampilan, kreataifitas, kemauan, keberanian, dinamika dan kecerdikan mereka dan bukan pada keamanan, perlindungan dan kelimpahan kediaman mereka atau pada daerah-daerah kenyamanan mereka. Mereka selalu memberi parhatian pada orang lain setiap kai bertemu, selalu tertarik. Mereka mengajukan pertanyaan dan melibatkan diri. Mereka benar-benar memperhatikan saat mendengarkan. Mereka belajar dari orang-orang itu.
Mereka tidak mencap oranng-orang itu berdasarkan pada kesuksesan atau kegagalan masa lalu. Mereka melihat tak seorang pun benar-benar luar biasa.Mereka tidak terlalu kagum pada tokoh-tokoh puncak pemerintahan atau selebriti. Merea tidak mau menajadi pengikut siapapun.Mereka pada dasarnya tidak dapat dipengaruhi dan mampu untuk menyesuaikan diri pada hampir semua hal yang sedang terjadi. Salah satu prinsip baku mereka adalah fleksibilitas. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.
7-Mereka Sinergistik
Sinergi dalah suatu keadaan ketika keseluruhan melebihi jumlah dari semua bagian. Orang-orang yang berprinsip sinergistik, mereka adalah katalis perubahan. Mereka memperbaiki hampir situasi yang melibatkkan mereka. Mereka bekerja secerdik seperti mereka bekerja keras. Mereka luar biasa produktif, tetapi dalam cara-cara baur dan kreatif.
Dalam kerjasama kelompok mereka menyumbangkan kekuatan dan berusaha keras untuk memprbaiki kelemahan mereka dengan kelemahan orang lain. Pendelegasian untuk memperoleh hasil adalah mudah dan alamiah bagi mereka sebab mereka percaya pada kekuatan dan kemampuan orang lain. Dan karena mereka tidak terancam oleh kenyataan bahwa orang lain itu lebih baik dalam beberapa hal, mereka tidak merasa perlu untuk mengawasi dengan ketat. Mereka ingat dengan pesan Rasulullah yang mengatakan bahwa, Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah dan keduanya adalah baik".
8-Mereka Berlatih Untuk Memperbaharui Diri
Pada akhirnya mereka secara teratur melatih keempat dimensi kepribadian manusia: fisik, emosi dan spiritual. Mereka melatih pikiran dengan membaca, dengan pemecahan masalah secara kreatif, menulis dan memvisualisasikan.Secara emosional mereka berusaha untuk
menjadi sabar, untuk mendengarkan orang lain dengan empati yang tulus, untuk mencintai dengan tulus dan menerima tanggung jawab untuk kehidupan, keputusan dan tindakan-tindakan mereka sendiri. Secara spiritual mereka memusatkan pada doa, studi ayat suci (tadabbur), tafakur dan berpuasa. Perhatikanlah QS. Ali Imran ayat 190-191.
Pada akhirnya mereka secara teratur melatih keempat dimensi kepribadian manusia: fisik, emosi dan spiritual. Mereka melatih pikiran dengan membaca, dengan pemecahan masalah secara kreatif, menulis dan memvisualisasikan.Secara emosional mereka berusaha untuk
menjadi sabar, untuk mendengarkan orang lain dengan empati yang tulus, untuk mencintai dengan tulus dan menerima tanggung jawab untuk kehidupan, keputusan dan tindakan-tindakan mereka sendiri. Secara spiritual mereka memusatkan pada doa, studi ayat suci (tadabbur), tafakur dan berpuasa. Perhatikanlah QS. Ali Imran ayat 190-191.
Semoga bermanfaat
Penulis: Hasan Anwar
Penulis: Hasan Anwar
No comments:
Post a Comment