Nabi Yunus alayhissalam diutus oleh Allah swt. kepada masyarakat Naynawa, yang terkenal dengan kekafirannya. Nampaknya, Nabi Yunus kurang sabar dengan perlakuan kaumnya. Dalam keadaan kesal, ia pergi meninggalkan kaumnya menuju tepi laut.
Kemudian ia menumpang kapal yang akan berlayar. Di tengah lautan, kapal diterpa badai dan angin kencang. Untuk menghindari kapal karam, muatan kapal harus dikurangi. Semua penumpang kapal sepakat untuk melakukan undian. Siapa yang namanya keluar, maka dialah yang harus dilemparkan ke lautan.
Ternyata, yang keluar adalah nama Nabi Yunus. Akhirnya, Nabi Yunus menceburkan dirinya ke lautan, dan ia ditelan ikan besar. Al-Quran menyebut ikan itu dengan Hut atau Nun. Namun, Allah swt. mewahyukan ikan itu untuk tidak memakan tubuh Nabi Yunus.
Ada yang mengatakan Yunus a.s. tinggal di dalam perut ikan selama 3 hari, 7 hari, bahkan 40 hari. Selama itu ia berdoa kepada Allah swt., ‘Allahumma, la ilaha illa anta. Subhanaka, inni kuntu minazzhalimin – ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sungguh aku ini termasuk orang-orang yang zalim’.
Doa Yunus menembus Arsy, sampai-sampai para malaikat berkata, ‘Ya Rabb, sepertinya ini adalah suara orang lemah yang sudah dikenali, yang datang dari negeri yang jauh dan asing’. Allah bertanya, ‘Tahukan kalian, suara siapakah itu?’
Malaikat menjawab, ‘Suara siapakah itu?’ Allah berkata, ‘Itu adalah suara Yunus, hamba-Ku’. Malaikat berkata, ‘Yunus yang amalnya senantiasa naik ke langit dan doanya dikabulkan? Ya Rabb, tidakkah Engkau menaruh belas-kasih padanya lantaran dia senantiasa memuji-Mu di saat senang, dengan begitu Engkau selamatkan ia di saat terjepit seperti ini?’
Allah menjawab, ‘Ya, tentu saja’. Maka, Allah memerintahkan kepada ikan hut untuk melemparkan Yunus ke daerah tandus.
Yunus terdampar di sebuah pulau yang tandus, dalam keadaan lemah. Lalu, Allah mengembalikan kekuatannya dengan menumbuhkan pohon labu di dekatnya. Bukan hanya itu, Allah mengembalikan seribu umatnya dalam keadaan beriman, dan Allah berikan kemakmuran hidup kepada mereka.
- (Q.s. as-Shaffat/37: 145-148)
Kemudian ia menumpang kapal yang akan berlayar. Di tengah lautan, kapal diterpa badai dan angin kencang. Untuk menghindari kapal karam, muatan kapal harus dikurangi. Semua penumpang kapal sepakat untuk melakukan undian. Siapa yang namanya keluar, maka dialah yang harus dilemparkan ke lautan.
Ternyata, yang keluar adalah nama Nabi Yunus. Akhirnya, Nabi Yunus menceburkan dirinya ke lautan, dan ia ditelan ikan besar. Al-Quran menyebut ikan itu dengan Hut atau Nun. Namun, Allah swt. mewahyukan ikan itu untuk tidak memakan tubuh Nabi Yunus.
Ada yang mengatakan Yunus a.s. tinggal di dalam perut ikan selama 3 hari, 7 hari, bahkan 40 hari. Selama itu ia berdoa kepada Allah swt., ‘Allahumma, la ilaha illa anta. Subhanaka, inni kuntu minazzhalimin – ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sungguh aku ini termasuk orang-orang yang zalim’.
Doa Yunus menembus Arsy, sampai-sampai para malaikat berkata, ‘Ya Rabb, sepertinya ini adalah suara orang lemah yang sudah dikenali, yang datang dari negeri yang jauh dan asing’. Allah bertanya, ‘Tahukan kalian, suara siapakah itu?’
Malaikat menjawab, ‘Suara siapakah itu?’ Allah berkata, ‘Itu adalah suara Yunus, hamba-Ku’. Malaikat berkata, ‘Yunus yang amalnya senantiasa naik ke langit dan doanya dikabulkan? Ya Rabb, tidakkah Engkau menaruh belas-kasih padanya lantaran dia senantiasa memuji-Mu di saat senang, dengan begitu Engkau selamatkan ia di saat terjepit seperti ini?’
Allah menjawab, ‘Ya, tentu saja’. Maka, Allah memerintahkan kepada ikan hut untuk melemparkan Yunus ke daerah tandus.
Yunus terdampar di sebuah pulau yang tandus, dalam keadaan lemah. Lalu, Allah mengembalikan kekuatannya dengan menumbuhkan pohon labu di dekatnya. Bukan hanya itu, Allah mengembalikan seribu umatnya dalam keadaan beriman, dan Allah berikan kemakmuran hidup kepada mereka.
- (Q.s. as-Shaffat/37: 145-148)
No comments:
Post a Comment