|
Akhlak Islamiyah sudah saatnya ditinggikan, dengan demikian amalan baik akan mengiringi. Lalu lahirlah seribu orang dermawan, sepuluh ribu orang penegak keadilan, seratus ribu orang jujur dan dapat dipercaya. Lalu mereka semua berjalan beriringan, bergandeng tangan membangun barisan dan memenangkan kalimat Allah dan mewujudkan rahmat untuk semesta alam.
Masyarakat kota besar tentu pernah naik bus yang penuh sesak, berhimpit dan berjubel antara penumpang. Laki-laki dan perempuan saling berdempetan. Buat sebagian orang yang tidak memiliki akhlak dan itikad baik, mungkin saat seperti itu dilihatnya sebagai kesempatan melakukan hal-hal yang tidak semestinya. Ditambah lagi kalau wanita yang diperlakukan dengan tidak layak itu diam saja, maka perlakuan tidak berakhlak itu akan semakin menjadi.
Padahal, sejak kecil kita akrab dengan pesan-pesan moral dan harus berbaik akhlak. Kita tentu ingat pesan guru, bagimana bersikap dan bertingkah laku sebagai seorang pelajar. Di surau-surau selepas maghrib pun para guru mengaji, selalu berpesan tentang pentingnya berakhlak ahsan. Pelajaran akhlak menjadi materi utama. Berlaku jujur, sopan, dan bersikap selalu ramah kepada orang lain jadi pesan yang paling sering disampaikan.
Sebagai agama yang haq, Islam menjadi sumber kekuatan abadi dalam menumbuhkembangkan akhlak. Islam menjadi bahan bakar utama melahirkan ihsan takwa. Orang-orang mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa Islam adalah sumber akhlak. Akhlak yang tumbuh subur menjadikan kita dermawan, berani, adil, dan dapat dipercaya. Akhlak juga akan membimbing kita menjadi arif, jujur, setia, serta memiliki kasih dengan segala sifat yang utama. Akhlak juga yang akan menjauhkan kita dari sifat takut, bakhil, maksiat, menipu, dusta, juga jauh dari semua sifat yang rendah.
Akhlak Islami, inilah yang paling diperlukan bagi kita semua. Lebih dari sekedar standar kebaikan manusia biasa. Akhlah Islamiyah memiliki kekhususan dan menuntut kekhususan pula.
Pertama adalah kebajikan yang mutlak. Akhlak yang mampu menjamin kebajikan sempurna, menyeluruh, dan bersih dari mementingkan diri sendiri atau mengutamakan segolongan manusia terhadap orang lain. Islam memerintahkan seseorang bergairah melaksanakan kebajikan. Islam mencegahnya dari perbuatan yang buruk dan memerangi keburukan. Sifat pemurah yang diasah semata-mata hanya mendekatkan diri kepada Allah SWT, rindu pahala dari-Nya, mendamba cinta-Nya. Memberi enjadi hobi utama, berkorban merupakan keinginannya dan semua dilakukan secara diam-diam karena hanya ingin diketahui oleh Allah SWT saja.
“Orang dermawan itu dekat kepada Allah, dekat kepada syurga, dekat kepada manusia dan jauh dari neraka. Sedangkan orang kikir iru jauh dari Allah, jauh dari syurga, jauh dari manusia dan dekat kepada neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah daripada ahli ibadah tapi kikir.” (HR. Tirmidzi).
Kedua kebaikan yang merata. Kebaikan yang dilakukan untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan disegala tempat. Islam menciptakan akhlak yang mulia serta luhur dan sangat sesuai fitrah manusia. Karenanya ia akan mudah diterima oleh hati yang hidup serta akal yang sehat. “Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak akan memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kemampuannya”. (QS, Al-An’am: 152)
Begitulah Islam sebagai agama dan sebagai pegangan hidup, memandang persamaan antara hak dan kewajiban, pahala dan siksa. Sampai akhir zaman akhlak Islamiyah ini akan menjadi konsep hidup mulia yang tidak akan tertandingi, menjadi sarana untuk menolong orang-orang teraniaya, member bantuan kepada mereka yang tertindas dan untuk selanjutnya menegakkan keadilan bagi meraka yang lemah.
Ketiga, kewajiban yang dipatuhi. Mematuhi yang wajib dan menaati yang benar adalah cerminan pengabdian pada sesuatu yang telah diatur dengan penuh kesadaran demi kemaslahatan diri, kelompok atau umat. Kekuasaan mutlak Allah SWT, dan kewajiban tak tertawar bagi makhluknya untuk menjalankan pengabdian sebagai cerminan pengharapan cinta-Nya. “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Kewajiban tersebut ditatati dan desenangi karena merupakan perintah atau larangan dari Allah SWT, sehingga setiap manusia terdidik atas kewajiban dan merasa terikat dengan kebaikan. Dengan cara itu pula, seorang muslim mampu mendekatkan diri pada posisi yang paling dekat dengan penciptanya.
Terakhir adalah pengawasan yang menyeluruh atau muraqabbatullah. Akhlak ciptaan manusia tentu saja tidak sebanding jika diimbang dengan kekuatan akhlak Islamiyah yang memiliki pengaruh sedahsyat dan sebesar apa yang Allah SWT telah tuangkan dalam wahyu-Nya yang tertulis dan terabadikan dalam al-Quran. Seorang muslim akan merasakan suatu pengawasan yang kuat, bersumber dari kekuatan yang Maha. Hati nurani pun menjadi hidup, karena bersandar pada agama dan seluruh tubuh dapat merasakan pancaran kekuatannya. “Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah, apabila segumpal darah itu baik, maka seluruh tubuh pun menjadi baik. Apabila segumpal darah itu rusak, seluruh tubuh pun menjadi rusak, ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Akhlak Islamiyah sudah saatnya ditinggikan, dengan demikian amalan baik akan mengiringi. Lalu lahirlah seribu orang dermawan, sepuluh ribu orang penegak keadilan, seratus ribu orang jujur dan dapat dipercaya. Lalu mereka semua berjalan beriringan, bergandeng tangan membangun barisan dan memenangkan kalimat Allah dan mewujudkan rahmat untuk semesta alam.
No comments:
Post a Comment