Pages

Monday, April 26, 2010

Pengakuan Seorang Mantan Jamaah Tabligh



new1a
Artikel ini merupakan kisah nyata dari ikhwan di Bawen (Ungaran - Semarang) yang diambil dari salah satu blog (http://mantanjt.blogspot.com/2009/02/pengakuan-mantan-jamaah-tabligh.html)

Pengakuan Seorang Mantan Jamaah Tabligh

Ini adalah sebuah kisah nyata yang ana alami sendiri bersama Jamaah Tabligh selama 6 tahun, dulu ana merupakan salah satu pengikut dan pembela mati2an Jamaah Tabligh, sebuah jamaah baru dari india yg didirikan oleh syaikh Maulana Ilyas Al kandahlawi bersama teman dan keluarganya.yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Jamaah Tabligh memang sangat handal dalam mempengaruhi orang2 awam, kyai, ustadz, dan tentu dalam tanda petik “tidak semua”. mereka dulu sangat menyejukkan hati dan pikiran ana, namun setelah ana masuk lebih dalam secara kritis ternyata ana temukan penyimpangan2 yg luar biasa. sebenarnya ana sudah merasakan ketidak beresan dengan jamaah ini, 3 tahun setelah ana ikut dengan aktifitas mereka, namun ana coba utk berhusnudzon kepada mereka, karena mereka juga mengamalkan sunnah, dan mendakwahkan sunnah ( sunnah2 tertentu yg lazim, itupun sudah terkotori oleh bid’ah ).

Mengapa saya Keluar dari JT…???

Ini berawal ketika ana berinteraksi dengan empat manhaj ( manhaj tabligh, manhaj NU , manhaj ikhwani/hizbi dan manhaj Salaf),keberadaan ana dalam interaksi ketat antara keempat manhaj inilah yg membuat ana terpacu utk mencari kebenaran yg lebih rojih diantara 4 itu, silih berganti ana masuk kepada keempatnya, karena ana sejak dulu berkeyakinan, kebenaran hanya satu, dan golongan yg selamat pasti hanya satu (berdalil dari hadits iftiroqul ummah), dan ana harus mencari satu kebenaran itu, satu golongan itu… Ibaratnya ana seperti musafir yg mencari satu berlian yg langka di zaman ini. di NU ana dilahirkan dan dibesarkan, keluarga ana dari umi dan abah adalah NU tulen dari generasi ke generasi, saya sangat terwarnai pada waktu itu, Namun al-Hamdulillah meskipun demikian, saya berangkat dari pemikiran NU yg hanif, dimana abah tidak mau bertaklid dengan ke NU an meskipun beliau berpemahaman NU (asy’ariyah), beliau menolak sufiyah, dan tabaruk di kuburan. al-Hamdulillah sejak awal ana sudah ber basic seperti ini. Walaupun pemahaman abah sedemikian itu, namun ana juga pernah ziarah kekuburan wali (yg dianggap wali oleh mereka), namun ana langsung timbul pertanyaan, masa orang yg sudah meninggal bisa ngasih bantuan, menghubungkan dengan Alloh? Itu yg langsung terbesit dari benak ana. sampai pada titik klimaksnya ana kenal dengan Ikhwanul Muslimin di sekolah SMA ana dulu, Dan mulailah perbandingan pemahaman ana lakukan, melalui dialog dengan mereka dan berdiskusi dengan mereka, dan tibalah pada klimaksnya ana berittikad utk keluar dari keyakinan NU dan beralih pada pemahaman Ikhwanul Muslimin yg pada waktu itu mendirikan PK (Partai Keadilan), mulailah ana dengan interaksi, aktfitas PK ana sering ikuti, mulai dari kajian liqo’ sampai turun kejalan utk kampanye, setelah ana mengenal PK lebih jauh, ana berfikir kenapa begitu militan sekali mereka ini, sampai bikin sistem partai, padahal secara logika umat islam akan semakin terkotak2, maka dari sinilah ana mengenal jamaah tabligh di masjid kampung ana.
Dan melaui diskusi panjang lebar otomatis dengan basic pemahaman ikhwani dan NU yg masih merwarnai ana, sampai titik akhir ana merasa kalah dengan bujukan JT, pada waktu itu ana melihat JT lebih simpel, sifatnya menyatukan umat baik dari NU, Muhammadiyah, dll bisa masuk tanpa susah payah…inilah yg membuat ana tertarik pada JT. dan disinilah ana berlama2 sampai 6 tahun bergabung dengan mereka… suatu hari ana keluar 3 hari dengan karkun di daerah bawen bersama Orang tua halaqoh Bawen (Ungaran-Semarang) saat itu ana sudah bergabung selama 3 tahun dengan JT, dan ana sudah menikah, ana mencari kontrakan rumah dan ana di tawari di rumah karkun juga yg sudah belasan tahun ikut JT bahkan sudah pernah ke IP (IP = India-Pakistan, pada waktu itu tertib khuruj belum sampai ke Bangladesh tapi ke India dan Pakistan, sekarang ada tertib keluar 4 bulan IPB, India, Pakistan dan Bangladesh), ana putuskan mengajak istri ana tinggal di rumah karkun itu, dan alangkah terkejutnya ana ketika ana, ketika karkun pemilik rumah itu menyodorkan secarik kertas yg berisi amalan wirid agar di baca sebelum mendiami rumahnya. amalan itu adalah membaca Allohumma anzilni mubarokan wa anta khoirun munzilin sebanyak 4444 kali, tentu ana terima saja walaupun keyakinan ana berseberangan dengan dia, bahkan ana tidak mengamalkan amalan tersebut setelahnya, dan semakin terkejut lagi ketika di rumahnya yg super besar itu terdapat rajah2, jimat, hizib dan tulisan2 tanpa terbaca di setiap pintu, jendela, dan kamar yg intinya sebagai tolak kebakaran, tolak maling, tolak jin dll. istighfar ana tak habis2 saat itu, dan lebih anehnya lagi ketika itu ana sampaikan pada senior lain mereka justru tersenyum dan berkata… “satu hati saja…ga masalah”, dari sinilah ana mulai ragu… dan ana sampaikan pada teman2 karkun sehingga merekapun menyuruh ana keluar lebih lama yaitu 40 hari, dan akhirnya terwujud di jogja. Ana bergabung dengan beberapa karkun senior yg beristri wanita salafy ( murid Ja’far Umar Tholib) yg menjadi dosen di UAD jogja, dari sana ana yakin bahwa JT lebih bagus dari salafy, buktinya istri karkun itu seorang salafy, pada waktu itu ana terus bertanya2, kok bisa ya??? Padahal salafy kan kuat2 dalam berdalil dan menyesatkan JT, (pada waktu itu ana juga sudah kenal Laskar Jihad Ja’far Umar Tholib) dan juga sering berdebat dengan mereka dalam masalah agama dan membela JT, semua yg dituduhkan JT kepada salafy ana koreksi dan telusuri kebenarannya. Demikian juga dengan tuduhan salafy pada JT juga ana telusuri kebenarannya, saat ana dapat selebaran fatwa sesat JT dari ulama timur tengah, ana langsung ambil bantahan dari buku yg juga merupakan bantahan dari JT atas fatwa tersebut, yaitu sebuah buku karangan Abdul Kholiq Pirzada dari Mesir yg diterjemahkan oleh Ust. Masrohan Ahmad dari semarang (ust.JT) yg berjudul ” MAULANA ILYAS DIANTARA PENENTANG DAN PARA PENGIKUTNYA” (sekarang buku itu masih ada) berisi tentang fatwa terbaru dari ulama kibar timur tengah, disana juga disertakan ulama2 penentang dan pendukungnya, ana tidak merasa puas dengan buku itu karena masih rancu dan simpang siur, maka ana tanya kepada salah satu salafy, namanya Abu Umar Cilacap (semoga Alloh memberkahi kehidupannya) dari beliau ana belajar tentang manhaj salaf, belajar tauhid, belajar hadits shohih dan belajar tentang Iftiroqul Ummah, termasuk belajar amalan2 sunnah dan mengenali bid’ah. ketika ana sampai pada masalah bid’ah dan sunnah/ tentang manhaj 4 imam, luar biasa detailnya pembahasan ilmu ini sehingga dibutuhkan kematangan akidah, kelurusan akidah dan pelepasan baju fanatik golongan, ana pada waktu itu terus membuktikan ilmu yg ana dapatkan pada kajian salaf, kepada aktifitas JT selama ini dan ana mulai ragu dan ragu, semakina lama ana keluar khuruj dengan JT, semakin terbukti apa yg ada dalam ilmu salaf itu… bahkan ana sering ngajak karkun ngaji salaf dan banyak dari mereka menolaknya, dengan congkak mereka berkata “saya tidak mau ngaji salaf karena bikin orang suka hujat dan membid’ahkan” diantara mereka juga ada yg ngaji salaf namun berada pada kondisi seperti saya..yaitu ragu2 terhadap JT,
Suatu hari ana berdebat dengan seorang amir tentang masalah penyamaan Rosululloh dengan kodok, dan ana terkejut ketika mereka bilang yg penting niatnya bagus, berikut nukilan tulisan ana atas kejengkelan ana pada penyamaan itu yg juga ana tulis di comment blog JT dan salafi :
“Ana punya banyak pengalaman di JT yg sangat membuat saya naik darah dan naik pitam, walaupun ana dulu belum keluar dari JT, yaitu ketika amir shof bayan maghrib amir itu menyamakan Nabi Shollallohu’alaihi wasallam dengan kodok (na’udzubillah) mereka bilang” Nabi muhammad ibarat kodok yg hidup pada dua alam yg memperingatkan ikan2 agar tidak mau terpancing kail manusia ( keduniaan), begitu juga Nabi juga memperingatkan manusia karena ia pernah melihat neraka dan syurga,sekaligus hidup didunia bercakap dengan manusia memberi nasehat pada manusia yg lain.” alangkah murkanya saya ketika amir itu setelah ana luruskan malah bilang yg penting niatnya baik, dia bilang innamal a’malu biniyyat” bahkan saya dituduh membuat tidak satu hatinya jamaah yg ikut khurj karena mendebat amir. ini pengalaman ana ketika ana khurj di wilayah ungaran jawa tengah.
Orang tua halaqoh Bawen (senior tabligh di Bawen Ungaran-Semarang), pernah memberi ana amalan membaca Allohumma anzilni munzalan mubarokan wanta khoirul munzilin sebanyak 4444, karena ana baru mau menempati rumah kontrakan miliknya. dan ana juga mendapati di jendela2 pintu2, ada azimat dan rajah/hizib serta macam2 lafadz tak terbaca yg katanya untuk tolak balak. ini ana alami sendiri, jadi jika mereka menyangkal mereka tidak melakukan kebid’ahan dan kesyirikan dan bahkan pernah ngaku bukan sufi, itu karena mereka tidak tahu menahu dengan JT itu sendiri. bagaimana mungkin Jamaah yg mengaku menghidupkan sunnah mengajarkan wirid bid’ah, amalan kencing berdehem dan berjingkat, menjilati jari ala mereka dengan membaca doa tertentu setelah makan, katanya supaya tangannya bisa kuat saaat menghadapi lawan (pukulan brojo musti) ini ana dengar dan ana alami sendiri bahkan ana dulu ikut mendakwahkannya.

Ketika ditanya ilmu jawabanya ngawur

*Ana pernah bertanya pada mereka tentang islam, maka mereka menjawab Islam itu : syariat, hakikat,ma’rifat. (sama dengan kitab buathil al hikam sufiyah) dan bahkan dalam takrir yg diulang ulang dalam tertib dan buku panduan tabligh mereka mengatakan ahli thoriqoh (sufi) bagi mereka adalah termasuk tiang / pilar agama islam yg jika tidak ada maka akan robohlah Islam (na’udzubillah). Nah anehnya ketika saya tanyakan apakah mereka sufiyah mereka bilang tidak, kami hanya belajar dari thoriqohnya sufi (bingung kan?) dilain tempat ana tanya karkun jogja, apa antum tau bahwa kita harus menghormati orang sufi, mereka menjawab saya bukan sufi tapi orang Islam. Tidak ada kaidah yg baku karena mereka berkata tanpa kesatuan hati dan fikir sebagaimana yg mereka gembar gemborkan, kalaulah dia sehati dan sefikir itu apabila dalam tertib2 tabligh aja sedangkan masalah tauhid mereka menyerahkan pada masing2 yg diyakininya, ini kan repot dan bahaya…ya ana langsung mengadakan studi kritis dengan keluar 4o hari dan hasilnya ana semakin kuat untuk segera keluar dari JT, dan sampai sekarang ana sudah bertaubat dari pemikiran dan aktifitas JT (ini saya nukil dari perjalanan kisah saya bersama JT)”
Demikianlah ya ikhwah setetes dari lautan pengalaman ana di Jama’aah Tabligh, semoga bisa menjadi pintu hidayah (setelah rahmat Alloh SWT) bagi kita semua untuk mengenal manhaj Salaf yang mulia dan Istiqomah diatas manhaj Salaf ini sampai ajal menjemput.. Amiiin

4 comments:

aBDUL ROCHIM said...

Ga jelas blass..... antum muasti banyak istigfar... banyak istigfar.... banyak istigfar...

Anonymous said...

Saya pingin sekali jumpa pengakuan seoarang mantan jamaah tabligh kalau teman sendiri yang mantan jamaah tabligh sering jumpa dan kalau melihat sangat lucu sekali

Syarief said...

sholat thobat 6 rokaat,
sholat hajat 6 rokaat minta hidayah.
Insya Alloh antum akan istiqomah dalam da'wah & tabligh.

syarief said...

sholat thobat 6 rokaat,
sholat hajat 6 rokaat minta hidayah
Insya Alloh kita istiqomah dalam da'wah & tabligh