JAKARTA - Sungguh malang kisah Putri Suprianingsih, 27, wanita berasal dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ibu dua anak itu sudah lama menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) dan merantau ke banyak negara di Asia Barat.
Dia rela meninggalkan bangku sekolah untuk bekerja di kilang tetapi pendapatan di kampung tidak seberapa, Putri tertarik dengan tawaran wang jutaan rupiah yang boleh didapati dengan menjadi TKI.
Meskipun masih berusia belasan tahun, Putri tidak gentar dan nekad menjadi TKI dengan bantuan penaja tetapi sebelum itu, dia dikahwinkan dengan Fuad dan mendapat anak bernama Wulan, kini berusia enam tahun
"Penaja itu memperkenalkan saya kepada ejen di Jakarta," kata Putri kepadaKompas.combaru-baru ini.
Selama menjalani kursus di tempat ejen penyalur TKI di Jakarta, Putri belajar bahasa Arab, memasak sajian Asia Barat dan belajar urusan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, dan mengganti lampin bayi.
Selesai kursus, Putri berlepas untuk merantau ke Riyadh, Arab Saudi dan selama empat tahun dia bekerja sebagai pembantu rumah di sana.
Di rumah majikannya itu, Putri harus bersedia mendengar setiap arahan meskipun kadangkala masalah bahasa menyebabkan dia dimarahi tanpa belas kasihan.
Selain bahasa, masalah budaya juga menjadi halangan kerana di Arab Saudi, seorang wanita tidak dibenarkan keluar rumah seorang diri.
Justeru, Putri sama sekali tidak mendapat waktu kelepasan dan selalu duduk di rumah, keluar hanya jika diajak oleh majikan dan dia juga tidak boleh sama sekali berhubung dengan keluarganya di kampung selama empat tahun.
Suatu hari, Putri mengalami pengalaman pahit di rumah majikannya yang dihuni oleh lima orang, termasuk adik lelaki majikannya. Malangnya, adik majikannya itu sering kali cuba menggoda Putri.
"Pada satu hari, tinggal saya dan adik majikan di rumah. Tiba-tiba dia memeluk dan menarik saya ke pangkuannya. Saya berasa takut sekali."
"Saya menangis tanpa henti. Saya merayu supaya berhenti memperlakukan saya begitu. Saya katakan, saya datang ke sini kerana bekerja untuk suami dan anak saya. Akhirnya dia menjauhi saya," ungkap Putri.
Akibat itu, Putri merayu kepada majikannya supaya menghantarnya pulang tetapi agen penyalur meminta Putri bertahan sehingga tempoh kontrak tamat.
Apabila tamat kontrak, Putri bergegas kembali ke kampung halamannya di Sumbawa dengan membawa wang 75 juta rupiah, hasil membanting tulang selama empat tahun di Riyadh.
"Wang itu untuk suami saya dan persekolahan anak saya, di samping untuk dihulurkan juga kepada ahli keluarga," ujar Putri.
Suami Putri, Fuad hanyalah seorang buruh dengan pendapatan sekitar 1 juta rupiah sebulan, tidak cukup membiayai kehidupan rumah tangga dan sekolah anak di pesantren. Justeru itu, pendapatan Putri menjadi tumpuan keluarga.
Namun, apa yang terjadi sekembalinya ke kampung sama sekali tidak pernah terlintas di fikiran Putri.
"Saya baru mendapat tahu rupa-rupanya suami saya bernikah lagi, bahkan dia sudah mempunyai anak. Keluarga saya menyangka saya sudah mati kerana tidak pernah mengirim khabar," kata Putri.
Si suami menyalahkan Putri dengan alasan dia berjauhan dan tidak pernah mengirim berita, maka dia bernikah lagi.
"Saya jatuh sakit, mengalami tekanan sampai sebulan, padahal saya bekerja untuk dia juga," tambah Putri.
Meskipun hati sudah disakiti, Putri tidak bercerai dengan suaminya dan dalam waktu terdekat ini, Putri akan berlepas ke Abu Dhabi, Emiriah Arab Bersatu (UAE) untuk kembali menjadi TKI. - AGENSIUtusan Malaysia Online - Luar Negara
Ibu dua anak itu sudah lama menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) dan merantau ke banyak negara di Asia Barat.
Dia rela meninggalkan bangku sekolah untuk bekerja di kilang tetapi pendapatan di kampung tidak seberapa, Putri tertarik dengan tawaran wang jutaan rupiah yang boleh didapati dengan menjadi TKI.
Meskipun masih berusia belasan tahun, Putri tidak gentar dan nekad menjadi TKI dengan bantuan penaja tetapi sebelum itu, dia dikahwinkan dengan Fuad dan mendapat anak bernama Wulan, kini berusia enam tahun
"Penaja itu memperkenalkan saya kepada ejen di Jakarta," kata Putri kepadaKompas.combaru-baru ini.
Selama menjalani kursus di tempat ejen penyalur TKI di Jakarta, Putri belajar bahasa Arab, memasak sajian Asia Barat dan belajar urusan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, dan mengganti lampin bayi.
Selesai kursus, Putri berlepas untuk merantau ke Riyadh, Arab Saudi dan selama empat tahun dia bekerja sebagai pembantu rumah di sana.
Di rumah majikannya itu, Putri harus bersedia mendengar setiap arahan meskipun kadangkala masalah bahasa menyebabkan dia dimarahi tanpa belas kasihan.
Selain bahasa, masalah budaya juga menjadi halangan kerana di Arab Saudi, seorang wanita tidak dibenarkan keluar rumah seorang diri.
Justeru, Putri sama sekali tidak mendapat waktu kelepasan dan selalu duduk di rumah, keluar hanya jika diajak oleh majikan dan dia juga tidak boleh sama sekali berhubung dengan keluarganya di kampung selama empat tahun.
Suatu hari, Putri mengalami pengalaman pahit di rumah majikannya yang dihuni oleh lima orang, termasuk adik lelaki majikannya. Malangnya, adik majikannya itu sering kali cuba menggoda Putri.
"Pada satu hari, tinggal saya dan adik majikan di rumah. Tiba-tiba dia memeluk dan menarik saya ke pangkuannya. Saya berasa takut sekali."
"Saya menangis tanpa henti. Saya merayu supaya berhenti memperlakukan saya begitu. Saya katakan, saya datang ke sini kerana bekerja untuk suami dan anak saya. Akhirnya dia menjauhi saya," ungkap Putri.
Akibat itu, Putri merayu kepada majikannya supaya menghantarnya pulang tetapi agen penyalur meminta Putri bertahan sehingga tempoh kontrak tamat.
Apabila tamat kontrak, Putri bergegas kembali ke kampung halamannya di Sumbawa dengan membawa wang 75 juta rupiah, hasil membanting tulang selama empat tahun di Riyadh.
"Wang itu untuk suami saya dan persekolahan anak saya, di samping untuk dihulurkan juga kepada ahli keluarga," ujar Putri.
Suami Putri, Fuad hanyalah seorang buruh dengan pendapatan sekitar 1 juta rupiah sebulan, tidak cukup membiayai kehidupan rumah tangga dan sekolah anak di pesantren. Justeru itu, pendapatan Putri menjadi tumpuan keluarga.
Namun, apa yang terjadi sekembalinya ke kampung sama sekali tidak pernah terlintas di fikiran Putri.
"Saya baru mendapat tahu rupa-rupanya suami saya bernikah lagi, bahkan dia sudah mempunyai anak. Keluarga saya menyangka saya sudah mati kerana tidak pernah mengirim khabar," kata Putri.
Si suami menyalahkan Putri dengan alasan dia berjauhan dan tidak pernah mengirim berita, maka dia bernikah lagi.
"Saya jatuh sakit, mengalami tekanan sampai sebulan, padahal saya bekerja untuk dia juga," tambah Putri.
Meskipun hati sudah disakiti, Putri tidak bercerai dengan suaminya dan dalam waktu terdekat ini, Putri akan berlepas ke Abu Dhabi, Emiriah Arab Bersatu (UAE) untuk kembali menjadi TKI. - AGENSIUtusan Malaysia Online - Luar Negara
No comments:
Post a Comment