Meskipun kempen untuk melarang pembangunan menara masjid dan undang-undang melarang pemotongan Udhiyah (haiwan kurban), Umat Islam di Swiss masih dapat menikmati dan melaksanakan perayaan Idul Adha, salah satu dari dua hari raya besar Islam.
"Hari raya Idul Adha adalah waktu untuk bergembira dan menjalin persaudaraan," Hisyam Maizar, presiden Federasi Organisasi Islam di Swiss, mengatakan kepada IslamOnline.net.
"Kami tidak akan berputus asa oleh kempen kebencian yang dilancarkan kelompok sayap kanan."
Sama dengan sebagian besar umat Islam di dunia yang merayakan Idul Adha pada hari Jumaat ini (27/11) begitu juga dengan masyarakat Islam Swiss.
Pada hari ketiga Idul Adha nanti warga Swiss akan memberikan suara pada referendum yang dipelopori oleh kelompok sayap kanan - Partai Rakyat Swiss (SVP) untuk melarang pembangunan menara di negara Eropah tersebut.
Dakwaan dari SVP bahwa menara adalah simbol syariah islam dan dengan demikian tidak sesuai dengan sistem undang-undang Swiss.
"Kami gembira Idul adha tidak dilarang oleh kelompok sayap kanan," tambah Maizar.
"Kami yakin bahwa Swiss akan memilih menolak usulan larangan menara."
Pelarangan menara ini ditentang oleh pemerintah, parlimen dan semua parti politik besar di negara Eropah.
Uskup Katolik Roma dan rabi Yahudi juga mendesak para pemilih untuk menolak larangan menara.
Amnesty International mengatakan pada hari Rabu 925/11) bahwa larangan seperti itu akan menjadi pelanggaran terhadap kebebasan beragama dan pelanggaran hak-hak kesetaraan.
Islam adalah agama kedua di Swiss setelah Kristian, yang merupakan rumah bagi 400.000 umat Islam.
Tidak untuk Udhiyah
Aura Idul Adha juga ada di daerah-daerah berpenduduk muslim di seluruh negara Eropah.
Kedai-kedai di sepanjang lingkungan La Paix di Jenewa menjual segala jenis masakan tradisional Arab, Turki dan Balkan.
"Mereka ingin merusak Idul Adha kami dengan kempen rasis, tapi kami tidak akan membiarkan mereka, "kata Mustafa Kamal, pemilik toko makanan yang halal.
"Kami yakin Swiss tidak akan ambil bahagian dalam lelucon ini."
Namun keceriaan Idul Adha dibayangi oleh ketidakmampuan umat Islam di negara itu untuk melakukan penyembelihan haiwan korban.
"Kami hanya menyumbangkan wang dan membayar tunai harga Udhiyah untuk masyarakat miskin dan lembaga amal di dunia Muslim," kata Maizar, pemimpin komunitas Muslim.
Di bawah undang-undang Swiss penyembelihan haiwan tanpa pemberitahuan merupakan tindakan terlarang.
Umat Islam Swiss kerana adanya larangan seperti itu akhirnya memilih menyumbangkan uang atau mengimpor Udhiyah yang telah disembelih dari negara tetangga mereka - Perancis.(fq/iol)
sumber
"Hari raya Idul Adha adalah waktu untuk bergembira dan menjalin persaudaraan," Hisyam Maizar, presiden Federasi Organisasi Islam di Swiss, mengatakan kepada IslamOnline.net.
"Kami tidak akan berputus asa oleh kempen kebencian yang dilancarkan kelompok sayap kanan."
Sama dengan sebagian besar umat Islam di dunia yang merayakan Idul Adha pada hari Jumaat ini (27/11) begitu juga dengan masyarakat Islam Swiss.
Pada hari ketiga Idul Adha nanti warga Swiss akan memberikan suara pada referendum yang dipelopori oleh kelompok sayap kanan - Partai Rakyat Swiss (SVP) untuk melarang pembangunan menara di negara Eropah tersebut.
Dakwaan dari SVP bahwa menara adalah simbol syariah islam dan dengan demikian tidak sesuai dengan sistem undang-undang Swiss.
"Kami gembira Idul adha tidak dilarang oleh kelompok sayap kanan," tambah Maizar.
"Kami yakin bahwa Swiss akan memilih menolak usulan larangan menara."
Pelarangan menara ini ditentang oleh pemerintah, parlimen dan semua parti politik besar di negara Eropah.
Uskup Katolik Roma dan rabi Yahudi juga mendesak para pemilih untuk menolak larangan menara.
Amnesty International mengatakan pada hari Rabu 925/11) bahwa larangan seperti itu akan menjadi pelanggaran terhadap kebebasan beragama dan pelanggaran hak-hak kesetaraan.
Islam adalah agama kedua di Swiss setelah Kristian, yang merupakan rumah bagi 400.000 umat Islam.
Tidak untuk Udhiyah
Aura Idul Adha juga ada di daerah-daerah berpenduduk muslim di seluruh negara Eropah.
Kedai-kedai di sepanjang lingkungan La Paix di Jenewa menjual segala jenis masakan tradisional Arab, Turki dan Balkan.
"Mereka ingin merusak Idul Adha kami dengan kempen rasis, tapi kami tidak akan membiarkan mereka, "kata Mustafa Kamal, pemilik toko makanan yang halal.
"Kami yakin Swiss tidak akan ambil bahagian dalam lelucon ini."
Namun keceriaan Idul Adha dibayangi oleh ketidakmampuan umat Islam di negara itu untuk melakukan penyembelihan haiwan korban.
"Kami hanya menyumbangkan wang dan membayar tunai harga Udhiyah untuk masyarakat miskin dan lembaga amal di dunia Muslim," kata Maizar, pemimpin komunitas Muslim.
Di bawah undang-undang Swiss penyembelihan haiwan tanpa pemberitahuan merupakan tindakan terlarang.
Umat Islam Swiss kerana adanya larangan seperti itu akhirnya memilih menyumbangkan uang atau mengimpor Udhiyah yang telah disembelih dari negara tetangga mereka - Perancis.(fq/iol)
sumber
No comments:
Post a Comment