Tuesday, March 9, 2010
NABI AYYUB & IBLIS SANG PENGGODA
Salah satu Malaikat berkata kepada kawan-kawannya yang sedang berbincang-bincang tentang tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di atas bumi : "Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup di atas bumi Allah yang lebih baik selain Ayyub". Ia adalah seorang mukmin sejati ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan Allah kepadanya, ia sisihkan sebagian untuk menolong orang-orang yang memerlukan. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah, sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepadanya”. Para Malaikat yang mendengar pujian dan sanjungan untuk Ayyub mengakui kebenaran itu bahkan masing-masing menambahkan lagi dengan menyebut beberapa sifat dan kebaikan yang lain pada diri Ayyub. Percakapan para Malaikat yang memuji-muji Ayyub itu didengar oleh Iblis yang sedang berada tidak jauh dari tempat mereka berkumpul. Hati Iblis membara karena jengkel mendengar pujian yang ditujukan untuk keturunan Adam, yang ia telah bersumpah akan menyesatkannya ketika ia dikeluarkan dari syurga karenanya. Ia tidak rela melihat seorangpun dari anak cucu Adam menjadi seorang mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun dan melakukan amal sholeh sesuai dengan perintah Allah. Pergilah Iblis mendatangi Ayyub untuk menyaksikan sendiri sampai sejauh mana kebenaran pujian para Malaikat itu. Ternyata memang benar, Ayyub patut mendapat segala pujian itu. Ia mendatangi Ayyub bergelimpangan dalam kenikmatan duniawi, tenggelam dalam kekayaan yang tidak ternilai besarnya, mengepalai keluarga yang besar dan hidup rukun, damai dan berbakti. Ia melihat Ayyub tidak silau matanya oleh kekayaan yang ia miliki dan tidak tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawi. Siang dan malam ia senantiasa menemui Ayyub berada di mihrabnya melakukan sholat, sujud dan tasyakur kepada Allah atas segala pemberian-Nya. Mulutnya tidak berhenti menyebut nama Allah dengan bertasbih dan bertahmid. Ayyub ditemuinya sebagai seorang yang penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah yang lemah. Yang lapar diberinya makan, yang telanjang diberinya pakaian, yang bodoh diajar dan dipimpin dan yang salah ditegur. Iblis gagal dalam usahanya membujuk Ayyub. Telinga Ayyub tertutup terhadap segala bisikan dan fitnahan dan hatinya yang sudah penuh dengan iman dan takwa tidak ada tempat lagi bagi bibit-bibit kesesatan yang ditaburkan oleh Iblis. Cinta dan taatnya kepada Allah merupakan benteng yang ampuh terhadap serangan Iblis dengan peluru kebohongan dan pemutar-balikan kebenaran yang semuanya tidak menggoyahkan pendirian Ayyub. Akan tetapi Iblis bukanlah Iblis jika ia berputus asa dari kegagalannya membujuk Ayyub secara langsung. Ia pergi menghadap kepada Allah untuk menghasut. Iblis berkata : "Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub yang menyembah dan memuji-muji-Mu, bertasbih dan bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat demikian seikhlas dan setulus hati karena cinta dan taat pada-Mu. Ia melakukan itu semua dan berlaku sebagai hamba yang sholeh tekun beribadah kepada-Mu hanya karena takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang telah Engkau karuniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian, Engkau akan mencabut segala nikmat yang telah ia perolehnya berupa puluhan ribu hewan ternak, beribu-ribu hektar tanah ladang, berpuluh-puluh hamba sahaya serta keluarga dan keturunan yang sholeh. Tidakkah semua itu patut disyukuri agar tidak terlepas dari pemilikannya dan habis terkena musibah? Di samping itu, Ayyub masih mengharapkan agar kekayaannya bertambah menjadi berlipat ganda. Untuk tujuan dan maksud itulah Ayyub mendekatkan diri kepada-Mu, dengan ibadah dan amal-amal sholehnya dan andai kata ia terkena musibah dan kehilangan semua yang ia miliki, niscaya ia akan mengubah sikapnya dan akan melalaikan kewajibannya beribadah kepada-Mu”. Allah berfirman kepada Iblis : " Sesungguhnya Ayyub adalah hamba-Ku yang sangat taat, ia seorang mukmin sejati, apa yang ia lakukan untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku adalah semata-mata didorong oleh iman yang teguh dan taat yang bulat kepada-Ku”. Iman dan takwa yang telah meresap di dalam lubuk hatinya telah menguasai seluruh jiwa raganya, tidak akan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawinya. Cintanya kepada-Ku yang telah menjiwai amal ibadah dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi kurang karena musibah apa pun yang akan melanda dalam diri dan harta kekayaannya. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut darinya atau menjadikannya bertambah berlipat ganda. Ia bersih dari semua tuduhan dan prasangkamu. Engkau memang tidak rela melihat hamba-hamba-Ku anak cucu Adam berada di atas jalan yang benar, lurus dan tidak tersesat. Dan untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan kebulatan imannya kepada-Ku dan kepada takdir-Ku, Aku izinkan engkau untuk mencoba menggodanya serta memalingkannya dari-Ku. Kerahkanlah para pembantumu menggoda Ayyub melalui harta kekayaan dan keluarganya. Coba binasakanlah harta kekayaan dan cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia itu, dan lihatlah sampai di mana kebolehanmu menyesatkan hamba-Ku itu”. Dikumpulkanlah oleh Iblis syaitan-syaitan sebagai pembantunya, diberitahukan bahwa ia telah mendapat izin dari Tuhan, untuk menghancurkan Ayyub, merusak aqidah serta memalingkannya dari Tuhan yang ia sembah dengan sepenuh hati dan keyakinan. Jalannya ialah dengan memusnahkan harta kekayaannya, sehingga ia menjadi seorang yang papa dan miskin, mencerai-beraikan keluarganya sehingga ia menjadi sebatang kara tidak berkeluarga, Iblis berseru kepada pembantunya itu agar melaksanakan tugas penyesatan Ayyub sebaik-baiknya dengan segala daya dan siasat apa saja yang mereka miliki. Dengan berbagai cara, akhirnya berhasillah kawanan syaitan itu menghancur luluhkan kekayaan Ayyub, yang dimulai dengan hewan ternaknya yang bergelimpangan, mati satu persatu sehingga habis sama sekali, kemudian disusul ladang dan kebun, tanamannya rusak menjadi kering dan gedung-gedungnya terbakar habis dimakan api, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang papa miskin tidak memiliki apapun selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang besar. Setelah berhasil menghabiskan kekayaan dan harta milik Ayyub, datanglah Iblis kepadanya menyerupai orang tua yang tampak bijaksana dan berpengalaman dan berkata : "Sesungguhnya musibah yang menimpa dirimu sangat dahsyat sekali, sehingga dalam waktu yang begitu sempit telah habis semua kekayaanmu dan hilang semua harta kekayaan milikmu. Kawan-kawanmu merasa sedih sedang musuh-musuhmu bersenang hati dan gembira melihat penderitaan yang engkau alami akibat musibah yang susul-menyusul melanda kekayaan dan harta milikmu. Mereka bertanya-tanya, gerangan apakah yang menyebabkan Ayyub tertimpa musibah yang hebat itu yang menjadikannya dalam sekejap mata kehilangan semua harta miliknya. Sementara salah seorang dari mereka berkata,”Bahwa mungkin karena Ayyub tidak ikhlas dalam ibadah dan semua amal kebajikannya dan ada yang berkata bahwa andaikan Allah, Tuhan Ayyub, benar-benar berkuasa, niscaya Dia dapat menyelamatkan Ayyub dari malapetaka, mengingat ia telah menggunakan seluruh waktunya beribadah dan berzikir, tidak pernah melanggar perintah-Nya. Seorang yang lain menggunjing dengan mengatakan bahwa mungkin amal ibadah Ayyub tidak diterima oleh Tuhan, karena ia tidak melakukan itu dari hati yang bersih dan sifat ria dan ingin dipuji dan banyak lagi cerita-cerita orang tentang kejadian yang sangat menyedihkan itu. “Akupun menaruh simpati kepadamu, hai Ayyub dan turut bersedih hati dan berduka cita atas nasib buruk yang telah engkau alami”. Iblis yang menyerupai sebagai orang tua itu mengakhiri hasutannya seraya memperhatikan wajah Ayyub yang tetap tenang berseri-seri tidak menampakkan tanda-tanda kesedihan atau penyesalan yang ingin ditimbulkan oleh Iblis dengan kata-kata racunnya itu. Ayyub berkata kepadanya, "Ketahuilah bahwa apa yang telah kumiliki berupa harta benda, tanah ladang dan hewan ternak serta yang lain, semuanya itu adalah barang titipan Allah yang diminta-Nya kembali setelah aku cukup menikmatinya sepanjang masa atau ibarat barang pinjaman yang diminta kembali oleh tuannya jika saatnya telah tiba. Maka segala syukur dan puji bagi Allah yang telah memberikan karunia-Nya kepadaku dan mencabutnya kembali dari siapa yang Dia kehendaki. Selesai mengucapkan jawaban kepada Iblis yang sedang duduk tercenggang di depannya, menyungkurlah Ayyub bersujud kepada Allah memohon ampun atas segala dosanya. Iblis segera meninggalkan Ayyub dengan rasa kecewa karena hasutannya tidak termakan oleh Ayyub. Akan tetapi, Iblis tidak pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah nyatakan di hadapan Allah dan Malaikat-Nya, dan ia akan berusaha menyesatkan Bani Adam di mana saja mereka berada. Ia merencanakan untuk melanjutkan gangguan kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang hidup rukun, damai dan saling cinta mencintai. Iblis datang lagi menghadap Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya mencoba Ayyub. Berkata ia kepada Tuhan : "Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh hasutanku dan sedikitpun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meski pun ia sudah kehilangan semua kekayaan dan kembali hidup miskin karena ia masih mempunyai putera-putera yang cakap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidup di hari tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apa lagi bila ia sangat sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencoba kesabaran dan keteguhannya kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarga dan putera-puteranya yang sangat ia sayangi dan cintai itu”. Allah mengabulkan permintaan Iblis itu dan berfirman : "Aku mengizinkan engkau mencoba sekali lagi menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal dan kesabaran itu dengan caramu yang lain, namun ketahuilah bahwa engkau tidak akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku”. Iblis lalu pergi bersama pembantunya menuju tempat tinggal putera-putera Ayyub di suatu gedung yang penuh dengan sarana kemewahan dan kemegahan, lalu digoyangkanlah gedung itu hingga roboh berantakan menimbuni seluruh penghuninya. Kemudian Iblis pergi menemui Ayyub dengan menyerupai sebagai seorang dari kawan-kawan Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan turut berdukacita atas musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada Ayyub dalam takziahnya : "Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang mati tertimbun di bawah reruntuhan gedung yang roboh akibat gempa bumi ? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan tidak menerima ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi amal sholeh, sujud dan rukukmu siang dan malam”. Mendengar kata-kata Iblis itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya berucap: "Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut”. Iblis keluar meninggalkan Ayyub dalam keadaan bersujud munajat. Dengan rasa jengkel dan marah kepada dirinya sendiri karena telah gagal untuk kedua kalinya dalam menghasut Ayyub. Iblis pergi menghadap Tuhan dan berkata : "Wahai Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan oleh putera-puteranya yang mati terbunuh di bawah reruntuhan gedung yang telah kami hancurkan, namun ia masih tetap dalam keadaan seperti semula. Ia hanya menangis tersedu-sedu, namun iman dan kepercayaannya kepada-Mu tidak tergoyahkan sama sekali. Izinkan aku mencobanya dengan mengganggu kesehatan badannya, karena jika ia sudah jatuh sakit dan kekuatannya menjadi lumpuh, niscaya ia akan mulai malas melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu dan menjadi lunturlah iman dan akidahnya”. Allah tetap menantang Iblis bahwa ia tidak akan berhasil dalam usahanya menggoda Ayyub walau bagaimanapun besarnya musibah yang ditimpakan. Karena Allah telah menetapkan dia menjadi teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan beribadah bagi hamba-hamba-Nya. Allah berfirman kepada Iblis : "Bolehlah engkau mencoba lagi usahamu mengganggu kesehatan badan dan kekuatan fisik Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu hamba pilihan-Ku ini”. Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih baksil penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Baksil-baksil yang ditaburkan itu segera mengganyang kesehatan Ayyub yang menjadikan ia menderita berbagai penyakit, demam, batuk dan lain-lain. Sehingga menyebabkan badan Ayyub makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik. Hingga akhirnya Ayyub dijauhi oleh orang-orang sekampung dan juga kawan dekatnya, karena penyakit Ayyub dapat menular dengan cepatnya kepada orang-orang yang menyentuh atau mendekatinya. Ia menjadi terasing dari pergaulan masyarakat, hanya isterinya yang tetap mendampingi dan merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang, melayani segala keperluan tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal di hati melihat penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh itu. Iblis memperhatikan Ayyub dalam keadaan yang sudah amat parah, tetapi tidak meninggalkan adat kebiasaannya seperti ibadah dan zikirnya, ia tidak mengeluh, tidak mengaduh, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia merasakan sakit. Iblis kehabisan akal, tidak tahu usaha apa lagi yang harus diterapkan untuk mencapai tujuannya merusak aqidah dan iman Ayyub. Ia lalu meminta pertimbangan dari kawan-kawannya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Ayyub setelah segala usahanya gagal tidak mencapai sasaran. Mereka bertanya kepadanya : "Di manakah kepandaian dan tipu dayamu yang ampuh serta kelicinanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak pernah sia-sia ?" Seorang pembantu lain berkata : "Engkau telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya sehingga tujuanmu itu sampai berhasil ?" "Dengan membujuk isterinya", jawab Iblis. "Jika demikian" berkata syaitan itu kembali, "Laksanakanlah siasat itu dan terapkanlah terhadap Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan setia”. "Benar dan tepat fikiranmu itu," kata Iblis, "Hanya tinggal itulah satu-satunya jalan yang belum aku coba. Pasti kali ini dengan cara menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan maksudku selama ini”. Dengan rencana baru pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan lelaki yang dekat dengan suaminya. Ia berkata kepada isteri Ayyub : "Apa khabar dan bagaimana keadaan suamimu saat ini ?" Seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah suaminya, berkata isteri Ayyub kepada Iblis itu, tamunya : "Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam keadaan parah, mati tidak hidup tidak”. Ucapan isteri Ayyu menimbulkan harapan bagi Iblis bahwa kali ini ia akan berhasil. Maka diingatkanlah isteri Ayyub akan masa mudanya di mana ia hidup dengan suaminya dalam keadaan sehat, bahagia dan makmur dan dibawakannyalah kenang-kenangan dan kemesraan. Kemudian keluarlah Iblis dari rumah Ayyub meninggalkan isteri Ayyub duduk termenung seorang diri, mengenang masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraan hidupnya, membanding-bandingkannya dengan masa di mana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta-benda, disusul dengan kematian puteranya, dan yang terakhir diikuti oleh penyakit suaminya yang parah dan sangat menjemukan itu. Isteri Ayyub merasa kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tiada sahabat tiada kerabat, tiada handai taulan, semua menjauhi mereka karena khawatir kejangkitan penyakit kulit yang menular dan menjijikkan itu. Seraya menarik nafas panjang, datanglah isteri Ayyub mendekati suaminya yang sedang menderita dan berbisik kepadanya : "Wahai sayangku, sampai kapankah engkau tersiksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaan, putera-putera, sahabat terdekatmu ? Oh, alangkah syahdunya masa lampau kita, usia muda, badan sehat, sarana kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis itu ? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berkepanjangan ini”. Berkata Ayyub menjawab keluhan isterinya : "Wahai isteriku yang kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa lalu, menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Allah agar kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang kami alami masa kini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kita menikmati hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu ?" "Delapan puluh tahun", jawab isteri Ayyub. "Lalu berapa lama kita hidup dalam penderitaan ini ?" tanya Ayyub. "Tujuh tahun", jawab si isteri. "Aku malu", Ayyub melanjutkan jawabannya," memohon dari Allah membebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang telah aku alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah karuniakan kepada kita. Kiranya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu untuk menerima taqdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dari penyakit dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan taqdir-Nya”. Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah, tiada sanak saudara, tiada anak dan tiada isteri. Ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa: "Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”. Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah berfirman kepadanya : "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancar dan dengan air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesehatan dan kekuatan badanmu jika engkau gunakan untuk minum dan mandi”. Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali tampak lebih sehat dan lebih kuat daripada sebelum menderita. Selain itu isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang diri di tempat tinggalnya yang terasing, jauh dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya kembali, karena bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu yang berada didepannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, seakan-akan tidak pernah sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya mengembalikan kesehatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya. Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu, namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaan di dalam segala duka dan deritanya. Ia bingung, hatinya terombang-ambing oleh dua perasaan, ia merasa berkewajiban melaksanakan sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan berbakti itu tidak patut, kata hatinya, menjalani hukuman yang seberat itu. Akhirnya Allah memberi jalan keluar baginya dengan firman-Nya: "Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan cambuklah isterimu dengan rumput itu seratus kali sesuai dengan sumpahmu, sehingga dengan demikian tertebuslah sumpahmu”. Nabi Ayyub dipilih oleh Allah sebagai teladan yang baik bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga kini nama Ayyub disebut orang sebagai simbol kesabaran. Dan Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesehatan badannya bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya. Juga kepadanya dikaruniakan lagi putera-putera sebanyak yang telah hilang dan mati dalam musibah yang telah dialami. Demikianlah rahmat Tuhan dan karunia-Nya kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil melalui masa ujian yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan beriman kepada Allah. Kisah Ayyub di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah Shaad ayat 41 hingga ayat 44 dan surah Al-Anbiaa' ayat 83 dan 84. (BQ/Al Mihrab)
Labels:
iblis
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment