Ramadhan merupakah hadiah daripada Allah SWT untuk orang-orang beriman selama satu bulan dalam setahun. Hadiah Rabbaniyah agar darjat dan kualiti kemanusiaan kita meningkat sehingga menjadi orang-orang yang bertaqwa. Suatu amal ibadah yang sangat bermanfaat bagi orang-orang beriman pada saat mereka memerlukan kekuatan iman dan ruhiyah untuk menghadapi ujian-ujian sulit dan berat dalam kehidupan mereka. Dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan tambahan gizi kekuatan iman dan ruhiyah, sehingga posisi manusia mukmin meningkat naik jauh melebihi permasalahan yang dihadapinya. Maka, dalam suasana keimanan dan ruhiyah yang kuat, umat Islam mampu mengatasi segala permasalahan hidupnya.
Permasalahan internal umat Islam muncul ketika mereka menuruti hawa nafsu dan tarikan-tarikan syahwat keduniaan. Kemudian syaitan menguatkan dominasi hawa nafsu tersebut dan memprovokasinya, sehingga umat Islam yang lemah imannya tidak berdaya dan jatuh dalam takungan kumbahan syahwat. Selanjutnya umat Islam akan dengan mudah melanggar aturan Islam dan segala sesuatu yang diharamkan. Maka terjadilah pembunuhan, perzinaan, seks bebas, pencurian, pencarian harta secara haram, penipuan dan penyimpangan lainnya.
Sementara permasalahan eksternal umat Islam datang dari orang-orang kafir yang melakukan konspirasi dan makar terhadap mereka. Pada dekad ini umat Islam dihadapkan langsung dengan musuh sejatinya, kuasa-kuasa besar dunia yang bekerjasama dengan Zionis Israel penjajah bumi Palestin. Kuasa-kuasa besar dengan segala kesombongannya juga masuk menjajah langsung dunia Islam seperti di Iraq dan Afghanistan. Pada saat yang sama, kuasa-kuasa besar itu selalu berada di belakang zionisme Israel untuk tetap mempertahankan hegemoni kekuasaannya di Palestin, jantung dunia Islam. Jutaan umat Islam di Iraq dan Palestin sudah menjadi korban kebengisan kejahatan kuasa-kuasa besar dan Israel. Sementara dunia Islam lain menjadi saling bermusuhan dan hidangan yang paling enak untuk memenuhi keperluan para penjajah tersebut.
Ramadhan datang bukan untuk membuat umat Islam lemah, lesu dan takut, kerana melaksanakan ibadah shaum, tilawah Al-Qur’an dan solat tarawih. Akan tetapi Ramadhan datang untuk membuat umat Islam lebih kuat, bersemangat, berani dalam perjuangan membebaskan diri daripada dominasi musuh-musuhnya, baik musuh internal berupa syahwat dan syaitan mahupun musuh eksternal daripada orang-orang kafir yang mengadakan kerosakan di muka bumi. Demikianlah yang semestinya terjadi dalam perjalanan sejarah umat Islam di bulan Ramadhan.
Momentum tahunan Ramadhan ini harus dipersiapkan oleh umat Islam dengan sebaik-baiknya, sehingga visi Ramadhan dapat tercapai, iaitu terealisasinya ketaqwaan. Ketaqwaan yang sebenarnya, ketaqwaan di seluruh lapangan kehidupan. Ketaqwaan di rumah, di masjid, di pejabat, di sekolah dan di kampus. Ketaqwaan di pasar dan di mana sahaja kita berada. Ketaqwaan inilah yang melahirkan barakah dari langit dan bumi, pembuka pintu rahmat Allah SWT dan jalan keluar serta solusi atas segala krisis multidimensional.
Krisis yang menimpa kita hari ini adalah krisis keimanan dan ketaqwaan. Bermula daripada krisis yang fundamental tersebut, maka terjadilah krisis susulan, seperti pembunuhan atas manusia tanpa hak, rogol, zina, seks bebas dan buang bayi, penyalahgunaan dadah dan minuman keras, hipokrit, rasuah dan sebagainya. Oleh sebab itu, penghentian atas krisis tersebut harus dimulai daripada akar krisis dan akar permasalahannya.
Solusi atas krisis secara horizontal harus dimulai dengan mendidik manusia menjadi insan bertaqwa, sehingga mampu menahan diri daripada pelanggaran-pelanggaran dan tunduk pada Allah dan hukum Islam. Solusi krisis secara vertikal dengan menegakkan Syari’ah Islam dalam masyarakat dan pemerintahan, sehingga mereka takut akan hukuman ukhrawi dan tidak melanggar larangan-Nya. Syari’ah Islam memberi rahmat bagi manusia, menjamin hak beragama, hak hidup, hak pemilikan harta, hak berfikir dan berpendapat, hak terpeliharanya kehormatan dan keturunan. Ke sanalah semua langkah harus ditujukan, semua fikiran dicurahkan, gerakan pembaikan umat diarahkan, dan segala tenaga dikerahkan.
Puasa adalah sarana yang paling efektif untuk membina manusia menjadi insan yang bertaqwa. Sehingga mereka memiliki keberanian untuk merealisasikan Syari’ah Islam dalam kehidupan peribadi dan sosial. Oleh sebab itu, marilah kita dalam bulan Ramadhan, terus memperbaiki tekad dan usaha kita untuk melakukan yang terbaik. Semoga tujuan Ramadhan dapat kita raih dengan jayanya. Dalam menyambut Ramadhan, Rasulullah SAW ada menyampaikan taujihat atau khutbah kepada para sahabatnya.
Rasulullah SAW sangat gembira dan memberikan khabar gembira kepada umatnya dengan datangnya bulan Ramadhan. Rasulullah menyebutkan keutamaan-keutamaan Ramadhan dalam pidato penyambutan bulan suci itu:
Dari Salman Al-Farisi RA berkata: “Rasulullah SAW berkhutbah pada hari terakhir bulan Sya’ban: Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh barakah, di dalamnya ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib, dan qiyamullailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan kesatuan, dan bulan ditambahkan rezeki orang-orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun.”
Kami berkata: “Wahai Rasulullah, tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa?”.
Rasul Saw bersabda: “Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan daripada api neraka. Siapa yang meringankan orang yang dimilikinya, maka Allah mengampuninya dan dibebaskan daripada api neraka. Perbanyakkanlah melakukan empat perkara; dua perkara membuat Allah redha dan dua perkara yang kamu selalu perlu dengannya. Kedua perkara itu adalah Syahadat Laa ilaha illallah dan beristighfar kepada-Nya. Adapun dua perkara yang kamu perlu adalah engkau meminta syurga dan berlindung daripada api neraka. Siapa yang membuat kenyang orang berpuasa, Allah akan memberikan minum dari telagaku (Rasul SAW) satu kali minuman yang tidak akan pernah haus sampai masuk surga” (HR al-‘Uqaili, Ibnu Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani).
Dalam hadith lain Rasulullah SAW bersabda:
“Umatku diberi lima kebaikan pada bulan Ramadhan, sesuatu yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya. Pertama, bau mulut seorang yang berpuasa lebih wangi daripada bau kasturi. Kedua, malaikat memintakan ampun sampai berbuka. Ketiga, setiap hari Allah menghiasi syurga milik orang yang berpuasa, kemudian berkata (pada syurga): “Hamba-hambaku yang soleh sebentar lagi akan melepas kepenatan dan kesusahannya dan datang kepadamu”. Keempat, syaitan-syaitan dibelenggu dan tidak dapat bebas berkeliaran sebagaimana bulan lain. Kelima, diampuni dosanya di akhir malam. Di antara sahabat ada yang berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah itu malam kemuliaan (Lailatu qadr)?” Rasul SAW menjawab: “Bukan, tetapi seorang pekerja akan disempurnakan balasannya ketika pekerjaan selesai” (HR Ahmad, al-Bazzar, Abu Syaikh, al-Baihaqi dan al-Asbahani).
Permasalahan internal umat Islam muncul ketika mereka menuruti hawa nafsu dan tarikan-tarikan syahwat keduniaan. Kemudian syaitan menguatkan dominasi hawa nafsu tersebut dan memprovokasinya, sehingga umat Islam yang lemah imannya tidak berdaya dan jatuh dalam takungan kumbahan syahwat. Selanjutnya umat Islam akan dengan mudah melanggar aturan Islam dan segala sesuatu yang diharamkan. Maka terjadilah pembunuhan, perzinaan, seks bebas, pencurian, pencarian harta secara haram, penipuan dan penyimpangan lainnya.
Sementara permasalahan eksternal umat Islam datang dari orang-orang kafir yang melakukan konspirasi dan makar terhadap mereka. Pada dekad ini umat Islam dihadapkan langsung dengan musuh sejatinya, kuasa-kuasa besar dunia yang bekerjasama dengan Zionis Israel penjajah bumi Palestin. Kuasa-kuasa besar dengan segala kesombongannya juga masuk menjajah langsung dunia Islam seperti di Iraq dan Afghanistan. Pada saat yang sama, kuasa-kuasa besar itu selalu berada di belakang zionisme Israel untuk tetap mempertahankan hegemoni kekuasaannya di Palestin, jantung dunia Islam. Jutaan umat Islam di Iraq dan Palestin sudah menjadi korban kebengisan kejahatan kuasa-kuasa besar dan Israel. Sementara dunia Islam lain menjadi saling bermusuhan dan hidangan yang paling enak untuk memenuhi keperluan para penjajah tersebut.
Ramadhan datang bukan untuk membuat umat Islam lemah, lesu dan takut, kerana melaksanakan ibadah shaum, tilawah Al-Qur’an dan solat tarawih. Akan tetapi Ramadhan datang untuk membuat umat Islam lebih kuat, bersemangat, berani dalam perjuangan membebaskan diri daripada dominasi musuh-musuhnya, baik musuh internal berupa syahwat dan syaitan mahupun musuh eksternal daripada orang-orang kafir yang mengadakan kerosakan di muka bumi. Demikianlah yang semestinya terjadi dalam perjalanan sejarah umat Islam di bulan Ramadhan.
Momentum tahunan Ramadhan ini harus dipersiapkan oleh umat Islam dengan sebaik-baiknya, sehingga visi Ramadhan dapat tercapai, iaitu terealisasinya ketaqwaan. Ketaqwaan yang sebenarnya, ketaqwaan di seluruh lapangan kehidupan. Ketaqwaan di rumah, di masjid, di pejabat, di sekolah dan di kampus. Ketaqwaan di pasar dan di mana sahaja kita berada. Ketaqwaan inilah yang melahirkan barakah dari langit dan bumi, pembuka pintu rahmat Allah SWT dan jalan keluar serta solusi atas segala krisis multidimensional.
Krisis yang menimpa kita hari ini adalah krisis keimanan dan ketaqwaan. Bermula daripada krisis yang fundamental tersebut, maka terjadilah krisis susulan, seperti pembunuhan atas manusia tanpa hak, rogol, zina, seks bebas dan buang bayi, penyalahgunaan dadah dan minuman keras, hipokrit, rasuah dan sebagainya. Oleh sebab itu, penghentian atas krisis tersebut harus dimulai daripada akar krisis dan akar permasalahannya.
Solusi atas krisis secara horizontal harus dimulai dengan mendidik manusia menjadi insan bertaqwa, sehingga mampu menahan diri daripada pelanggaran-pelanggaran dan tunduk pada Allah dan hukum Islam. Solusi krisis secara vertikal dengan menegakkan Syari’ah Islam dalam masyarakat dan pemerintahan, sehingga mereka takut akan hukuman ukhrawi dan tidak melanggar larangan-Nya. Syari’ah Islam memberi rahmat bagi manusia, menjamin hak beragama, hak hidup, hak pemilikan harta, hak berfikir dan berpendapat, hak terpeliharanya kehormatan dan keturunan. Ke sanalah semua langkah harus ditujukan, semua fikiran dicurahkan, gerakan pembaikan umat diarahkan, dan segala tenaga dikerahkan.
Puasa adalah sarana yang paling efektif untuk membina manusia menjadi insan yang bertaqwa. Sehingga mereka memiliki keberanian untuk merealisasikan Syari’ah Islam dalam kehidupan peribadi dan sosial. Oleh sebab itu, marilah kita dalam bulan Ramadhan, terus memperbaiki tekad dan usaha kita untuk melakukan yang terbaik. Semoga tujuan Ramadhan dapat kita raih dengan jayanya. Dalam menyambut Ramadhan, Rasulullah SAW ada menyampaikan taujihat atau khutbah kepada para sahabatnya.
Rasulullah SAW sangat gembira dan memberikan khabar gembira kepada umatnya dengan datangnya bulan Ramadhan. Rasulullah menyebutkan keutamaan-keutamaan Ramadhan dalam pidato penyambutan bulan suci itu:
Dari Salman Al-Farisi RA berkata: “Rasulullah SAW berkhutbah pada hari terakhir bulan Sya’ban: Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh barakah, di dalamnya ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib, dan qiyamullailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan kesatuan, dan bulan ditambahkan rezeki orang-orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun.”
Kami berkata: “Wahai Rasulullah, tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa?”.
Rasul Saw bersabda: “Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan daripada api neraka. Siapa yang meringankan orang yang dimilikinya, maka Allah mengampuninya dan dibebaskan daripada api neraka. Perbanyakkanlah melakukan empat perkara; dua perkara membuat Allah redha dan dua perkara yang kamu selalu perlu dengannya. Kedua perkara itu adalah Syahadat Laa ilaha illallah dan beristighfar kepada-Nya. Adapun dua perkara yang kamu perlu adalah engkau meminta syurga dan berlindung daripada api neraka. Siapa yang membuat kenyang orang berpuasa, Allah akan memberikan minum dari telagaku (Rasul SAW) satu kali minuman yang tidak akan pernah haus sampai masuk surga” (HR al-‘Uqaili, Ibnu Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani).
Dalam hadith lain Rasulullah SAW bersabda:
“Umatku diberi lima kebaikan pada bulan Ramadhan, sesuatu yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya. Pertama, bau mulut seorang yang berpuasa lebih wangi daripada bau kasturi. Kedua, malaikat memintakan ampun sampai berbuka. Ketiga, setiap hari Allah menghiasi syurga milik orang yang berpuasa, kemudian berkata (pada syurga): “Hamba-hambaku yang soleh sebentar lagi akan melepas kepenatan dan kesusahannya dan datang kepadamu”. Keempat, syaitan-syaitan dibelenggu dan tidak dapat bebas berkeliaran sebagaimana bulan lain. Kelima, diampuni dosanya di akhir malam. Di antara sahabat ada yang berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah itu malam kemuliaan (Lailatu qadr)?” Rasul SAW menjawab: “Bukan, tetapi seorang pekerja akan disempurnakan balasannya ketika pekerjaan selesai” (HR Ahmad, al-Bazzar, Abu Syaikh, al-Baihaqi dan al-Asbahani).
No comments:
Post a Comment