Pages

Wednesday, March 31, 2010

Zikir Berjama’ah


Zikir berjama’ah merupakan salah satu perkara yang disukai dan dianjurkan Nabi. Orang yang mencintai Nabi tidak mungkin membenci perkara ini, kecuali mereka jahil dari perkara yang dicintai Nabi kerana mengikut kepada ustaz-ustaz jahil.

Terdapat banyak hadits yang berkenaan dengan masalah ini, diantaranya ialah sabda Rasulullah SAW, “Suatu kaum tidak berkumpul di rumah-rumah Allah (Masjid-Masjid) dan berzikir kepada Allah Ta’ala dengan (ikhlash) mengharapkan keridhaan-Nya, melainkan Allah mengampuni segala dosa mereka dan akan merubah semua kejahatan mereka menjadi kebaikan.”
Sabdanya lagi, “Suatu kaum tidak duduk bersama-sama berzikir kepada Allahu Ta’ala, melainkan para Malaikat mengelilingi mereka, sedang rahmat meliputi mereka, dan ketenangan turun atas mereka. Dan Allah menyebut nama mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya.”
Dalam potongan hadits qudsi Allah berfirman, “Jika mereka menyebut-Ku dalam suatu kumpulan, maka Aku menyebut mereka dalam kumpulan yang lebih baik.” Kumpulan yang lebih baik di sisi Allah biasa ditafsirkan sebagai Malaikat. Dalam hadits lain dijelaskan bahwa setiap perbuatan kita akan dilaporkan kepada Nabi. Wallahu a’lam.
Sabda Rasulullah SAW lainnya: “Apabila kamu melintasi taman-taman surga, maka hendaklah engkau singgah.” Para shahabat bertanya, “Apakah taman-taman syurga itu?” Beliau menjawab, “Kumpulan-kumpulan orang yang berzikir.” Pada riwayat lain dikatakan “Majlis-majlis zikir.”
Diriwayatkan dalam suatu hadits yang panjang dari Abu Hurairah yang diawali “Sesungguhnya Allah s.w.t Yang Maha Memberkati lagi Maha Tinggi memiliki para Malaikat yang mempunyai kelebihan yang diberikan oleh Allah s.w.t. Para Malaikat selalu mengelilingi bumi. Para Malaikat sentiasa memerhati majlis-majlis zikir. Apabila mereka dapati ada satu majlis yang dipenuhi dengan zikir, mereka turut mengikuti majlis tersebut di mana mereka akan melingkunginya dengan sayap-sayap mereka sehinggalah memenuhi ruangan antara orang yang menghadiri majlis zikir tersebut dan langit…” dan diakhiri dengan, “Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka. Aku telah kurniakan kepada mereka apa yang mereka mohon dan Aku telah berikan ganjaran pahala kepada mereka sebagaimana yang mereka mohonkan.” Para Malaikat berkata: “Wahai tuhan kami, di antara mereka terdapat seorang hambaMu. Dia penuh dengan dosa, sebenarnya dia tidak berniat untuk menghadiri majlis tersebut, tetapi setelah dia melaluinya dia terasa ingin menyertainya lalu duduk bersama-sama orang ramai yang berada di majlis itu.” Lalu Allah berfirman: “Aku juga telah mengampuninya. Mereka adalah kaum yang tidak dicelakakan dengan majlis yang mereka adakan.” (HQR. Bukhori dan Muslim)
Sebahagian ahli thoriqoh lebih suka memilih berzikir dengan mengangkat suara dan berkumpul beramai-ramai untuk tujuan berzikir itu. Sebahagian yang lain lebih mimilih berzikir secara rahasia. Kedua cara itu diridhai Allah. Allah merahmati mereka dan memberikan kita manfaat kerana mereka. Bukankah kiamat, bencana terbesar bagi alam semesta, tertunda disebabkan orang yang menyebut Asma-Nya? Begitu juga bencana-bencana yang lebih kecil dari itu.
(Habib Abdullah Al-Haddad, Nashaihud Diniyah wa Washoyal Imaniyah)

Bid’ah



I. Nabi saw memperbolehkan berbuat bid’ah hasanah.
Nabi saw memperbolehkan kita melakukan Bid’ah hasanah selama hal itu baik dan tidak menentang syariah, sebagaimana sabda beliau saw: “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat-buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya” (Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi). Hadits ini menjelaskan makna Bid’ah hasanah dan Bid’ah dhalalah.
Perhatikan hadits beliau saw, bukankah beliau saw menganjurkan?, maksudnya bila kalian mempunyai suatu pendapat atau gagasan baru yg membuat kebaikan atas islam maka perbuatlah.., alangkah indahnya bimbingan Nabi saw yg tidak mencekik ummat, beliau saw tahu bahwa ummatnya bukan hidup untuk 10 atau 100 tahun, tapi ribuan tahun akan berlanjut dan akan muncul kemajuan zaman, modernisasi, kematian ulama, merajalela kemaksiatan, maka tentunya pastilah diperlukan hal-hal yg baru demi menjaga muslimin lebih terjaga dalam kemuliaan, demikianlah bentuk kesempurnaan agama ini, yg tetap akan bisa dipakai hingga akhir zaman, inilah makna ayat : “ALYAUMA AKMALTU LAKUM DIINUKUM..dst, “hari ini Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, kusempurnakan pula kenikmatan bagi kalian, dan kuridhoi islam sebagai agama kalian”, maksudnya semua ajaran telah sempurna, tak perlu lagi ada pendapat lain demi memperbaiki agama ini, semua hal yg baru selama itu baik sudah masuk dalam kategori syariah dan sudah direstui oleh Allah dan rasul Nya, alangkah sempurnanya islam.
Namun tentunya bukan membuat agama baru atau syariat baru yg bertentangan dengan syariah dan sunnah Rasul saw, atau menghalalkan apa-apa yg sudah diharamkan oleh Rasul saw atau sebaliknya, inilah makna hadits beliau saw : “Barangsiapa yg membuat buat hal baru yg berupa keburukan…dst”, inilah yg disebut Bid’ah Dhalalah. Beliau saw telah memahami itu semua, bahwa kelak zaman akan berkembang, maka beliau saw memperbolehkannya (hal yg baru berupa kebaikan), menganjurkannya dan menyemangati kita untuk memperbuatnya, agar ummat tidak tercekik dengan hal yg ada dizaman kehidupan beliau saw saja, dan beliau saw telah pula mengingatkan agar jangan membuat buat hal yg buruk (Bid’ah dhalalah).
Mengenai pendapat yg mengatakan bahwa hadits ini adalah khusus untuk sedekah saja, maka tentu ini adalah pendapat mereka yg dangkal dalam pemahaman syariah, karena hadits diatas jelas-jelas tak menyebutkan pembatasan hanya untuk sedekah saja, terbukti dengan perbuatan bid’ah hasanah oleh para Sahabat dan Tabi’in.
II. Siapakah yg pertama memulai Bid’ah hasanah setelah wafatnya Rasul saw?
Ketika terjadi pembunuhan besar-besaran atas para sahabat (Ahlul yamaamah) yg mereka itu para Huffadh (yg hafal) Alqur’an dan Ahli Alqur’an di zaman Khalifah Abubakar Asshiddiq ra, berkata Abubakar Ashiddiq ra kepada Zeyd bin Tsabit ra : “Sungguh Umar (ra) telah datang kepadaku dan melaporkan pembunuhan atas ahlulyamaamah dan ditakutkan pembunuhan akan terus terjadi pada para Ahlulqur’an, lalu ia menyarankan agar Aku (Abubakar Asshiddiq ra) mengumpulkan dan menulis Alqur’an, aku berkata : Bagaimana aku berbuat suatu hal yg tidak diperbuat oleh Rasulullah..??, maka Umar berkata padaku bahwa Demi Allah ini adalah demi kebaikan dan merupakan kebaikan, dan ia terus meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar, dan engkau (zeyd) adalah pemuda, cerdas, dan kami tak menuduhmu (kau tak pernah berbuat jahat), kau telah mencatat wahyu, dan sekarang ikutilah dan kumpulkanlah Alqur’an dan tulislah Alqur’an..!” berkata Zeyd : “Demi Allah sungguh bagiku diperintah memindahkan sebuah gunung daripada gunung-gunung tidak seberat perintahmu padaku untuk mengumpulkan Alqur’an, bagaimana kalian berdua berbuat sesuatu yg tak diperbuat oleh Rasulullah saw??”, maka Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, hingga iapun meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan mereka berdua dan aku mulai mengumpulkan Alqur’an”. (Shahih Bukhari hadits no.4402 dan 6768).
Nah saudaraku, bila kita perhatikan konteks diatas Abubakar shiddiq ra mengakui dengan ucapannya : “sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar”, hatinya jernih menerima hal yg baru (bid’ah hasanah) yaitu mengumpulkan Alqur’an, karena sebelumnya alqur’an belum dikumpulkan menjadi satu buku, tapi terpisah-pisah di hafalan sahabat, ada yg tertulis di kulit onta, di tembok, dihafal dll, ini adalah Bid’ah hasanah, justru mereka berdualah yg memulainya.
Kita perhatikan hadits yg dijadikan dalil menafikan (menghilangkan) Bid’ah hasanah mengenai semua bid’ah adalah kesesatan, diriwayatkan bahwa Rasul saw selepas melakukan shalat subuh beliau saw menghadap kami dan menyampaikan ceramah yg membuat hati berguncang, dan membuat airmata mengalir.., maka kami berkata : “Wahai Rasulullah.. seakan-akan ini adalah wasiat untuk perpisahan…, maka beri wasiatlah kami..” maka rasul saw bersabda : “Kuwasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengarkan dan taatlah walaupun kalian dipimpin oleh seorang Budak afrika, sungguh diantara kalian yg berumur panjang akan melihat sangat banyak ikhtilaf perbedaan pendapat, maka berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin yg mereka itu pembawa petunjuk, gigitlah kuat kuat dengan geraham kalian (suatu kiasan untuk kesungguhan), dan hati-hatilah dengan hal-hal yg baru, sungguh semua yg Bid’ah itu adalah kesesatan”. (Mustadrak Alasshahihain hadits no.329).
Jelaslah bahwa Rasul saw menjelaskan pada kita untuk mengikuti sunnah beliau dan sunnah khulafa’urrasyidin, dan sunnah beliau saw telah memperbolehkan hal yg baru selama itu baik dan tak melanggar syariah, dan sunnah khulafa’urrasyidin adalah anda lihat sendiri bagaimana Abubakar shiddiq ra dan Umar bin Khattab ra menyetujui bahkan menganjurkan, bahkan memerintahkan hal yg baru, yg tidak dilakukan oleh Rasul saw yaitu pembukuan Alqur’an, lalu pula selesai penulisannya dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra, dengan persetujuan dan kehadiran Ali bin Abi Thalib kw.
Nah.. sempurnalah sudah keempat makhluk termulia di ummat ini, khulafa’urrasyidin melakukan bid’ah hasanah, Abubakar shiddiq ra dimasa kekhalifahannya memerintahkan pengumpulan Alqur’an, lalu kemudian Umar bin Khattab ra pula dimasa kekhalifahannya memerintahkan tarawih berjamaah dan seraya berkata : “Inilah sebaik-baik Bid’ah!”(Shahih Bukhari hadits no.1906) lalu pula selesai penulisan Alqur’an dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra hingga Alqur’an kini dikenal dengan nama Mushaf Utsmaniy, dan Ali bin Abi Thalib kw menghadiri dan menyetujui hal itu. Demikian pula hal yg dibuat-buat tanpa perintah Rasul saw adalah dua kali adzan di Shalat Jumat, tidak pernah dilakukan dimasa Rasul saw, tidak dimasa Khalifah Abubakar shiddiq ra, tidak pula dimasa Umar bin khattab ra dan baru dilakukan dimasa Utsman bn Affan ra, dan diteruskan hingga kini (Shahih Bulkhari hadits no.873).
Siapakah yg salah dan tertuduh?, siapakah yg lebih mengerti larangan Bid’ah?, adakah pendapat mengatakan bahwa keempat Khulafa’urrasyidin ini tak faham makna Bid’ah?
III. Bid’ah Dhalalah
Jelaslah sudah bahwa mereka yg menolak bid’ah hasanah inilah yg termasuk pada golongan Bid’ah dhalalah, dan Bid’ah dhalalah ini banyak jenisnya, seperti penafikan sunnah, penolakan ucapan sahabat, penolakan pendapat Khulafa’urrasyidin, nah…diantaranya adalah penolakan atas hal baru selama itu baik dan tak melanggar syariah, karena hal ini sudah diperbolehkan oleh Rasul saw dan dilakukan oleh Khulafa’urrasyidin, dan Rasul saw telah jelas-jelas memberitahukan bahwa akan muncul banyak ikhtilaf, berpeganglah pada Sunnahku dan Sunnah Khulafa’urrasyidin, bagaimana Sunnah Rasul saw?, beliau saw membolehkan Bid’ah hasanah, bagaimana sunnah Khulafa’urrasyidin?, mereka melakukan Bid’ah hasanah, maka penolakan atas hal inilah yg merupakan Bid’ah dhalalah, hal yg telah diperingatkan oleh Rasul saw.
Bila kita menafikan (meniadakan) adanya Bid’ah hasanah, maka kita telah menafikan dan membid’ahkan Kitab Al-Quran dan Kitab Hadits yang menjadi panduan ajaran pokok Agama Islam karena kedua kitab tersebut (Al-Quran dan Hadits) tidak ada perintah Rasulullah saw untuk membukukannya dalam satu kitab masing-masing, melainkan hal itu merupakan ijma/kesepakatan pendapat para Sahabat Radhiyallahu’anhum dan hal ini dilakukan setelah Rasulullah saw wafat.
Buku hadits seperti Shahih Bukhari, shahih Muslim dll inipun tak pernah ada perintah Rasul saw untuk membukukannya, tak pula Khulafa’urrasyidin memerintahkan menulisnya, namun para tabi’in mulai menulis hadits Rasul saw. Begitu pula Ilmu Musthalahulhadits, Nahwu, sharaf, dan lain-lain sehingga kita dapat memahami kedudukan derajat hadits, ini semua adalah perbuatan Bid’ah namun Bid’ah Hasanah. Demikian pula ucapan “Radhiyallahu’anhu” atas sahabat, tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw, tidak pula oleh sahabat, walaupun itu di sebut dalam Al-Quran bahwa mereka para sahabat itu diridhoi Allah, namun tak ada dalam Ayat atau hadits Rasul saw memerintahkan untuk mengucapkan ucapan itu untuk sahabatnya, namun karena kecintaan para Tabi’in pada Sahabat, maka mereka menambahinya dengan ucapan tersebut. Dan ini merupakan Bid’ah Hasanah dengan dalil Hadits di atas, Lalu muncul pula kini Al-Quran yang di kasetkan, di CD kan, Program Al-Quran di handphone, Al-Quran yang diterjemahkan, ini semua adalah Bid’ah hasanah. Bid’ah yang baik yang berfaedah dan untuk tujuan kemaslahatan muslimin, karena dengan adanya Bid’ah hasanah di atas maka semakin mudah bagi kita untuk mempelajari Al-Quran, untuk selalu membaca Al-Quran, bahkan untuk menghafal Al-Quran dan tidak ada yang memungkirinya.
Sekarang kalau kita menarik mundur kebelakang sejarah Islam, bila Al-Quran tidak dibukukan oleh para Sahabat ra, apa sekiranya yang terjadi pada perkembangan sejarah Islam ? Al-Quran masih bertebaran di tembok-tembok, di kulit onta, hafalan para Sahabat ra yang hanya sebagian dituliskan, maka akan muncul beribu-ribu Versi Al-Quran di zaman sekarang, karena semua orang akan mengumpulkan dan membukukannya, yang masing-masing dengan riwayatnya sendiri, maka hancurlah Al-Quran dan hancurlah Islam. Namun dengan adanya Bid’ah Hasanah, sekarang kita masih mengenal Al-Quran secara utuh dan dengan adanya Bid’ah Hasanah ini pula kita masih mengenal Hadits-hadits Rasulullah saw, maka jadilah Islam ini kokoh dan Abadi, jelaslah sudah sabda Rasul saw yg telah membolehkannya, beliau saw telah mengetahui dengan jelas bahwa hal hal baru yg berupa kebaikan (Bid’ah hasanah), mesti dimunculkan kelak, dan beliau saw telah melarang hal-hal baru yg berupa keburukan (Bid’ah dhalalah).
Saudara-saudaraku, jernihkan hatimu menerima ini semua, ingatlah ucapan Amirulmukminin pertama ini, ketahuilah ucapan ucapannya adalah Mutiara Alqur’an, sosok agung Abubakar Ashiddiq ra berkata mengenai Bid’ah hasanah : “sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar”.
Lalu berkata pula Zeyd bin haritsah ra :”..bagaimana kalian berdua (Abubakar dan Umar) berbuat sesuatu yg tak diperbuat oleh Rasulullah saw??, maka Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, hingga iapun(Abubakar ra) meyakinkanku (Zeyd) sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan mereka berdua”.
Maka kuhimbau saudara-saudaraku muslimin yg kumuliakan, hati yg jernih menerima hal-hal baru yg baik adalah hati yg sehati dengan Abubakar shiddiq ra, hati Umar bin Khattab ra, hati Zeyd bin haritsah ra, hati para sahabat, yaitu hati yg dijernihkan Allah swt, Dan curigalah pada dirimu bila kau temukan dirimu mengingkari hal ini, maka barangkali hatimu belum dijernihkan Allah, karena tak mau sependapat dengan mereka, belum setuju dengan pendapat mereka, masih menolak bid’ah hasanah, dan Rasul saw sudah mengingatkanmu bahwa akan terjadi banyak ikhtilaf, dan peganglah perbuatanku dan perbuatan khulafa’urrasyidin, gigit dengan geraham yg maksudnya berpeganglah erat-erat pada tuntunanku dan tuntunan mereka.
Allah menjernihkan sanubariku dan sanubari kalian hingga sehati dan sependapat dengan Abubakar Asshiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Thalib kw dan seluruh sahabat.. amiin.
IV. Pendapat para Imam dan Muhadditsin mengenai Bid’ah
1. Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah (Imam Syafii)
Berkata Imam Syafii bahwa bid’ah terbagi dua, yaitu bid’ah mahmudah (terpuji) dan bid’ah madzmumah (tercela), maka yg sejalan dengan sunnah maka ia terpuji, dan yg tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dengan ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)
2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah
“Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yg berbunyi : “seburuk-buruk permasalahan adalah hal yg baru, dan semua Bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah), yg dimaksud adalah hal-hal yg tidak sejalan dengan Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : “Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yg baik dan bid’ah yg sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)
3. Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah (Imam Nawawi)
“Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat-buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg dosanya”, hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yg baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yg buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : “semua yg baru adalah Bid’ah, dan semua yg Bid’ah adalah sesat”, sungguh yg dimaksudkan adalah hal baru yg buruk dan Bid’ah yg tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)
Dan berkata pula Imam Nawawi bahwa Ulama membagi bid’ah menjadi 5, yaitu Bid’ah yg wajib, Bid’ah yg mandub, bid’ah yg mubah, bid’ah yg makruh dan bid’ah yg haram. Bid’ah yg wajib contohnya adalah mencantumkan dalil-dalil pada ucapan ucapan yg menentang kemungkaran, contoh bid’ah yg mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren, dan Bid;ah yg Mubah adalah bermacam-macam dari jenis makanan, dan Bid’ah makruh dan haram sudah jelas diketahui, demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yg umum, sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik2 bid’ah”. (Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)
4. Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy rahimahullah
Mengenai hadits “Bid’ah Dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yg umum yg ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yg Menghancurkan segala sesuatu” (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat : “Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya” QS Assajdah-13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dhalim.pen) atau hadits : “aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini” (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).
Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yg bertentangan dengan pemahaman para Muhaddits maka mestilah kita berhati-hati darimanakah ilmu mereka?, berdasarkan apa pemahaman mereka?, atau seorang yg disebut imam padahal ia tak mencapai derajat hafidh atau muhaddits?, atau hanya ucapan orang yg tak punya sanad, hanya menukil-menukil hadits dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa-fatwa para Imam? (Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa)
Ibadah dan Hukum & Mari Raih Kesuksesan

Ujian Keluarga Ibrahim



Telah sampai riwayat -di dalam Al-Qur’anul-Karim- pada kita ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya “Ketika sudah sampai usia putranya itu mulai tumbuh,” berkata Al Hafidh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy usia putra Nabi Ibrahim 7 tahun, pendapat lain 12 tahun. Ada 2 pendapat, pendapat yang pertama mengatakan putra Nabi Ibrahim as yang disembelih adalah Nabi Ishaq as putra Nabi Ibrahim as. Tetapi pendapat yang kedua mengatakan yang diperintah untuk disembelih adalah Nabi Ismail as putra Nabi Ibrahim as. Pendapat yang pertama didukung oleh Al Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy didalam kitabnya Fathul Baari bisharah Shahih Bukhari. Pendapat yang kedua di dalam tafsir Imam Ibn Abbas dan ulama lainnya.
Pendapat ulama berikhtilaf tentang putra Nabi Ibrahim as yang disembelih akan tetapi menjadi pendapat jumhur bahwa mereka putra Nabi Ibrahim as yang diperintah untuk disembelih. “Wahai putraku aku bermimpi melihat menyembelihmu maka bagaimana pendapatmu?,” putranya masih 7 tahun.
Mimpi dari para Nabi adalah wahyu dan perintah Allah. Berbeda dengan mimpi kita, bukan wahyu dan bukan perintah Allah. Mimpi para Nabi adalah wahyu dan perintah Allah, bila ia bermimpi menyembelih putranya maka berarti bahwa Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya. Akan tetapi Nabi Ibrahim as bertanya pada putranya. Kenapa harus bertanya kalau sudah perintah Allah? Demi mencoba iman putranya, karena seorang Nabi sudah cerdas dari kecilnya. Kalau dia memang betul Nabi, apalagi Rasul, sudah cerdas menerima perintah Allah sejak kecil.
Maka berkata putranya ini, “Wahai ayahku, perbuatlah apa yang diperintah Allah. Kau akan temukan aku sebagai orang yang bersabar. Maka Nabi Ibrahim as membawa putranya ke atas bukit. Di saat itu syaithan menghalangi perbuatan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ibrahim tidak mau menurut dengan godaan syaithan yang menghalanginya seraya mengambil 7 buah batu dan melempari syaithan dan kejadian itupun hingga saat ini diabadikan dengan cara jumrah.
Allah SWT menjadikan ummat ini mendapatkan kemuliaan-kemuliaan dari ummat yang terdahulu, perbuatan Nabi Ibrahim yang melihat syaithan yang menghalanginya menjalankan perintah Allah dilempari oleh Nabi Ibrahim as. Kita ummat Nabi Muhammad saw tidak mampu melihat syaithan tidak pula mampu untuk melempari syaithan, akan tetapi Allah menjadikan mereka yang berangkat hajji melempar batu jumrah yaitu di Mina untuk apa? Untuk mendapatkan keberkahan dari perbuatan Nabi Ibrahim as.
Maha Suci Allah yang telah memperindah ummat ini dengan mengikat perbuatan mulia dari para Nabi dan Rasul diikat kepada ummat Nabi Muhammad saw.
Nabi Ibrahim membawa putranya ke bukit. Syaithan, yang gagal menghalangi Nabi Ibrahim as, datang kepada istri Nabi Ibrahim. Lalu syaithan berkata, “Itu suamimu, anakmu dibawa keatas bukit mau disembelih.” Kagetlah isteri Nabi Ibrahim as dan berkata, “Apakah betul suamiku membawa membawa putraku untuk disembelih?” Maka berkatalah syaitan “Buktikan saja, memang begitu”.
Kita lihat iman seorang wanita shalihah, maka berkatalah istrinya, “Aku takut suamiku ragu-ragu menerima perintah Allah..!”Malah ingin diyakinkan oleh beliau. Kalau seandainya Nabi Ibrahim as ada didepannya, mungkin beliau akan berkata kepada Nabi Ibrahim as, “Jangan ragu-ragu kalau sudah perintah Allah.” Demikian hebatnya iman beliau. Maka putranya dibawa keatas bukit dan seraya berkata, “Wahai ayahku, tajamkan pisaumu.” Demikian diriwayatkan di dalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari “Tajamkan pisaumu wahai ayah dan jadikanlah pakaianku ini sebagai kafanku karena kita tidak mempunyai kain kafan. Kalau nanti kena darah yang mengalir dari tubuhku tidak bisa dijadikan kafan maka jadikan saja pakaian ini kafan.” Maka pakaiannya pun dibuka. Bocah kecil ini pun berkata “Wahai ayah, ikatlah aku agar aku tidak berontak sehingga kau ragu-ragu menyembelihku nanti.” Sehingga kepalanya ditaruhkan diatas batu dan Nabi Ibrahim mengangkat pedangnya, maka malaikat Jibril membalikkan tangannya pada seekor kambing.
Siapa yang mampu berbuat seperti ini dari kita? Sungguh berat mendapat perintah Allah untuk menyembelih anaknya. Akan tetapi Allah mengikat perbuatan ini dengan ummat Nabi Muhammad saw. Sehingga seluruh ummat Nabi Muhammad saw disunnahkan menyembelih qurban sehingga mendapatkan pahala kemuliaan Nabi Ibrahim as. Demikian Allah mengikat ummat ini dengan banyaknya hal-hal yang mulia di masa yang lalu.

Salib Bengkok



Bent CrossPerhatikan salib yang dipegang Paus Yohanes Paulus II. Perhatikan baik-baik, dan Anda akan menyadari bahwa salib itu bukanlah salib yang biasa digunakan orang Kristen seperti gambar di bawah. Salib yang dipegang Paus Yohanes II dikenal sebagai “Salib Bengkok”. Apa artinya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita merujuk kepada seorang pengarang Katolik Roma, Piers Compton, menulis dalam bukunya, “The Broken Cross: Hidden Hand In the Vatican”, Channel Islands, Neville Spearman, 1981.
Salib Bengkok adalah “… suatu lambang yang menakutkan, digunakan oleh satanis (penyembah setan) pada abad keenam, yang telah dihidupkan kembali pada masa Vatican Dua. Ini adalah salib bengkok, yang padanya dipertunjukkan suatu figur Al-Masih yang disimpangkan, yang mana tukang sihir pada Abad Pertengahan telah menggunakannya, pada kitab Injil diistilahkan ‘Tanda Beast’. Tidak hanya Paulus VI, tetapi para penggantinya, dua Yohanes Paulus, membawa benda tersebut dan memegangnya untuk dipuja-puja oleh jemaat, yang tidak pernah memahami bahwa itu mewakili Dajjal.” (hal. 72). Pada halaman 56, Compton mencetak gambar Sri Paus Yohanes Paulus II, memegang salib bengkok ini, seperti gambar di kiri atas.
CrossOleh karena itu, Paus Yohanes Paulus II sebenarnya memberitahukan semua penyembah setan di seluruh dunia bahwa ia bukanlah Paus Katholik, tetapi Paus yang mengemban tugas untuk mewujudkan New World Order (Tatanan Dunia Baru) berdasarkan rencana-rencana zionis. Hal ini juga dibahas oleh Malachi Martin dalam “The Keys to This Blood”.
Seperti Anda lihat, salib Paus Yohanes Paulus II yang dipegang menghadap jemaat, bukanlah salib biasa, tetapi salib bengkok satanis! Salib Bengkok diciptakan oleh satanis untuk melukiskan Dajjal! Segera, Anda akan melihat kemunculan seorang pemimpin global, yang mengaku sebagai Al-Masih, Mesiah Yahudi, dan sosok yang ditunggu-tunggu dalam semua agama besar. Padahal dia adalah Al-Masih palsu, dialah Masihud Dajjal. Kemudian, segera sesudah itu, seorang pemimpin religius akan maju kemuka untuk membantu Dajjal; pemimpin religius ini akan memiliki kuasa ajaib seperti Dajjal. Pemimpin religius itu adalah Paus yang diangkat dari kalangan Freemason.
New World Order meminta pemimpin religius global ini sebagai Paus Katolik Roma, dan pasti, Yohanes Paul II menggunakan Salib Bengkok Satanis ini adalah berkaitan dengan rencana tersebut. Jika Paus Yohanes Paulus II adalah yang maju untuk membantu Al-Masih Palsu itu, maka Anda akan mengetahui hakikat dari Paus ini dan hakikat dari Gereja Katholik Roma keseluruhannya.
Benedict XVI
Baca juga:
St. Peter Square: Kuil Matahari
Mel Gibson Seorang Masonic
Paus Matahari

Paus Matahari



Musyrikin Babilonia memuja matahari sebagai dewa, dan musyikin Roma juga memuja matahari. Gereja Katolik Roma, dengan bantuan Konstantin, mengubah hari kebaktian dari hari Sabtu ke Minggu (Sunday = hari Matahari) dan biasanya menggunakan lambang dan gambaran matahari. Pada hari itu, para hakim dan semua penduduk kota dibiarkan beristirahat dalam rangka memulyakan matahari.
Naskah kuno Justinianus mengatakan bahwa pada hari yang digunakn untuk memuliakan matahari, dibiarkanlah para hakim beristirahat, dan dibiarkan semua tempat kerja tertutup. Namun di negeri itu, orang-orang yang terlibat dalam pertanian boleh dengan bebas dan dengan sah melanjutkan pekerjaan mereka; sebab biasanya pada hari berikutnya itu tidak terlalu bagus untuk menanam anggur.
Shamash TabletDi samping kiri ini adalah suatu tablet dari awal abad ke 9 SM yang melukiskan Dewa Matahari Babilonia, yang bernama Shamash, duduk di sisi kanan, memegang lencana kekuasaannya, sebuah tongkat dan cincin, dan raja dengan dua penjaga pada sisi kiri. Di tengah, pada suatu altar, adalah matahari dengan 4 sinar utama ditambah dengan sinar yang berombak kecil diantara sinar-sinar utama itu. Klik gambar tersebut, dan Anda akan masuk ke Musium Britania, di mana Anda dapat melihat dan membaca tulisan sekitar tablet ini yang melukiskan dewa matahari, Shamash.
PalliumLambang tersebut nampak lagi pada Paus. Perhatikan salib hitam kecil pada bahunya (bandingkan juga dengan gambar di bawah), pada apa yang disebut Pallium: “Pallium modern adalah suatu pita melingkar selebar kira-kira dua inci, dikenakan di leher, dada, dan bahu, dan mempunyai dua pendant, satu tergantung di depan dan satu di belakang…. Ornamen pallium terdiri dari enam salib hitam kecil– di dada, di punggung, bahu kiri dan kanan, dan pada pendant yang di depan dan di belakang.”
Di bawah pada sisi kiri adalah suatu batu Neo-Asyiria (stele/stela) bertanggal sekitar 824-811 SM, yang melukiskan Raja Shamshi-Adad V. Perhatikan kalung yang dikenakan Raja. Padanya terdapat apa yang saat ini disebut Salib Maltese. Dua ribu delapan ratus (2.800) tahun yang lalu, bentuk itu adalah simbol pemujaan matahari.
Maltese CrossPope Pallium
Dewasa ini, Paus memakai lambang yang serupa di sekitar leher dan dadanya, pada Pallium, yang mana Paus juga menganugerahkannya kepada uskup terpilih sebagai ornamen, dan ini juga dikenakan oleh uskup besar dan uskup sebagai lambang otoritas mereka, berasal dari kesatuan dengan Paus. Paus juga mempunyai suatu tongkat dan cincin otoritas, sungguh serupa dengan lukisan dewa matahari Shamash pada Tablet Babilonia yang ditunjukkan sebelumnya.
Topi dan Pergelangan AsyurTiara dan Sarung Tangan Paus
Perhatikan tangan Raja Asyur Nasir Pal II yang lebih rendah pada stele di atas. Pada pergelangan tangannya terdapat lambang pancaran matahari. Pada sisi kanan, pancaran matahari musyrik itu terdapat pada sarung tangan Sri Paus Yohanes XXIII.
Lukisan raja pagan pada batu stela di atas, menunjukkan suatu potongan kain (lappet) menggantung dari belakang tutup kepala itu. Lappet ini juga terlihat pada tiara kepausan, seperti ditunjukkan pada gambar di atas.
Lappet
Dagon Ibrani
Topi Kepala IkanDagown, daw-gohn’; dewa ikan; Dagon, dewa orang Palestina kuno: Dagon. Dagon berarti “seekor ikan”. Dewa kesuburan Palestina kuno; dilambangkan dengan tangan dan wajah seorang laki-laki dan ekor ikan
Bentuk seperti ikan adalah suatu lambang kesuksesan, dan sepertinya diadopsi oleh suku bangsa yang berlayar di laut di dalam menggambarkan dewa mereka. Roma, yang dapat menaklukkan laut dengan mudah, mengadopsi agama misteri dari orang Palestina. Di sini kita melihat ukiran dan diagram pendeta Dagon dan topi kepala ikan mereka di samping gambar Sri Paus dengan topi kepala ikan yang sama. Ukiran pada sisi kiri menunjukkan pendeta Dagon yang mencipratkan air suci.
MonstranIni adalah Sri Paus Yohanes Paulus II yang memegang apa yang disebut Monstran atau Ostensorium. Gereja Katolik Roma mengakui Monstran sebagai pancaran matahari.
Naga GregoriusPaus Gregorius XIII mengusulkan penanggalan Gregorian melalui Gereja Katholik/ Konstantin dalam perintah keempat mengenai hari sabat yang diubah menjadi hari Minggu. Cukup menarik, sedikitnya dua Paus menggunakan ular naga pada perisai mereka dan salah satunya, secara kebetulan adalah Sri Paus Gregorius XIII.
(Gambar di kanan melukiskan lambang Gregorius XIII. Ini dapat ditemukan di atas pintu galeri peta, di Vatican.)
Naga Gregory
Kitab Wahyu pasal 13
13:1 Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.
13:2 Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.
13:3 Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.
13:4 Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: “Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?”
13:5 Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya.
13:6 Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga.
Wahyu 17:4 Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
Wahyu 18:3 karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya.”
Kepausan adalah lembaga pengkhianatan kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka berpura-pura membawa manusia kepada agama yang benar, padahal mereka adalah srigala-srigala yang menyesatkan manusia dari jalan Allah yang lurus. Para pemimpin dunia telah meminum ajaran bathil si pengkhianat demi kekuasaan dan kekayaan duniawi.
KardinalScarlet
Kepausan merupakan lembaga yang dibangun para masonic. Mereka adalah tukang batu yang telah menolak untuk mengakui Ismail sebagai keturunan Nabi Ibrahim, yang darinya lahirlah batu penjuru, Nabi Muhammad SAW. Kepausan telah dengan arogan menghina manusia kudus pilihan Allah, Nabi Muhammad SAW.
Sebagian orang mungkin menyangkal artikel ini. Mereka berkata bahwa ini hanyalah tipuan klasik. Tetapi mereka tidak bisa membuktikan tuduhan mereka itu. Mereka juga tidak bisa menyanggah tulisan ini dengan alasan yang dapat diterima. Fakta-fakta yang ditampilkan dalam tulisan ini baru sebagian kecil dari bukti kesesatan Kristen. Ketika digabungkan dengan fakta-fakta lainnya, akan terlihat jelas gambaran utuh dari kesesatan Kristen itu, hingga mereka tidak punya pilihan lain, kecuali mengakui kesesatan Kristen.
Akhirnya, tidak ada keselamatan di luar Islam. Tidak ada agama yang diakui Allah, kecuali Islam. Masuklah ke dalam Islam, maka Anda terselamatkan dari para pengkhianat Allah.

Yahudi dan Islam Liberal



Liberalisme adalah suatu kepercayaan tentang nilai-nilai kebebasan individu dengan intervensi minimal dari negara dalam kehidupan pribadi. Liberalisme adalah teori kontrak sosial yang menyatakan atau menegaskan bahwa otoritas politik secara orsinil tersusun dari kebebasan dan rasionalitas individu sebagai media untuk memadukan kebebasan dengan hasil-hasil kerja sama sosial.
Dalam sejarahnya sebagai gagasan, liberalisme berhubungan dengan gagasan kebebasan (liberty) atau pembebasan (liberation) karena esensi gagasan liberalisme adalah untuk menuju pembebasan. Dengan demikian, liberalisme mengekspresikan spirit manusia sebagai individu.
‘Man is born to free’ adalah asumsi dasar para pemikir liberal. Dalam artikulasinya, liberalisme menjadi sebuah keyakinan, filsafat, dan gerakan yang memegang teguh kebebasan sebagai sebuah metode dan kebijakan, sebuah prinsip yang terorganisasi dalam masyarakat dan menjadi jalan hidup bagi individu maupun komunitas (Ida Rohmawati, 2004).
Yahudi Liberal
Liberalisme juga merambah pola hidup keberagamaan menghadapi akselerasi perubahan atas tuntutan globalisasi dan moderinitas. Dengan demikian, kata liberal akhirnya juga menjadi dan dijadikan sebuah atribut gerakan keagamaan, di antaranya gerakan keberagamaan dalam agama Yahudi dan juga Islam.
Kemunculan Yahudi liberal (Liberal Judaism) adalah karena kegelisahan sekelompok Yahudi atas kegagalan gerakan pembaharuan keagamaan yang dilakukan gerakan Yahudi reformis belum dapat mencapai cita-cita reformasi yang diharapkan dan hanya menyentuh isu-isu luar, bukan menyeselaikan problem-problem yang sebenarnya. Dengan liberalisme ini, mereka ingin memenuhi kekurangan-kekurangan tersebut.
Gerakan Yahudi liberal muncul pada tahun 1902 M, persis ketika dirilisnya Persatuan Keagamaan Yahudi yang kemudian berkembang menjadi Persatuan Yahudi Liberal. Gerakan Yahudi liberal mucul di Inggris pada tahun-tahun pertama abad ke-20, perkembangan yang dipelopori oleh Laely Montagu (1873-1963) dan Claude Montefiore (1851-1938), seorang agamawan Yahudi yang terpengaruh oleh salah seorang pemikir Kristen liberal di Oxford, Benjamin G (Al-Masiriy: 1999).
Misi dari gerakan mengupayakan agar dasar-dasar ajaran agama Yahudi dapat sesuai dengan nilai-nilai zaman pencerahan Eropa (enlightement) tentang pemikiran rasional dan bukti-bukti sains. Mereka berharap untuk menyesuaikan agamanya dengan masyarakat modern.
Kaum Yahudi liberal juga percaya bahwa kitab-kitab Yahudi (Hebrew Scripture), termasuk Taurat, adalah upaya manusia untuk memahami kehendak Tuhan. Karena itu, mereka menggunakan kitab-kitab itu sebagai titik awal dalam pengambilan keputusan. Mereka pun sadar akan kemungkinan kesalahan kitab mereka dan menghargai nilai-nilai pengetahuan di luar kitab agama mereka (Adian Husaini: 2007).
Titik tolak Yahudi liberal adalah wujud manusia dan kebutuhan-kebutuhannya (humanis), bukan lagi mempermasalahkan akidah (teosentris). Tidak heran jika mereka menganggap old statement sebagai ijtihad manusia dan bukan wahyu Tuhan. Mereka mengembangkan ide-ide pencerahan dan berhukum kepada hati nurani: kebaikan dan kesalehan harus dinilai dengan ukuran nurani yang tercerahkan dan bukannya dengan tolak ukur wahyu lagi.
Istilah Yahudi liberal juga sering digunakan untuk menunjukkan gerakan Yahudi progersif dan juga Yahudi reformis. Ketiga istilah itu seakan menjadi istilah yang satu meskipun titik tekan pada semangat pembaharuan dan reformasi lebih radikal di dalam gerakan Yahudi liberal dan kadang juga untuk gerakan pembaharuan yang sedikit masih berpegang kepada tradisi, sementara Yahudi progresif sering digunakan untuk gerakan pembaharuan secara umum (Al-Masiriy: 1999)
Islam Liberal
Tidak jauh dengan Liberal Judaism adalah gerakan yang dinamakan atau menamakan dirinya dengan gerakan Islam liberal, baik secara individual maupun kelompok. Berangkat dari semangat pembaharuan dan keinginan membawa Islam agar selalu relevan dengan zaman modern yang berubah maju begitu cepat, gerakan Islam liberal muncul. Selain itu, ada semacam keyakinan bahwa Allah SWT akan mengutus mujaddid pembaharu setiap tahun, baik pembaharuannya bersifat individu maupun kolektif.
Istilah Islam liberal sebenarnya sudah dikenal beberapa dasawarsa yang lalu meskipun tidak secara tegas menyandangkan kata Islam di belakangnya. Albert Honnani pada tahun 1960-an dalam karyanya yang berjudul Arabic Thought in The Liberal Age memperkenalkan istilah Islam liberal untuk menunjukkan suatu ragam pemikiran yang berkembang di dunia Islam (Ida Rohmawati: 2004).
Sementara secara tegas, orang yang menggunakan istilah liberal Islam (Islam liberal) adalah Charles Khurzman pada tahun 1998 melalui bukunya Liberal Islam: A Sourcebook. Sebelum Khurzman, juga sudah ada Leonardo Binder yang juga berbicara tentang Islam liberal dalam bukunya Islamic Liberalisme di mana dia berusaha memetakan tokoh-tokoh yang dianggapnya liberal.
Seorang sarjana hukum dari India, Asaf Ali Asghar Fyzee (1899-1981), juga ikut memopulerkan Islam liberal. Dia menulis: ”Kita tidak perlu menghiraukan nomenklatur, tetapi jika sebuah nama harus diberikan padanya (gerakan pemikiran), marilah kita sebut itu Islam liberal.” (Charlez Khurzman: 1998).
Islam liberal secara umum memiliki agenda, antara lain untuk menentang sistem pemerintahan teokrasi dan mendukung demokrasi, meneguhkan hak-hak perempuan atau gerakan feminisme, membela hak-hak non-Muslim (termasuk juga aliran-aliran sempalan), mengembangkan kebebasan berpikir, dan serempak menyuarakan gagasan-gagasan tentang kemajuan dan progresivitas.
Dengan semangat yang berlebihan, mereka memusuhi semua pemikiran teosentris dan berkeinginan menegakkan nilai-nilai humanisme meskipun sering mengorbankan keyakinan dan kepercayaan yang sudah lama mapan dan diyakini kebenarannya. Mereka juga berusaha membuka kembali seluruh pintu ijtihad yang sempat ‘tertutup’.
Dalam penerapan ajaran-ajaran Islam, mereka mendahulukan subtansi sebuah syariat daripada tatanan tekstual yang secara jelas sudah dijelaskan dalam Alquran maupun Hadis. Mereka mengakui bahwa kebenaran bersifat relatif, inklusif, dan akomodatif. Mereka mendukung minoritas, siapa pun dan bagaimana pun mereka.
Kebebasan memilih agama atau bahkan tidak beragama sekalipun (ateis) bisa mereka terima. Mereka sekularisasi secara menyeluruh dan komprehensif.
Bila diteliti lebih jauh, ada atau bahkan banyak sekali kesamaan-kesamaan antara Yahudi liberal dan Islam liberal. Paling tidak keduanya adalah berangkat dari misi asumsif untuk melakukan reformasi dan peremajaan wacana-wacana keagamaan agar disesuaikan dengan modernitas (Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir)
penulis : Nur Faizin Muhith
referensi : Republika 16/02/08

Psikologi Aliran Sesat



Belakangan semua media ramai memberitakan rebaknya aliran baru al-Qiyadah al-Islamiyah yang didirikan oleh Ahmad Mushaddeq alias H. Abdul salam yang bercikal bakal di Kampung Gunung Sari, Desa Gunung Bunder, Bogor. Dengan pola perekrutan anggota yang cukup sestimatis dan rapi, tak heran jika aliran ini mampu menjaring anggota yang cukup banyak. Angka pasti jumlah pengikutnya belum terlacak, namun dapat diasumsikan per bulan Juni 2007 sebanyak 1.349 jiwa telah rela menjadi anggota di seluruh Indonesia. Pengikutnya pun tersebar di kota-kota besar, bahkan menurut berbagai sumber, pengikut mereka di Batam adalah kalangan orang terkaya di sana.
Menurut MUI, aliran ini dikatakan sesat karena bertentangan dengan ajaran Islam. Mereka meyakini hal-hal mendasar yang bertentangan seperti menciptakan syahadat baru, tidak mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, atau pula tidak mewajibkan shalat, puasa dan haji. Sebenarnya, al-Qiyadah al-Islamiyah muncul, di Indonesia telah tumbuh subur banyak aliran sejenis. Seperti Komunitas Eden.sebuah komunitas surga pimpinan Lia Aminuddin. Yang meyakini dirinya adalah rasul.
Aliran sesat, menurut bahasa, berarti pandangan agama yang berbeda dari pandanagan agama yang telah lazim diterima oleh penganut agama tertentu. Fenomena timbulnya aliran baru mulai popular dan menjadi sorotan di Amerika 70-an sebagai bagian dari apa yang disebut dengan new religions movement (NRM), atau gerakan agama baru.
Di Amerika banyak muncul kasus-kasus bertema aliran serupa al-Qiyadah maupun Komunitas Eden, seperti People’s Temple muncul di Guyana pada 1978, pimpinan Jim Jones, yang berhasil mengajak 900 pengikutnya melakukan bunuh diri massal dengan menegak sianida. Begitu pula pada 1997, menyeruak kasus Heaven’s Gate dan melakukan tindakan sarupa. Serta masih banyak lagi kelompok sewarna yang luput dari pemberitaan atau terbiarkan.
Pola sistematis
Bila kita cermati fenomena kemunculan aliran-aliran ini dan keberhasilan mereka merekrut anggota atau pengikutnya, akan terlihat adanya dua hal mendasar yang secara prinsip dapat kita satukan menjadi dalam sebuah pandangan.
Pertama, kecendrungan untuk mengajak atau menciptakan. Suatu aliran biasanya memilliki seorang pemimpin yang dianggap panutan sejati yang biasanya menjadi magnet bagi orang baru untuk tertarik masuk kedalam komunitas tersebut. Dalam psikologi, sang pemimpin baru ini biasanya menampilkan gejala psikiatrik berupa waham kebesaran, ia sebenarnya tengah mengalami disintegrasi kepribadian saat menjadikan dirinya sebagai pemimpin keagamaan. Bagi pengikutnya, pemimpin tersebut diyakini memiliki kharisma sangat tinggi, mampu menyeselaikan berbagai persoalan, mampu membaca situasi seperti paranormal atau lain sebagainya.
Waham ini ibarat fenomena salju yang makin hari makin membesar. Pada kasus ini aliran sesat keagamaan, kebetulan waham kebesaran agama diikuti dengan turunnya wahyu, suara-suara malaikat, atau klaim si pemimpin yang mengaku telah diberi kekuatan untuk menolong orang lain, atau lain sebagainya. Dan keyakinan inilah yang kian hari kian menguat dan diminati pengikutnya.
Dalam pedoman penggolongan gangguan jiwa DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), fenomena ini dianggap sebagai gangguan psikiatrik, dengan gejala utamanya waham. Umumnya, para pengidap gangguan ini tidak menampakkan adanya disintegrasi kepribadian atau keanehan dalam aktivitas keseharian. Mereka tampak baik-baik saja, kecuali menyangkut sistem wahamnya yang abnormal. Tak heran jika lingkungannya tidak menganggap mereka sebagai “orang sakit”, tetapi justru sebagai orang sakti mandraguna dan dipuja. Biasanya, banyak dari mereka cenderung mengisolasi diri dari lingkungan, dan hidup secara eksklusif dengan kelompoknya.
Kedua, jika diteliti secara seksama, kasus-kasus munculnya aliran-aliran sesat bukanlah sesuatu yang random (bersifat acak), tetapi ada pola sistematis mendasari proses perekrutan pengikut. Pada umumnya,para pengikut aliran ini memiliki rasa kepatuhan yang teramat sangat, bahkan rela mengorbankan jiwa raga maupun keluarga demi kepentingan kelompok atau sosok pemimpin agung yang diidolakannya.
Situasi psikologis ini membawa para pengikutnya kepada kondisi ketidakseimbangan psikologis. Mereka pun menjadi pribadi yang sangat patuh tanpa syarat. Artinya, kepatuhannya didasari apa yang dikatakan pemimpinnya. Dan didukung oleh kepribadian yang sugestible, mereka begitu mudah dipengaruhi tanpa mau berupaya menguji kebenaran yang disuguhkan kepadanya. Baginya, kebenaran hakiki adalah yang hanya didasari pendapat pemimpinnya.
Penulis: Agung R. Harmoko, Psikolog
Sumber: Majalah Gontor

Eropa Telah Menyatakan Perang



Menyusul keputusan Dewan Eropa baru-baru ini tentang larangan pengajaran fakta Penciptaan di sekolah-sekolah, pokok persoalan kedua yang bergulir dalam rencana adalah putusan Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ECHR) pada tanggal 9 Oktober bahwa pelajaran agama di sekolah-sekolah Turki adalah pelanggaran terhadap hak pendidikan. Dengan putusan ini, beragam pengubahan perlu dilakukan terhadap cara pengajaran agama di sekolah-sekolah Turki dan, menurut ECHR, bahkan pelajaran agama dengan cara bagaimanapun perlu dicegah.
Pada kenyataannya, pengubahan yang dimaksudkan di sini tidak memiliki tujuan selain menghapuskan sama sekali pendidikan agama, untuk memalingkan generasi muda dari keimanan kepada Allah (Tuhan) dan menanamkan pola pikir materialis dalam diri mereka. Keputusan melarang pengajaran Paham Penciptaan di sekolah-sekolah berdasarkan keputusan Dewan Eropa yang diambil di awal Oktober memiliki tujuan yang sama. Kenyataan bahwa laporan yang dimaksud tersebut menetapkan bahwa hanya teori evolusi yang seharusnya diizinkan di kurikulum dengan jelas menyingkap kekhawatiran bahwa para siswa yang belajar tentang fakta Penciptaan tidak akan tumbuh menjadi materialis. Inilah mengapa Paham Penciptaan telah digambarkan sebagai ancaman bagi Eropa dan keputusan di atas telah diambil. Keadaan yang sama berlaku pada pelajaran agama yang saat ini diberikan di Turki. Khawatir terhadap para siswa yang belajar tentang Islam dan meninggalkan pemikiran materialisme, Eropa saat ini telah menganjurkan dihentikannya pelajaran agama di sekolah-sekolah dengan beragam alasan. Upaya Eropa adalah jelas: menyatakan perang terhadap iman kepada Allah dan Islam.
Tidak ada keraguan bahwa alasan bagi semua ini adalah pembongkaran rahasia ke seluruh dunia bahwa Darwinisme, dan materialisme pendukungnya, keduanya adalah penipuan. Kalangan Darwinis dan materialis telah dilanda ketakutan di hadapan karya Harun Yahya Atlas Penciptaan, yang menunjukkan bahwa makhluk-makhluk hidup masa kini sama persis dengan nenek moyang mereka yang hidup di masa lalu. Mereka sadar bahwa mereka takkan mampu lagi menyebarluaskan penipuan itu sebagaimana telah mereka lakukan selama 150 tahun terakhir. Dunia kini telah menyaksikan bahwa teori evolusi Darwin adalah kebohongan yang sangat buruk. Filsafat materialis, yang mendorong ketiadaan agama, kini sedang berada keadaan sekarat dan di abad ke-21 umat manusia akan terbebaskan dari penipuan semacam itu, insya Allah, dan kembali pada tujuan hakiki penciptaannya. Takut dan terkejut oleh kenyataan ini, kalangan Darwinis-materialis kini tengah berupaya mengambil tindak pencegahan melawan perkembangan luar biasa ini. Tapi apa yang tamat, adalah tamat dan seluruh dunia kini tahu tentang penipuan Darwinis. Siswa sekolah kini sedang melancarkan serangan mereka sendiri melawan Darwinisme dan menolak mempelajari penipuan ini.
Apa yang diinginkan kalangan Darwinis-materialis adalah membangun masyarakat tanpa agama, tanpa sedikit pun keimanan kepada Allah. Namun kenyataannya, masyarakat tanpa agama akan semakin mendorong kemerosotan akhlak, meningkatkan peperangan, pembantaian dan pemberontakan yang mengiringi ketiadaan agama, dan menimpakan bencana bagi seluruh umat manusia. Apa yang perlu dilakukan adalah mendorong orang, khususnya kaum muda, untuk mengikuti nilai-nilai ajaran agama daripada memalingkan mereka dari agama dan menganjurkan filsafat materialis.
Alasan ketakutan yang dialami kalangan Darwinis Eropa sangatlah jelas: Mereka telah menyadari bahwa Penciptaan adalah kenyataan satu-satunya, yang kini telah diketahui seluruh dunia. Mereka membayangkan bahwa mereka mampu menghentikan perkembangan ini dengan melarang pelajaran agama dan menghilangkan Paham Penciptaan dari kurikulum. Mereka yakin mereka akan menang dalam peperangan yang mereka lancarkan melawan iman kepada Allah. (Sudah pasti Allah tak terkalahkan.) Mereka ingin yakin bahwa Darwinisme akan dianut dan diterima, meskipun mereka sangat tahu bahwa ini tidak akan pernah terjadi. Agama keliru atau kebohongan yang dibuat melawan iman kepada Allah tidak memiliki jalan bertahan hidup. Allah Yang Mahakuasa mengungkapkan hal senada dalam ayat-ayat-Nya:
Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). (QS. Al Anbiyaa’, 21:18)
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (QS. Ar Ra’d, 13:17)
Dengan keruntuhan pasti Darwinisme, pengaruh Darwinis banyak melemah dibandingkan sebelumnya. Berkembangnya nilai-nilai ajaran Islam adalah janji Allah dan akan, dengan izin-Nya, menjadi kenyataan. Isyarat-isyarat ini dapat disaksikan di seluruh dunia. Agama hak-Nya, dengan kehendak-Nya, telah menang. Kaum Darwinis tidak lagi mampu menyesatkan manusia. Permusuhan Eropa terhadap Islam tidak akan mengubah apa pun. Dengan izin Allah, sebagaimana halnya dengan setiap pemikiran menyimpang yang pernah melawan nilai-nilai ajaran Islam, serangan balik yang terkini ini, juga, hanya akan semakin menguatkan agama Islam.

Masonic Behind 911




Pecahan 5 Dollar - 10 Dollar - 20 Dollar 50 Dollar & 100 Dollar semuanya berisi gambar-gambar tersembunyi Penyerangan terhadap Amerika khususnya tragedi WTC.
Kebetulan? atau Konspirasi? YOU DECIDE!
The new U.S. $20 dollar bill contains hidden pictures of the World Trade Center and Pentagon attacks!
Yes! see for yourself…
1st) FOLD A NEW $20 BILL THIS WAY
2nd) CONTINUE TO FOLD THIS WAY
Compare your fold precisely to this picture.
3rd) FOLD THE RIGHT SIDE UNDER,
exactly as you folded the left side.
You’ll immediately see the Pentagon ablaze! (red circle)

4th) NOW FLIP IT OVER AND SEE OTHER SIDE

The Twin Towers of the World Trade Center are hit and smoking.

What are the odds that a simple geometric folding of the $20 bill would accidentally contain a representation of both terror attacks?
Need more proof?
You can even fold the $20 to say OSAMA!
Need even more proof?
9+11 = 20!
With just 2 more folds your $20 bill turns into a airplane!
COINCIDENCE? YOU DECIDE!
What’s on the $5?
Not so sure about the $5 bill showing the WTC, however if you fold the bill in the reverse of the way shown about it clearly shows the Pentagon before the attack!
What’s on the $10?

Notice the building in the foreground - it’s in the picture and on the BILL!
What’s on the $50?

The building is falling on the $50!
What’s on the $100?

This is pretty self explanatory.
COINCIDENCE? YOU DECIDE!
 Additional Comments from our listeners:
- On the ‘Pentagon’ side, the folded bill has FIVE sides like the Pentagon !!
- On the WTC side…. IF you fold the two sides together [ like an AIRPLANE.. HEY !!] with one tower on one side of the AIRPLANE fold and the other tower on the other side of the AIRPLANE fold, you will notice the word AMERICAN is on one side and the word UNITED is on the other side… the two airlines that crashed into the WTC.. AMERICAN & UNITED !!!!!!!
- Try folding a dollar bill like you do the $20. OK, done? Now look at the side that the WTC towers were on with the other bills. Ok now you see the eagle with its head and wings cut off and turned upside down with the bottom of the pyramid picture that says “Novus Ordo Seclorum” (New World Order). Hmmmmmmm…and I work at a credit union so I have folded all the bills and it surely does seem like a sort of chronology of events. Starting with the dollar bill foretelling what the new world order will be and then all the other sequentially showing how it all begins.
- Even worse than the $20, fold a new dollar coin in half, and it turns into a black helicopter. 
The flight number of the one of the planes that crashed into the Trade Centre was
Q33NY
Cut and paste this into a word document and change the font to “wingdings” and see what you get:
Q33NY
(you may not be able to see it here, so just pop it into a word document as described above)
 Now, how is this for more coincidence….
The date of the attack: 9/11 - 9 + 1 + 1 = 11
September 11th is the 254th day of the year: 2 + 5 + 4 = 11
After September 11th there are 111 days left to the end of the year.
119 is the area code to Iraq/Iran. 1 + 1 + 9 = 11
Twin Towers - standing side by side, looks like the number 11
The first plane to hit the towers was Flight 11
But ….There’s More…….
State of New York - The 11th State added to the Union
New York City - 11 Letters
Afghanistan - 11 Letters
The Pentagon - 11 Letters
Ramzi Yousef - 11 Letters (convicted of orchestrating the attack on the WTC in 1993)
Flight 11 - 92 on board - 9 + 2 = 11
Flight 77 - 65 on board - 6 + 5 = 11 
Kebetulan? atau Konspirasi?
YOU DECIDE!

Link