Pages

Monday, April 19, 2010

Dokumen Rahsia Syiah : Agenda Untuk 50 Tahun



Inilah DOKUMEN RAHSIA sekte agama Syiah, tentang misi jangka panjang mereka (50 th), untuk menegakkan kembali dinasti Persia yang telah runtuh oleh Islam berabad-abad lamanya, sekaligus membumi-hanguskan negara-negara Ahlus Sunnah, musuh bebuyutan mereka. Dokumen ini disebarkan oleh Ikatan Ahlus Sunnah di Iran, begitu pula majalah-majalah di berbagai negara Ahlus Sunnah (ISLAM), termasuk diantaranya Majalah al-Bayan, edisi 123, Maret 1998.
Berikut teks mereka sebagaimana disiarkan oleh majalah al-bayan :
Alhamdulillah, -berkat anugerah Allah dan pengorbanan para pengikut imam yang pemberani berdirilah sekarang di Iran, Negara Syiah Itsna Asyariyyah (syiah pengikut 12 imam), setelah perjuangan berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, -atas dasar petunjuk para pimpinan syi’ah yang mulia kita mengemban amanat yang berat dan bahaya, yakni: menggulirkan revolusi.
Kita harus akui, bahwa pemerintahan kita adalah pemerintahan yang berasaskan madzhab syi’ah, disamping tugasnya melindungi kemerdekaan negara dan hak-hak rakyatnya. Maka wajib bagi kita untuk menjadikan pengguliran revolusi sebagai target yang paling utama. Akan tetapi, karena melihat perkembangan dunia saat ini dengan aturan Undang - Undang antar negaranya, tidak mungkin bagi kita, untuk menggulirkan revolusi ini, bahkan bisa jadi hal itu mendatangkan resiko besar yang bisa membahayakan kelangsungan kita.
Karena alasan ini, maka -setelah mengadakan tiga pertemuan, dan menghasilkan keputusan, yang disepakati oleh hampir seluruh anggota-, kami menyusun strategi jangka panjang 50 tahun, yang terdiri dari 5 tahapan, setiap tahapan berjangka 10 tahun, yang bertujuan untuk menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh negara-negara tetangga, dan menyatukan kembali dunia Islam (dengan men-syi’ah-kannya).
Karena bahaya yang kita hadapi dari para pemimpin Wahabiah dan mereka yang berpaham Ahlus Sunnah, jauh lebih besar dibandingkan bahaya yang datang dari manapun juga, baik dari timur maupun barat, karena orang-orang Wahabi dan Ahlus Sunnah selalu menentang pergerakan kita. Merekalah musuh utama Wilayatul Fakih dan para imam yang ma’shum, bahkan mereka beranggapan bahwa menjadikan faham syi’ah sebagai landasan negara, adalah hal yang bertentangan dengan agama dan adat, dengan begitu berarti mereka telah memecah dunia Islam menjadi dua kubu yang saling bermusuhan.
Atas dasar ini:
Kita harus menambah kekuatan di daerah-daerah berpenduduk Ahlus Sunnah di Iran, khususnya kota-kota perbatasan. Kita harus menambah masjid-masjid dan husainiyyat kita di sana, disamping menambah volume dan keseriusan dalam pengadaan acara-acara peringatan ritual syi’ah. Kita juga harus menciptakan iklim yang kondusif, di kota-kota yang dihuni oleh 90-100 persen penduduk Ahlus Sunnah, agar kita bisa mengirim dalam jumlah besar kader-kader syi’ah dari berbagai kota dan desa pedalaman, ke daerah-daerah tersebut, untuk selamanya tinggal, kerja, dan bisnis di sana.
Dan merupakan kewajiban negara dan instansinya, untuk memberikan perlindungan langsung kepada mereka yang diutus untuk menempati daerah itu, dengan tujuan agar dengan berlalunya waktu, mereka bisa merebut jabatan pegawai di berbagai kantor, pusat pendidikan dan layanan umum, yang masih di pegang oleh kaum Ahlus Sunnah.
Strategi yang kami buat untuk pengguliran revolusi ini, -tidak seperti anggapan banyak kalangan- akan membuahkan hasil, tanpa adanya kericuhan, pertumpahan darah, atau bahkan perlawanan dari kekuatan terbesar dunia. Sungguh dana besar yang kita habiskan untuk mendanai misi ini, tak akan hilang tanpa timbal-balik.
Teori Memperkuat Pilar-pilar Negara:
Kita tahu, bahwa kunci utama untuk menguatkan pilar-pilar setiap negara, dan perlindungan terhadap rakyatnya, berada pada tiga asas utama:
- Pertama : Kekuatan yang dimiliki oleh pemerintahan yang sedang berkuasa.
- Kedua : Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ulama dan penelitinya.
- Ketiga : Ekonomi yang terfokus pada kelompok pengusaha pemilik modal.
Apabila kita mampu menggoncang pemerintahan, dengan cara memunculkan perseteruan antara ulama dan penguasanya, atau memecah konsentrasi para pemilik modal di negara itu, dengan menarik modalnya ke negara kita atau negara lain, tak diragukan lagi, kita telah menciptakan keberhasilan yang gemilang dan menarik perhatian dunia, karena kita telah meruntuhkan tiga pilar tersebut.
Adapun rakyat jelata setiap negara, yang berjumlah rata-rata 70-80 persen, mereka hanyalah pengikut hukum dan kekuatan yang menguasainya. Mereka disibukkan oleh tuntutan hidupnya, untuk mencari rizki, makan dan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, mereka akan membela siapa pun yang sedang berkuasa. Dan untuk mencapai atap setiap rumah, kita harus menaiki tangga utamanya.
Tetangga-tetangga kita dari kaum Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah: Turki, Irak, Afganistan, Pakistan, dan banyak negara kecil di pinggiran selatan, serta gerbangnya negara teluk persia, yang tampak seakan negara-negara yang bersatu, padahal sebenarnya berpecah-belah. Daerah-daerah ini, adalah kawasan yang sangat penting sekali, baik di masa lalu, maupun di masa-masa yang akan datang. Ia juga ibarat kerongkongan dunia di bidang minyak bumi. Tidak ada di muka bumi ini kawasan yang lebih sensitif melebihinya. Para penguasa di kawasan ini memiliki taraf hidup yang tinggi, karena penjualan minyak buminya.
Kategori Penduduk di Kawasan ini
Penduduk di Kawasan ini terbagi dalam tiga golongan:
- Pertama : Penduduk baduwi dan padang pasir, yang telah ada sejak beratus-ratus tahun
lalu.
- Kedua : Pendatang yang hijrah dari berbagai pulau dan pelabuhan, yang telah hijrah
sejak zaman pemerintahan Syah Isma’il as-Shofawi, dan terus berlangsung
hingga zamannya Nadirsyah Afsyar, Karim Khan Zind, Raja al-Qojar, dan
keluarga al-Bahlawi. Dan telah banyak perjalanan hijrah dari waktu ke waktu,
sejak mulainya revolusi Islam.
- Ketiga : Mereka yang berasal dari negara arab lainnya, dan kota-kota pedalaman Iran.
Adapun lahan bisnis, perusahaan ekspor impor dan kontraktor, biasanya dikuasai oleh selain penduduk asli. Sedangkan penduduk asli, kebanyakan mereka hidup dari menyewakan lahan dan jual-beli tanah. Mengenai para keluarga penguasa, biasanya mereka hidup dari gaji pokok penjualan minyak buminya.
Adapun kerusakan masyarakat, budaya, banyaknya praktik yang menyimpang dari islam, itu sangat jelas terlihat. Karena mayoritas penduduk negara-negara ini, telah larut dalam kenikmatan dunia, kefasikan dan perbuatan keji. Banyak dari mereka yang mulai membeli perumahan, saham perusahaan, dan menyimpan modal usahanya di Eropa dan Amerika, khususnya di Jepang, Inggris, Swedia, dan Swiss, karena kekhawatiran mereka akan runtuhnya negara mereka di masa-masa mendatang. Sesungguhnya dengan menguasai negara-negara ini, berarti kita telah menguasai setengah dunia.
Beberapa Tahapan Dalam Menggulirkan Revolusi Ini
Untuk menjalankan misi panjang 50 tahun ini, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah: memperbaiki hubungan kita dengan negara-negara tetangga, dan harus ada hubungan yang kuat dan sikap saling menghormati, antara kita dengan mereka. Bahkan kita juga harus memperbaiki hubungan kita dengan Irak, setelah perang berakhir dan Sadam Husein jatuh, karena menjatuhkan seribu kawan itu lebih ringan, dibanding menjatuhkan satu lawan.
Dengan adanya hubungan politik, ekonomi dan budaya antara kita dengan mereka, tentunya akan masuk sekelompok kader dari Iran ke negara-negara ini, sehingga memungkinkan kita untuk mengirim para duta secara resmi, yang pada hakekatnya adalah pelaksana program revolusi ini, selanjutnya kita akan tentukan misi khusus mereka saat menugaskan dan mengirimkannya.
Janganlah kita beranggapan bahwa 50 tahun adalah waktu yang panjang, karena kesuksesan langkah kita ini benar-benar membutuhkan perencanaan yang berkelanjutan hingga 20 tahun. Sungguh tersebarnya paham syi’ah, yang kita rasakan di banyak negara saat ini, bukanlah buah dari perencanaan 1 atau 2 hari.
Dulunya kita tidak memiliki seorang pun pegawai di negara manapun, apalagi kader dengan jabatan menteri, wakil negara dan presiden. Bahkan dulunya banyak kelompok, seperti Wahabiah, Syafi’iah, Hanafiah, Malikiah, dan Hanbaliah, memandang kita sebagai kelompok yang murtad dari Islam, sehingga pengikut mereka telah berkali-kali mengadakan pemusnahan kaum syi’ah secara massal. Memang benar kita tidak merasakan pahitnya hari-hari itu, tetapi nenek moyang kita pernah merasakannya. Kehidupan kita hari ini adalah buah dari gagasan, pemikiran dan langkah mereka. Mungkin juga kita tidak akan hidup di masa depan, akan tetapi revolusi dan madzhab kita akan tetap ada.
Untuk menunaikan misi ini, tidaklah cukup hanya dengan mengorbankan hidup, atau apapun yang paling berharga sekalipun, akan tetapi juga membutuhkan pemrograman yang telah matang dikaji.
Harus ada perencanaan untuk masa depan, walaupun untuk 500 tahun ke depan, apalagi hanya 50 tahun saja. Karena kita adalah pewaris berjuta-juta syuhada’, yang gugur di tangan setan-setan yang mengaku muslim, darah mereka terus mengalir dalam sejarah, sejak meninggalnya Rasul hingga hari ini. Dan cucuran darah itu tidak akan kering, sehingga setiap orang yang mengaku muslim, meyakini hak Ali dan keluarga Rasulullah, mengakui kesalahan nenek moyang mereka, dan mengakui syi’ah sebagai pewaris utama ajaran Islam.
Beberapa Tahapan Penting Dalam Perjalanan Misi Ini
Tahap Pertama (sepuluh tahun pertama) :
Kita tidak ada masalah dalam menyebarkan madzhab syi’ah di Afganistan, Pakistan, Turki, Iran dan Bahrain. Karena itu, kita akan menjadikan tahapan sepuluh tahun kedua, sebagai tahapan pertama di 5 negara ini.
Sedangkan tugas para duta kita di belahan negara lain adalah tiga hal:
- Pertama : Membeli lahan tanah, perumahan dan perhotelan.
- Kedua : Menyediakan lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup dan fasilitasnya kepada
para pengikut paham syi’ah, agar mereka mau hidup di rumah yang dibeli,
sehingga bertambah banyak jumlah penduduk yang sepaham dengan kita.
- Ketiga : Membangun jaringan dan relasi yang kuat dengan para pemodal di pasar
dagang, dengan para pegawai kantor, khususnya mereka yang menjabat
sebagai kepala tinggi, dengan tokoh publik dan dengan siapapun yang memiliki
hak keputusan penuh di berbagai instansi negara.
Di sebagian negara-negara ini, ada beberapa daerah, yang sedang dalam proyek pengembangan, bahkan di sana ada rencana proyek pengembangan untuk puluhan desa, kampung, dan kota kecil lainnya. Tugas wajib para duta yang kita kirim adalah membeli sebanyak mungkin rumah di desa itu, untuk kemudian dijual dengan harga yang pantas kepada orang yang mau menjual hak miliknya di pusat kota. Sehingga dengan langkah ini, kota yang padat penduduknya bisa kita rebut dari tangan mereka.
Tahap Kedua (sepuluh tahun kedua) :
Kita harus mendorong masyarakat syi’ah untuk menghormati UU, taat kepada para pelaksana UU dan pegawai negara, serta berusaha mendapatkan surat ijin resmi untuk berbagai acara ritual syi’ah, pendirian masjid, dan husainiyyat. Karena surat ijin resmi tersebut, akan kita ajukan sebagai tanda bukti resmi di masa-masa mendatang untuk mengadakan berbagai acara dengan bebas.
Kita juga harus berkonsentrasi pada kawasan yang tinggi tingkat kepadatan penduduknya, untuk kita jadikan sebagai tempat diskusi tentang masalah-masalah (syiah) yang sangat sensitif. Para duta syi’ah, -pada dua tahapan ini- diharuskan untuk mendapatkan kewarganegaraan dari negara yang ditempatinya, dengan memanfaatkan relasi atau hadiah yang sangat berharga sekalipun. Mereka juga harus mendorong para kadernya agar menjadi pegawai negeri, dan segera masuk -khususnya- dalam barisan militer negara.
Pada pertengahan tahap kedua : Harus dihembuskan -secara rahasia dan tidak langsung- isu bahwa ulama Ahlus Sunnah dan Wahabiah adalah penyebab kerusakan di masyarakat, dan berbagai praktek menyimpang syariat yang banyak terjadi di negara itu. Yaitu melalui selebaran-selebaran yang berisi kritikan, dengan mengatas-namakan sebagian badan keagamaan atau tokoh Ahlus Sunnah dari negara lain. Tak diragukan lagi, ini akan memprovokasi sejumlah besar rakyat negara itu, sehingga pada akhirnya mereka akan menangkap pimpinan agama atau figur Ahlus Sunnah yang dituduh itu, atau kemungkinan lain; rakyat negara itu akan menolak isi selebaran itu, dan para ulamanya akan membantahnya dengan sekuat tenaga. Dan setelah itu kita munculkan banyak huru hara, yang akan berakibat pada diberhentikannya penanggung jawab masalah itu, atau digantikannya dengan staf yang baru.
Langkah ini, akan menyebabkan buruknya kepercayaan pemerintah kepada seluruh ulama di negaranya, sehingga menjadikan mereka tidak bisa menyebarkan agama, membangun masjid dan pusat pendidikan agama. Selanjutnya pemerintah akan menganggap seluruh ajakan yang berbau agama sebagai bentuk pelanggaran terhadap peraturan negara.
Ditambah lagi, akan berkembang rasa benci dan saling menjauh antara penguasa dengan ulama di negara itu, sehingga Ahlus Sunnah dan Wahabiyah akan kehilangan pelindung mereka dari dalam, padahal tidak mungkin ada orang yang melindungi mereka dari luar.
Tahap Ketiga (sepuluh tahun ketiga) :
Pada tahap ini, telah terbangun jaringan yang kuat, antara duta-duta kita dengan para pemilik modal dan pegawai atasan, diantara mereka juga banyak yang telah masuk dalam barisan militer dan jajaran pemerintahan, yang bekerja dengan penuh ketenangan dan hati-hati, tanpa ikut campur dalam urusan agama, sehingga kepercayaan penguasa lebih meningkat lagi dari sebelumnya.
Pada tahapan ini, di saat berkembangnya perseteruan, perpecahan, dan iklim yang memanas antara penguasa dengan ulama, maka diharuskan kepada sebagian ulama terkemuka syiah yang telah menjadi penduduk negara itu, untuk mensosialisasikan keberpihakan mereka kepada penguasa negara itu, khususnya pada musim-musim ritual keagamaan (syi’ah), sekaligus menampakkan bahwa syi’ah adalah aliran yang tak membahayakan pemerintahan mereka. Apabila situasi memungkinkan mereka untuk bersosialisasi melalui media informasi yang ada, maka janganlah ragu-ragu memanfaatkannya untuk menarik perhatian para penguasa, sehingga mereka senang dan menempatkan kader kita pada jabatan pemerintahan, dengan tanpa ada rasa takut atau cemas dari mereka.
Pada tahapan ini, dengan adanya perubahan yang terjadi di banyak pelabuhan, pulau, dan kota lainnya di negara kita, ditambah dengan devisa perbankan kita yang terus meningkat, kita akan merencanakan langkah-langkah untuk menjatuhkan perekonomian negara-negara tetangga. Tentu saja para pemilik modal dengan alasan keuntungan, keamanan dan stabilitas ekonomi, akan mengirimkan seluruh rekening mereka ke negara kita; dan ketika kita memberikan kebebasan kepada semua orang, dalam menjalankan seluruh kegiatan ekonominya, dan pengelolaan rekening banknya di negara kita, tentunya negara mereka akan menyambut rakyat kita, atau bahkan memberikan kemudahan dalam kerjasama ekonomi.
Tahap Keempat (sepuluh tahun keempat) :
Pada tahap ini, telah terhampar di depan kita fenomena; dimana banyak negara yang para penguasa dan ulamanya saling bermusuhan, pebisnis yang hampir bangkrut dan lari, serta masyarakat yang tak aman, sehingga siap menjual hak miliknya dengan separo harga sekalipun, agar mereka bisa pindah ke daerah yang aman.
Di saat terjadinya kegentingan inilah, para duta kita akan menjadi pelindung bagi hukum dan para penguasanya. Apabila para duta itu bekerja dengan sungguh-sungguh, tentunya mereka akan mendapatkan jabatan terpenting dalam pemerintahan dan kemiliteran, sehingga dapat mempersempit jurang pemisah antara para pemilik perusahaan yang ada dengan para penguasa.
Keadaan seperti ini, memungkinkan kita untuk menuduh mereka yang bekerja dengan tulus untuk penguasa sebagai para penghianat negara, dan ini akan menyebabkan diberhentikannya mereka atau bahkan diusir dan diganti dengan kader kita.
Langkah ini akan membuahkan dua keuntungan, pertama: Pengikut kita akan mendapat kepercayaan yang lebih baik dari sebelumnya. Kedua: Kebencian ahlus sunnah akan semakin meningkat, karena meningkatnya kekuatan syi’ah di berbagai instansi negara. Ini akan mendorong ahlus sunnah untuk meningkatkan langkah menentang penguasa. Di saat seperti itu, kader-kader kita harus bersanding membela penguasa, dan mengajak masyarakat untuk berdamai dan tetap tenang. Dan pada saat yang bersamaan, mereka akan membeli kembali rumah dan barang yang semula akan mereka tinggalkan.
Tahap Kelima (sepuluh tahun terakhir) :
Pada sepuluh tahun kelima, tentunya iklim dunia telah siap menerima revolusi, karena kita telah mengambil tiga pilar utama dari mereka, yang meliputi: keamanan dan ketenangan dan kenyamanan. Sedangkan pemerintahan yang berkuasa, akan menjadi seperti kapal ditengah badai dan nyaris tenggelam, sehingga menerima semua masukan yang akan menyelamatkan jiwanya.
Di saat seperti ini, kita akan memberikan masukan melalui beberapa tokoh penting dan terkenal, untuk membentuk himpunan rakyat dalam rangka memperbaiki keadaan negara, dan kita akan membantu penguasa untuk mengawasi berbagai instansi dan mengamankan negara. Tak diragukan lagi, tentunya mereka akan menerima usulan itu, sehingga para kader pilihan kita akan mendapatkan hampir keseluruhan kursi di dalamnya. Kenyataan ini tentu akan menyebabkan larinya para pengusaha, ulama dan pegawai setia pemerintahan, sehingga kita akan dapat menggulirkan revolusi islam kita, ke berbagai negara, tanpa menimbulkan peperangan atau pertumpahan darah.
Seandainya, pada sepuluh tahun terakhir, rencana ini tidak membuahkan hasil, kita tetap bisa mengadakan revolusi rakyat dan merebut kekuasaan dari tangan penguasa.
Apabila penganut syi’ah adalah penduduk, penghuni dan rakyat negara itu, maka berarti kita telah menunaikan kewajiban, yang bisa kita pertanggung-jawabkan di depan Allah, agama, dan madzhab kita. Bukan tujuan kita untuk mengantarkan seseorang kepada tampuk pimpinan, tetapi tujuan kita hanyalah menggulirkan revolusi, sehingga kita mampu mengangkat bendera kemenangan agama tuhan ini, dan menampakkan nilai-nilai kita di seluruh negara. Selanjutnya kita mampu maju melawan dunia kafir dengan kekuatan yang lebih besar, dan menghias alam dengan cahaya Islam dan ajaran syi’ah, sampai datangnya imam Mahdi yang dinantikan)]
–selesai sudah naskah misi revolusi itu–
Ulasan :
Lihatlah wahai para pembaca… betapa busuknya rencana mereka… betapa besarnya kebencian mereka terhadap Ahlus Sunnah… Kita sekarang tahu bahwa Syi’ah bukanlah sekedar aliran paham biasa, akan tetapi ia sekarang berubah menjadi aliran pergerakan politik yang bisa merongrong eksistensi negara.. Lihatlah bagaimana mereka merencanakan pengguliran revolusi sedikit demi sedikit, bagaimana mereka menjadikan dutanya sebagai alat penyebar aliran, sekaligus alat politiknya.
Subhanallah… semoga Allah menyelamatkan kita Ahlus Sunnah wal Jama’ah (ISLAM) dari tipu daya mereka.
Allah berfirman (yang artinya): “Mereka membuat tipu daya, maka Allah pun membalas dengan tipu daya. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya…” (Qs Ali Imron: 54).
Semoga tulisan ini bisa menyadarkan mereka yang menyuarakan, perlunya pendekatan antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah.
Sungguh mengherankan, adakah yang masih mengharapkan kebaikan dari kaum yang selalu berbohong atas Allah dan Rasul-Nya… Adakah yang masih ingin membangun kerukunan dengan kaum yang meyakini bahwa Al-Qur’an sudah tidak orisinil lagi…
Adakah yang masih mengharapkan bersanding dengan kaum yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, bahkan seluruh Sahabat Rasul, kecuali tiga saja (Salman al-Farisy, Miqdad dan Abu Dzar)… Adakah yang masih berprasangka baik kepada kaum yang menuduh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selama hidupnya telah berzina dengan Aisyah… Adakah Ahlus Sunnah yang masih menganggap baik kaum yang telah membunuh ratusan bahkan ribuan ulama Ahlus Sunnah di Iran dan negara lainnya… Adakah Ahlus Sunnah yang masih toleran dengan kaum yang tidak mengizinkan satu pun masjid Ahlus Sunnah di Teheran Ibu kota Iran…. Sungguh tidak pernah habis rasa heran ini melihat kenyataan yang ada di lapangan…
Mungkin banyak diantara kita yang tidak melihat bukti nyata dari omongan diatas…
mungkin ada yang mengatakan bahwa fakta di atas adalah sebatas tuduhan yang tak beralasan… tapi ingatlah bahwa diantara inti ajaran kaum Syi’ah adalah TAKIYAH, yakni: membohongi publik untuk keselamatan diri… ingatlah bahwa bohong semacam itu dalam akidah mereka adalah amalan ibadah yang berpahala…
Sumber artikel: http://www.albayan-magazine.com/sereah.htm

http://alfathon.wordpress.com/2009/07/02/agenda-syiah-diambil-dari-www-muslim-or-id/

Misteri Etnik: Orang Tatau



Oleh Mohamad Muda

2010/04/11




<strong></strong>

Kaum ini di ambang kepupusan, hanya tinggal lapan orang masih berdarah Tatau tulen

WALAUPUN bukan berkaitan jasa atau pengorbanan dilakukan demi kepentingan bangsa dan negara, peribahasa ‘harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama’ tetap sinonim dengan senario semasa kehidupan satu daripada 42 etnik terkini di Sarawak, iaitu Orang Tatau.
Ini kerana suku kaum tergolong dalam etnik utama Orang Hulu di daerah Tatau di bahagian tengah Bumi Kenyalang itu kini di ambang kepupusan, hanya tinggal lapan orang yang dikatakan benar-benar berdarah minoriti berkenaan, itupun masing-masing sudah memasuki era warga emas. Sungguhpun demikian, nama Tatau tercatat dalam peta Sarawak sebagai sebuah daerah yang kini pesat membangun dengan menjadikan pekan yang juga dikenali dengan nama Tatau - pusat pentadbiran, ekonomi, sosial dan pendidikan kawasan yang berhampiran Bintulu itu.

Selain etnik Tatau, daerah dengan keluasan 4,945.8 kilometer persegi itu, kini didiami sekitar 30,000 penduduk pelbagai kaum, antaranya Iban, Melanau, Cina, Punan, Beketan, Kayan dan Kenyah.

Daerah berkenaan dinamakan sedemikian sempena nama etnik Tatau yang diriwayatkan sebagai imigran pertama meneroka penempatan bermula di hulu sungai, kemudian berpindah randah ke hilir hingga ke kawasan Pekan Tatau kini.

Kewujudan suku kaum dipercayai berasal dari Kalimantan, Indonesia dengan golongan tuanya masih mengamalkan kepercayaan animisme itu kini tidak lagi diketahui ramai melainkan golongan tua termasuk etnik lain di daerah berkenaan.
Malah penulis yang cuba mendapatkan taburan dan kawasan penempatan terkini suku kaum itu daripada sumber Muzium Sarawak sebelum menerjah ke Pekan Tatau dan pedalamannya, juga gagal kerana kekurangan maklumat mutakhir mengenainya.

Penulis yakin suku kaum itu wujud di daerah Tatau kerana pernah mendengar kehidupan mereka yang lazimnya dipanggil Orang Tatau oleh masyarakat tempatan ketika berkhidmat sebagai guru di pedalaman daerah berkenaan kira-kira 28 tahun lalu.





Berbekalkan keyakinan itu, Rumah Jalong yang terletak kira-kira 30 minit perjalanan menaiki bot dari Pekan Tatau diterjah setelah dikhabarkan ia satu-satunya rumah panjang di daerah berkenaan didiami orang Tatau yang masih ada.

Memang benar keturunan asal suku kaum itu di ambang kepupusan, fikir penulis kerana daripada sejumlah 190 rumah panjang di daerah berkenaan, cuma sebuah didiami etnik Tatau dengan penghuninya seramai 108 orang.

Ketua Kampung atau Tuai Rumah Panjang Jalong, Jalong Ak Anyik, 62, yang akur dengan hakikat itu mengesahkan cuma tinggal lapan orang berketurunan asal orang Tatau, manakala yang lain berdarah campuran berikutan perkahwinan dengan kaum lain.

Beliau salah seorang daripada etnik Tatau asal bagaimanapun, berkata semua penghuni Rumah Jalong dikategorikan Orang Tatau walaupun asalnya suku kaum lain. Jika ada pemuda atau gadis kaum lain berkahwin dengan suku kaum itu dan tinggal di Rumah Panjang Jalong serta mengamalkan cara hidup etnik berkenaan, mereka juga dikira Orang Tatau.

“Berdasarkan cerita lisan orang tua, datuk nenek kami berasal dari Kalimantan, Indonesia dan meneroka kawasan ini sebagai penempatan baru sejak beratus tahun lalu. Pada awalnya keturunan kami sangat ramai, bagaimanapun kini tinggal beberapa kerat saja," katanya ketika ditemui di Rumah Jalong, Tatau yang dinamakan sempena namanya sebagai ketua rumah panjang itu, baru-baru ini.

Sungguhpun cuma sebuah rumah panjang etnik Tatau yang masih tinggal, darah keturunan suku kaum itu dikatakan ‘mengalir’ di mana-mana rumah panjang etnik lain di daerah berkenaan berikutan perkahwinan campur.

Jalong yang juga berkahwin campur dengan perempuan Iban menjelaskan, peristiwa suku kaum itu diserang sejenis penyakit ganjil pada peringkat awal penempatan antara faktor utama keturunannya berkurangan.

Begitupun, populasi etnik Tatau semakin hilang, melainkan namanya terus menjadi sebutan, Jalong yang berpegang kepercayaan pagan berusaha sedaya mampu mengekal cara dan adat resam kehidupan suku kaumnya supaya terus kekal.

Sekalipun dilanda arus pembangunan dan permodenan, katanya, sebagai ketua beliau bertanggungjawab mengekalkan warisan suku kaum sejak berzaman itu, contohnya dari segi cara hidup dan penggunaan bahasa Tatau di kalangan penghuni Rumah Jalong.

Oleh itu, tidak hairanlah jika semua orang rumah panjang itu berusaha menggunakan bahasa Tatau ketika berkomunikasi antara satu sama lain, termasuk di kalangan kaum lain yang menjadi keluarga baru minoriti itu.

“Di kalangan kami terutama dalam perbualan harian, seboleh-bolehnya bahasa Tatau digunakan untuk berhubung, termasuk oleh kaum lain yang berkahwin dengan anak buah saya dan tinggal di rumah panjang ini.

“Mereka mesti cakap bahasa kami. Pada awalnya mereka tidak tahu dan faham tetapi setelah sebulan dua bersama, mereka tahu, faham dan dapat menguasainya dengan baik.

“Bagi orang luar yang datang ke rumah kami atau ketika berinteraksi di tempat lain, lazimnya kami gunakan bahasa yang boleh mereka fahami. Contohnya, jika dengan orang Melayu, bahasa Melayu digunakan, dengan orang Iban, bahasa Iban pula kami gunakan. Begitu juga dengan kaum lain,” katanya.

Jalong berkata bahasa Tatau tidak sukar kerana sebahagian kosa katanya, terutama dari segi bunyi mudah diingat, selain mempunyai persamaan sebutan dengan bahasa suku kaum lain.

Sebagai contoh, katanya, bagi perkataan 'makan' atau 'minum' sesuatu, dalam bahasa Tatau disebut 'kuman asik' untuk makan nasi, 'kuman mi' untuk makan mi, dan 'kuman milo' bagi minum milo.

Ikatan persaudaraan kukuh di rumah panjang

MENCANTUMKAN cerita asal usul penempatan tiga suku kaum tergolong dalam etnik utama Orang Ulu di daerah Tatau, Sarawak, iaitu Tatau, Punan Kakus dan Beketan, terbukti mereka mempunyai hubungan serumpun sejak awal, terutama dari segi keturunan.

Ini kerana sejak peringkat awal penempatan mereka di daerah berkenaan dianggarkan 300 tahun lalu, malah hingga kini pun, masih berlaku perkahwinan campur antara pemuda dan gadis tiga suku kaum itu.

Sehubungan itu, tidak hairanlah jika ada Orang Tatau yang menyatakan saudara mereka tinggal di rumah panjang suku kaum Punan Kakus atau Beketan yang juga mendiami kawasan tepi Sungai Tatau serta dua lagi sungai di hulu daerah berkenaan, iaitu Sungai Kakus dan Sungai Anap.

Seperti Orang Tatau, seseorang dari suku kaum lain juga dianggap etnik Punan Kakus jika tinggal di rumah panjang sama dan mengamalkan cara hidup minoriti itu, begitu juga dengan suku kaum Beketan.

Tuai Rumah Panjang Ado yang mengetuai etnik Punan Kakus, Ado anak Bilung, 53, berkata sejak awal penempatan minoriti berasal dari Belaga di daerah Tatau juga membabitkan perkahwinan ketua kaumnya dengan anak perempuan orang kenamaan suku kaum Tatau.

“Sewaktu nenek moyang kami berhijrah ke sini (daerah Tatau), Orang Tatau sudah ada... lalu raja kami berkahwin dengan puteri orang besar kaum Tatau. Sebab itulah dari segi keturunan sekarang, walaupun berlainan etnik, ada yang bersaudara.

“Keadaan ini berterusan, perkahwinan bukan saja membabitkan Orang Tatau atau Beketan, malah kaum lain juga ada yang berkahwin dengan suku kaum Punan Kakus,” katanya.

Kebanyakan perkara khususnya membabitkan adat, kebudayaan dan kepercayaan ketiga-tiga suku kaum itu juga tidak jauh berbeza dan mereka juga saling memahami terutama dari segi adat resam dan cara hidup.

Bagi menjaga kebajikan serta menjalankan pelbagai urusan berkaitan Orang Ulu di daerah Tatau yang juga merangkumi suku kaum Kayan dan Kenyah, seorang daripada etnik terbabit dilantik kerajaan sebagai ketua, kini Penghulu Sanok.

Bekas guru besar beberapa sekolah rendah yang juga penduduk tempatan, Salamun Ibrahim, mengesahkan perkara itu berlaku kerana beliau sendiri yang berketurunan Melanau Muslim mempunyai saudara mara dekat di kalangan etnik Tatau.

Personaliti: Strategi berdiam diri



Oleh M Thillinadan

2010/03/21

Usahawan anggap amalan bantu kejayaan syarikat bertaraf global

MUNGKIN ramai daripada kita tidak pernah terfikir bahawa tindakan berdiam diri (silence) boleh menjadi sesuatu yang amat berkuasa. Tindakan membisu seribu bahasa atau menahan diri daripada bercakap mempunyai kekuatan yang tidak pernah dirasai dan boleh menjadi pengalaman yang menukar kehidupan seseorang, membantu menilai diri, sejarah dan masa depan seseorang. 

Malah, dalam ‘silence’ seseorang boleh dikatakan boleh mencapai kejayaan luar biasa, menggunakan masa itu untuk menyelami permasalahan, menilainya dan merancang bagaimana untuk mengatasinya.
Itulah juga rahsia kejayaan pengasas dan pengerusi eksekutif QI Group Of Companies, Datuk Vijay Eswaran, anak tempatan yang kini mengetuai konglomerat yang rangkaiannya merentasi hampir semua benua, Eropah, Amerika, Afrika, Australia selain Asia membabitkan lebih 90 negara. Dengan permulaan kecil kira-kira 12 tahun lalu bersama sekumpulan 11 anak muda daripada beberapa negara serantau dan Eropah, khususnya ketika zaman awal ledakan e-perdagangan dan dengan pangkalan mereka di Hong Kong, pendapatan Kumpulan QI kini mencecah hampir US$1 bilion (RM3.5 bilion) setahun. 

Bermula sebagai sebuah syarikat jualan langsung melalui konsep e-perdagangan pada 1998, QI yang kini terbabit dalam lebih 28 jenis perniagaan termasuk industri pelancongan, khususnya pelancongan kesihatan, pelaburan dan pembangunan hartanah, telekomunikasi, jualan langsung pengembaraan, resort, produk kesihatan, stesen televisyen, jam tangan, kini mempunyai 5.5 juta pelanggan di seluruh dunia. 

Vijay, 50, anak kelahiran Pulau Pinang berkata mendapat ilham dan inspirasi untuk terbabit dalam perniagaan selepas setahun menjelajah ke beberapa negara Eropah, selepas tamat pengajian ijazah sarjana muda di United Kingdom. 

Dalam tempoh setahun itu beliau melakukan banyak kerja sementara termasuk di ladang ladang anggur, pembinaan dan atendan ambulans di Itali, Belgium, Sepanyol dan Denmark sebelum menyertai sebuah biara di Itali. 
Di situlah juga, Vijay berdiam diri yang disifatkan membolehkannya menemui kekuatan dan mencungkil rahsia dirinya. Sehingga hari ini, beliau masih mendiamkan diri sejam sehari, sama ada antara jam 4 dan 5 pagi atau 5 hingga 6 pagi sebelum matahari terbit. 

Tokoh perniagaan yang berperwatakan rendah diri ini juga sentiasa diundang untuk memberi ceramah di seluruh dunia, sama ada untuk tujuan motivasi, perniagaan, kepemimpinan dan kerohanian, termasuk kuasa berdiam diri itu. 

Malah, pada 2007, Vijay juga dijemput untuk berucap pada Forum Perniagaan CHOGM di Uganda dan Simposium Kepimpinan dan Perniagaan Antarabangsa di Parlimen Eropah. 

Beliau kemudian memutuskan untuk menulis buku mengenai rahsia dan kekuatan ‘silence’. Buku dinamakan ‘In The Sphere Of Silence’ disifatkannya sebagai ‘alat untuk mencapai kejayaan dalam zaman serba moden’ ini. 

Buku ini adalah falsafah perjuangan dan hidupnya. Kali pertama dikeluarkan pada 2004 untuk kegunaan sendiri, tetapi atas permintaan ia diterbitkan semula dan dilancarkan di Expo Buku Amerika di New York dalam tujuh bahasa dan sudah dijual melebihi 25,000 naskhah di seluruh dunia. 

Buku ini mengenai pengurusan hidup - digunakan untuk kehidupan harian dan profesional, khususnya dalam perancangan perniagaan. 

Dalam bukunya, Vijay berkata: ‘In silence, truth is loudest’, ‘You are the master of every word that you are yet to utter, but a slave to every word you have already uttered.’ (Dalam berdiam diri, kebenaran yang paling nyata. Anda menjadi tuan kepada setiap perkataan yang bakal diucap tetapi hamba kepada semua kata-kata yang sudah diucap.” 

Baginya, mesejnya jelas - “Korbankan sejam setiap hari daripada 24 jam dan anda akan dapat mengawal 23 jam lagi”. Bagaimanapun, katanya, usaha itu mesti berterusan, bukan saja tidak bercakap, juga tidak boleh mendengar muzik atau menonton televisyen atau tidur. Ia mesti satu jam yang paling produktif untuk minda. 

Amalan itu diterapkan dalam syarikatnya dan selepas 12 tahun merantau di negara orang, Vijay memutuskan untuk memindahkan operasi QI ke Malaysia. Untuk tujuan itu, QI membeli sebuah bangunan 16 tingkat di PJ8 (bertentangan Hotel PJ Hilton, Selangor) pada harga RM60 juta untuk dijadikan ibu pejabat globalnya. 

Ditanya tujuan kembali ke Malaysia, Vijay berkata ia atas dorongan bekas Perdana Menteri, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi dalam satu pertemuan di luar negara. 

Antara projek besar dalam negara yang dalam perancangan sekarang adalah projek mewah Kelana Resort di Rompin, Pahang dengan pelaburan bernilai RM700 juta, termasuk pemuliharaan hutan hujan berusia lebih 110 juta tahun di sekitarnya. 

Kumpulan itu juga dalam perbincangan untuk membeli tiga hospital swasta di Kuala Lumpur berikutan kekuatannya dalam pelancongan perubatan. Butirannya akan dikeluarkan selepas selesai pengambilalihannya. 

Vijay dan syarikatnya juga tidak kurang kontroversinya, khususnya aspek perniagaan jualan langsung Kumpulan QI. Antaranya aduan mengenai perlanggaran peraturan pengguna di India dan Filipina, kesalahan model perniagaan di Iran dan Nepal, selain aduan penipuan di Indonesia. Vijay juga pernah ditahan di Indonesia dan Filipina untuk siasatan serta diletakkan dalam Red Alert Interpol di Indonesia, bagaimanapun semua tuduhan terhadap beliau dan syarikat digugurkan selepas didapati tiada kes untuk dijawab. 

INFO: Datuk Vijay Eswaran 
  • Umur: 50 tahun.
  • Isteri: Umayal (berkahwin pada 1990)
  • Pendidikan: Penang Free School, ACS Ipoh, prauniversiti (Singapura), ijazah perakaunan (United Kingdom) dan Sarjana Pengurusan Perniagaan (MBA)
  • Buku : In The Sphere Of Silence (2004); In The Thinking Zone; The Silent Warrior (dalam proses)
  • 1998 : Memulakan Kumpulan Quest International Ltd (QI) bersama beberapa rakan. Perniagaan produk mewah termasuk duit syiling khas, pelaburan dan pembangunan hartanah, jualan langsung dan e-perdagangan, latihan pengurusan, telekomunikasi, gaya hidup/riadah, teknologi maklumat.
  • 2006 : Dianugerahkan Darjah Indera Mahkota Pahang (DIMP)

'Raja' jutawan




2010/03/14


<strong>Carlos Slim Helu</strong>

Carlos Slim Helu
Anak pendatang Lubnan tewaskan Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia

BUAT pertama kalinya, takhta orang terkaya di dunia jatuh ke tangan hartawan negara membangun iaitu Raja Telekomunikasi Mexico, Carlos Slim Helu.
Dengan kekayaan bernilai AS$53.5 bilion (RM177 bilion), hartawan berusia 70 tahun itu menyingkirkan dominasi hartawan Amerika Syarikat, Bill Gates yang mendahului senarai Orang Terkaya Dunia sejak 1995. Dalam senarai terbaru orang terkaya di dunia yang diumumkan majalah kewangan antarabangsa Forbes, Khamis lalu, Gates berada di tempat kedua dengan nilai hartanya, AS$53 bilion (RM176 bilion) iaitu cuma kurang AS$500 juta daripada kekayaan dimiliki Slim. Tempat ketiga, seorang lagi usahawan Amerika, Warren Buffet, 79, dengan aset AS$47 bilion (RM156 bilion).

Senarai Forbes itu merangkumi 1,011 hartawan bertaraf billionaire daripada 55 negara - meningkat daripada 793 orang pada tahun lalu. Seramai 97 hartawan dan 67 daripadanya berasal dari Asia yang dikaitkan dengan peningkatan pasaran sahamnya tahun lalu. ‘Billionaire’ paling ramai di Asia paling ramai berasal dari China iaitu 68 orang, India (49), Hong Kong (25), Jepun (22), Taiwan (18), Malaysia (9), Indonesia (7) dan empat dari Singapura.

Hartawan Malaysia yang turut dikenali ‘Raja Gula,’ Tan Sri Robert Kuok, berada di kedudukan ke-33 dalam senarai global dan ketujuh di Asia dengan nilai asetnya, AS$14.5 bilion (RM48 bilion).

Apa yang menarik, kejayaan Slim yang sebelum ini berada di kedudukan ketiga, bukan sekadar kejayaan peribadi, tetapi menjadikannya jutawan pertama negara Latin memegang gelaran amat berprestij berkenaan. 
Apatah lagi latar belakang dirinya sebagai anak pendatang Lubnan yang berhijrah ke Mexico pada 1902 sebelum mengorak kejayaan sebagai pemilik syarikat telekomunikasi Telefonos de Mexico (Telmex) dan 200 syarikat lain dengan 210,000 pekerja di Mexico.

Kini, biarpun melepaskan tanggungjawab pengurusan kepada anak-anaknya, Slim yang juga duda enam anak itu tetap aktif menguruskan aspek strategi perniagaan syarikat, kerja kebajikan dan menambah peluang pelaburan baru di Amerika.

Catatan biografinya menyatakan, bapa Slim, Don Juan adalah peniaga berjaya yang menurunkan ilmu perniagaan kepada anak-anaknya, termasuk Slim, pada usia seawal 12 tahun yang diberikan buku cek.

Slim dan adik beradiknya yang lain turut diajar mencatat butiran terperinci wang masuk dan keluar setiap bulan dalam usaha mendidik mereka menguruskan perbelanjaan yang menjadi antara ilmu yang menjadikannya bijak mengurus perniagaan sehingga bergelar hartawan.

Tidak ramai yang tahu, di sebalik gelaran Raja Telekomunikasi Mexico, tokoh korporat dan usahawan berjaya, Slim pada asalnya seorang jurutera awam. Beliau kemudian mula membina nama dengan kehebatannya menukar firma bermasalah kepada syarikat berjaya. 

Pada masa sama, Slim bijak mencari peluang mengembangkan perniagaan dan pelaburannya termasuk syarikat akhbar New York Times, biarpun dikecam pesaingnya yang mengecam tindakannya memonopoli pasaran telekomunikasi berkenaan.

Sejak dua tahun lalu, pelaburan Slim dihalakan ke Amerika Latin dengan syarikatnya bertapak di 18 negara menerusi firma America Movil selain melabur dalam projek pembinaan prasarana.

Berbeza sikapnya sebagai ahli perniagaan licik, kehidupan peribadi Slim sebaliknya lebih sederhana dan tidak suka membazir. Beliau menduda selepas isteri kesayangannya, Soumaya Domit, juga berdarah kacukan Lubnan-Mexico, meninggal dunia pada 1999. Rasa kasihnya yang mendalam terhadap isteri yang dikahwininya selama 30 tahun itu, dikatakan antara punca Slim terus menduda sehingga sekarang.

Malah, kesunyiannya itu diisi dengan mewujudkan beberapa yayasan kebajikan bagi membantu golongan memerlukan selain mempromosi budaya serta sukan.

Isu kemiskinan terlalu dekat di hatinya sehinggakan pernah meradang apabila diaju soalan mengenai perasaannya menjadi orang terkaya di negara yang mana 50 juta penduduknya miskin.

Dengan selamba, Slim menjawab: “Saya tidak akan membawa satu sen pun apabila meninggal dunia. Biarpun menjadi kaya raya, saya tidak pernah melupakan tanggungjawab membantu negara saya.”

Profil
Carlos Slim Helu



  •  70 tahun

  •  Duda enam anak

  •  Berkelulusan sebagai jurutera awam

  •  Empayar merangkumi 200 syarikat dan kuasai 90 peratus talian telefon di Mexico

    Senarai Terkaya Dunia

    1) Carlos Slim Helu & keluarga (RM177 bilion)
    2) Bill Gates (Rm176 bilion)
    3) Warren Buffet (RM156 bilion)
    4) Mukesh Ambani (RM96 bilion)
    5) Lakshmi Mittal (RM95 bilion) 
  • Wanita penggoda rahsia Mossad



    Oleh Hazirah Che Sab

    2010/03/10

    Ejen diarah menggoda dan meniduri sasaran untuk capai matlamat


    BADAN perisikan Israel, Mossad, sekali lagi membenarkan tanggapan dunia mengenai kehebatannya menghapuskan musuh rejim Yahudi itu, dengan kejayaan membunuh komander Hamas, Mahmud al-Mabhuh, di Dubai, Januari lalu. Itupun jika ia boleh disifatkan satu kejayaan kerana Mossad memerlukan 26 ejen untuk menumpaskan cuma seorang anggota kumpulan pejuang yang tidak pernah letih atau takut untuk berdepan dengan mereka.


    Di sebalik kejayaan itu, Mossad secara sedar atau tidak turut mendedahkan satu lagi kepakaran mereka - mencuri identiti orang lain - sekali gus membolehkan mereka mencuci tangan dan melepaskan beban ke atas orang lain. Gara-gara dosa itu juga, enam warga Britain, yang mendakwa pasport mereka dicuri kini umpama cacing kepanasan kerana bimbang nyawa mereka pula terancam kerana tindakan Mossad itu.

    Selain warga Britain berkenaan, ejen Mossad juga dikatakan menggunakan identiti seorang lelaki Jerman, selain polis Dubai menemui dua pasport palsu Ireland dan Australia memberi amaran keras kepada Tel Aviv jika terbukti tiga pasport negara itu digunakan dalam operasi berkenaan.

    Seperkara menarik misi Mossad ialah kehadiran ejen wanita yang menjadi senjata kotor tetapi penting bagi badan perisikan itu mencapai matlamatnya.

    Seks sebagai senjata 

    Mossad, walaupun mendakwa melakukannya secara terpaksa memang menghantar ejen wanitanya untuk memerangkap sasaran dalam permainan seksual. Orang atasan badan perisikan itu cenderung menggunakan wanita bujang untuk tugasan seumpama itu dan selalunya mereka menggunakan cara itu cuma sekali. Walaupun tiada tekanan dikenakan kepada ejen wanita untuk menggunakan kelebihan jantina, memang sudah dijangka mereka menggunakan seks sebagai salah satu daripada senjata. 


    Ejen wanita yang menggunakan pengenalan Gail Folliard, seorang wanita Ireland, bukan yang pertama terbabit dalam misi pembunuhan itu. Identiti sebenarnya tidak diketahui dan ia seperti mengulangi sejarah 22 Januari 1979, apabila ejen wanita yang disifatkan sebagai pembunuh upahan wanita Britain pertama Mossad, dikenali sebagai Penelope, memainkan peranan besar dalam pembunuhan orang kuat Pertubuhan Pembebasan Palestin (PLO), Ali Hassan Salameh.


    Kepada jirannya berhampiran Rue Verdun, Penelope cuma seorang wanita warga asing yang menetap di Beirut, Lubnan. Wanita Inggeris yang menarik berusia 30-an itu menjalani hari-harinya dengan cuma mengutip kucing terbiar dan dilihat melukis di tepi tingkap.


    Pada jam 3.35 petang 22 Januari 1979, bandar raya itu digegarkan dengan letupan kereta besar yang mengorbankan sembilan nyawa tetapi kematian Salameh yang menggegarkan dunia.


    Dikenali sebagai Putera Merah, Salameh adalah perancang utama pertubuhan Black September dan mendalangi peristiwa pembunuhan 11 atlit Israel pada kejohanan Olimpik di Munich pada 1972.


    Di tengah-tengah kekecohan itu, tiada siapa sedar Penelope keluar dari rumahnya secara diam dan tidak pernah kembali, malah di mana dia berada masih menjadi misteri sehingga hari ini.


    Identiti terbongkar 

    Sedikit demi sedikit identiti sebenar Penelope mula terbongkar yang menyatakan dia adalah ejen Mossad yang dilatih menggunakan kecantikan untuk menyusup masuk ke dalam kehidupan antara lelaki paling ditakuti di dunia dan membunuhnya. 


    Malah, bukti kukuh menunjukkan Penelope adalah orang yang menghidupkan bahan letupan yang mengorbankan Salameh dan pengawal peribadinya.


    Kisahnya cukup luar biasa dan Januari lalu ia sekali lagi mengimbau sejarah lama. Pembunuhan al-Mabhouh mempunyai persamaan dengan Salameh. Bukan hanya Mossad dipercayai mendalangi pembunuhan itu tetapi juga seorang wanita memainkan peranan penting dalam skuad pembunuh itu.


    Ketika teka teki mengenai identiti sebenar skuad pembunuhan di Dubai, masa menunjukkan beberapa petunjuk mengenai siapa sebenarnya ‘Penelope’.


    Bukti muncul menunjukkan dia sebenarnya wanita Britain dengan nama Erika Maria Chambers, yang dilahirkan dan dibesarkan di London dalam sebuah keluarga berdarah Yahudi yang kaya.


    Tinggal di Notting Hill pada awal kehidupannya dan pernah menjadi pengasuh anak kepada keluarga Ahli Parlimen Parti Buruh ketika itu, Tony Benn, Chambers tidak pernah menduga masa depannya akan ditentukan badan perisikan Israel.


    Bagaimanapun, kunjungannya ke Israel untuk menyambung pelajaran di Universiti Hebrew mengubah segala-galanya apabila dia menjadi sasaran Mossad dan dipujuk menjadi ejen selepas mengetahui dengan lebih mendalam mengenai Holocaust dan diceritakan bagaimana ramai saudara maranya meninggal dunia dalam peristiwa itu.


    Selepas ‘didiamkan’ selama beberapa tahun di Jerman, Chambers mula aktif dan dihantar ke Beirut untuk satu misi saja - membunuh Salameh. Selepas itu, dia diseludup ke Israel dan dipercaya bersembunyi di wilayah berkenaan sejak itu.


    Balas dendam


    Sejak kejadian di Munich, Israel bersumpah untuk membalas dendam. Kesilapan membunuh seorang pelayan lelaki warga Maghribi sehingga memaksa operasi mereka dihentikan dan penangkapan lima ejen, tidak menghalang Mossad meneruskan dasar pembunuhan antarabangsa mereka.


    Namun Salameh selamat dalam lima percubaan membunuhnya. Israel tidak berpuas hati dan ketika itulah Penelope muncul. Berikutan pembunuhan Salameh, satu pasport Britain ditemui di pangsapuri Penelope di Rue Verdun. Ia memaparkan nama Erika Maria Chambers dan tarikh lahirnya pada 10 Februari 1948.


    Berdasarkan dokumen itu saja, memang sukar memastikan ia adalah identiti sebenarnya. Kini, berikutan pembunuhan di Dubai, hampir pasti pembunuhan menggunakan pasport palsu Britain, menggunakan maklumat yang diambil daripada individu dilahirkan di negara itu tetapi kini menetap di Israel.


    Beberapa tahun selepas menjalani latihan intensif, Penelope berpindah ke Jerman pada 1975 dan menetap di negara itu selama tiga tahun dengan dua tujuan iaitu menjarakkan masa ketika dia di Israel dan berikutan pembunuhan itu, bukti akan menunjukkan perkhidmatan keselamatan Jerman yang bertanggungjawab, bukan Mossad.


    Pada 1978, Chambers mengunjungi Beirut dan menggunakan nama Penelope, menyewa rumah berdepan dengan Rue Verdun, berhampiran tempat tinggal Salameh.


    Cuma dalam masa beberapa bulan, Chambers dapat menyusup masuk ke dalam pertubuhan kebajikan Palestin dan dari situ, untuk berada dekat dengan Salameh bukan lagi satu masalah.


    Walaupun laporan menyatakan bom diletupkan menggunakan mengikut masa, ejen Mossad yang terbabit dalam kejadian mendakwa ia diletupkan Chambers.


    “Peranannya cuma menekan butang pada masa tepat keretanya melepasi Volkswagen. Menyelaraskan ia amat sukar dan dia terlatih melakukannya. Dia dapat melakukannya dengan baik,” kata ejen berkenaan. 


    Tidak semua berjaya


    Bagaimanapun, tidak semua ejen wanita Mossad berjaya dalam tugasan yang diberikan dan Sylvia Rafael adalah contoh terbaik betapa dasar yang dipakai badan perisikan itu tidak mengira mangsa. 


    Rafael yang digelar pembunuhan legenda Mossad, disabitkan bersalah membunuh seorang pelayan lelaki Maghribi di Norway, dalam usaha mereka melenyapkan semua yang terbabit dalam kejadian di Munich.


    Tidak banyak diketahui mengenai Rafael yang meninggal dunia pada usia 67 tahun di Afrika Selatan kecuali dia adalah antara kegagalan besar Mossad. Pada Julai 1973, Rafael menyertai pasukan ejen memburu Salameh sebagai tindakan balas dendam Israel, yang diarahkan oleh Perdana Menteri ketika itu, Golda Meir.


    Di sebuah kampung di Norway, mereka menembak mati Ahmed Bouchiki di depan isterinya yang sedang hamil. Rafael dan lima ejen Mossad lain ditangkap dan dibicarakan dalam apa yang kemudian menjadi pendedahan paling menjejaskan bagi agensi perisikan luar negara.


    Rafael, yang menggunakan pasport palsu Kanada, akhirnya mengahwini peguamnya. Dia dijatuhkan hukuman lima tahun penjara tetapi dibebaskan selepas 11 bulan kerana campur tangan Israel. 


    Rafael dihantar balik ke Israel tetapi dibenarkan kembali ke Norway pada 1978 untuk bersama-sama suaminya tetapi diberi perlindungan ketat daripada pejuang Palestin yang bersumpah mahu membunuhnya. Dia meninggalkan Norway 10 tahun kemudian selepas cubaan membunuhnya dan berpindah ke Pretoria, Afrika Selatan bersama-sama suaminya.


    Ejen paling dikenali


    Mungkin ejen wanita Mossad paling dikenali ialah bekas Menteri Luar rejim Zionis itu, Tzipi Livni, yang digambarkan masih cekap menyelak skirt atau pakaian yang dipakai untuk mencapai pistol Beretta yang pernah disorokkan dalam seluarnya.


    Berambut perang muda asli, bermata biru, IQ yang tinggi dan skil semula jadi dengan senjata bersama-sama pengetahuan umum dan skil sosial, menjadikan Livni adalah rekrut paling sesuai untuk Mossad.


    Di pusat latihan, Tzipi cekap dalam latihan berada di atas kerusi di bilik gelap dan menyasarkan tembakan pada sasaran yang ditayang pada skrin atau memecah masuk pejabat untuk mencuri rahsia.


    Bekas ketua pengarah Mossad, Meir Amit, pernah menjelaskan jenis latihan yang diberikan kepada Livni.


    “Dia ditanya pendapat mengenai menggunakan seks. Adakah dia sanggup meniduri lelaki tidak dikenali jika misi menuntut dia berbuat demikian? Dia belajar cara menggunakan seks untuk memaksa, menggoda dan menguasai. Dia diberitahu menggunakan seks untuk kebaikan Israel dibenarkan. 


    “Namun semua ejen wanita Mossad adalah wanita berpendidikan tinggi yang tahu risikonya. Ia memerlukan keberanian. Ia bukan persoalan mengenai melakukan hubungan seks dengan seseorang. Ia bagi membawa seorang lelaki percaya dia akan berbuat demikian sebagai balasan apa yang akan diberitahu.”


    Jerat rakyat sendiri 


    Mossad bukan hanya menggunakan ejen wanitanya untuk misi antarabangsa tetapi juga menjerat warganya sendiri jika berani membuka pekung mereka seperti yang berlaku kepada Mordechai Vanunu - yang mendedahkan kepada dunia Israel memiliki senjata nuklear.


    Pada 1986, Cheryl Hanin yang memakai nama Ben-Tov selepas berkahwin, menggoda Vanunu di London, kemudian mengumpan dia ke Rome dan akhirnya ke tangan Mossad, yang memasukkan ubat ke dalam makanan dan menyeludup Vanunu kembali ke Israel. 


    Hanin menyamar sebagai pelancong Amerika Syarikat bernama Cindy yang menarik untuk menggoda Vanunu. Seperti juga Livni dan ejen wanita lain, Hanin dilatih memecah masuk pejabat untuk mencuri dokumen sulit dan misi lain.


    Selepas latihan, Hanin menyertai unit Mossad yang bekerja dengan kedutaan Israel dan kerap menyamar sebagai isteri atau teman wanita ejen lain. Misi akhirnya ialah diatur bertemu Vanunu di Leicester Square dan memberitahu dia adalah pakar kecantikan Amerika yang sedang bercuti. Sejak itu mereka saling bertemu.


    Walaupun diingatkan wartawan Sunday Times, Peter Hounam, Cindy mungkin ejen Mossad, Vanunu menegaskan dia cuma pelancong yang lantang mengutuk Israel.


    Anggapan itu akhirnya memakan diri apabila Vanunu akhirnya masuk ke dalam perangkap Israel dan akhirnya terpaksa merengkok di dalam penjara selama 18 tahun. 


    Secara sedar atau tidak, Mossad sebenarnya secara halus tetapi terang-terangan mengeksploitasi wanita dengan memujuk mereka untuk menjalin hubungan lebih intim dengan sasaran sehingga ke tahap mengadakan hubungan seks. 


    Peliknya, tiada pula agensi yang kononnya memperjuangkan nasib dan hak wanita bersuara mengutuk amalan itu. Berbeza pula keadaannya apabila bertudung dianggap menindas wanita Islam. Siapa sebenarnya lebih bijak dalam hal ini - mereka yang memilih menggadai harga diri atas nama tugas atau menutup aurat demi menjunjung agama? Tidak sukar sebenarnya memilih pemenang antara dua pilihan itu.