Pages

Tuesday, August 7, 2012

Kisah Khalid Al Islambuly, Eksekutor Anwar 'Fir'aun' Sadat


VOA-ISLAM.COM - Sejarah Islam mengabadikan bahwa Mesir adalah sebuah negeri yang melahirkan Fir'aun. Sebuah nama yang diabadikan Allah untuk mewakili manusia yang mengaku dirinya Tuhan. Fir'aun yang terlahir di negeri ini ternyata tidak hanya di zaman Nabi Musa 'alaihis salam saja, namun sampai detik ini pun Fira'un-Fir'aun baru masih bercokol di pucuk pimpinan Mesir.

Allah Maha Adil, Allah melahirkan 'Fir'aun', Allah pun menurunkan 'Musa' sebagai sosok Mujahid yang gagah berani menentang kezhaliman.

Adalah Khalid Islambuly, seorang pemuda gagah berani yang menorehkan sejarah emas perjuangan Islam. 'Azzamnya yang kuat melahirkan sejarah baru pergerakan Islam. Di tangan timnyalah Sadat berhasil dieksekusi.



Khalid dilahirkan pada 14 November 1957 di Mallawi, Mesir sebagai anak keempat dari empat bersaudara, ia terbina dalam keluarga yang ta'at. Menurut keterangan ibunya, Khalid paling menjaga shalat lima waktunya, perwatakannya senantiasa jujur dan amanah. Sejak kecil hatinya senantiasa terbakar mendengar kebengisan Yahudi terhadap kaum Muslimin.

Tahun 1978, Khalid lulus dari akademi militer Mesir. Namun jiwa kemiliterannya tidak membuat luntur 'azzamnya yang kuat dalam memerangi Yahudi. Keterlibatannya dalam sebuah tanzhim menghantarkannya kepada pemahaman, bahwa Islam ini bukanlah hanya sekadar shalat dan puasa saja, namun kesempurnaan Islam juga meliputi jihad, pengorbanan, dan tanggung jawab.

Khalid masuk menjadi anggota militer Mesir. Prestasinya cukup gemilang, sehingga menghantarkannya di jajaran elit militer Sadat.

Meski ia anggota militer, Khalid Islambuly yang berpangkat letnan adalah pengikut dari Abdussalam Faraj, Abdussalam Faraj adalah seorang petinggi dan sosok penting di dalam Tanzhim Jamaah Jihad Mesir. Beliau sering memberikan khutbah-khutbah dimasjid-masjid dan diantara pendengar setianya adalah Khalid Islambuly. Dari sinilah Letnan Khalid berkenalan dan bergabung dalam kelompok Abdussalam Faraj.



Pada tahun 1981, puncak kekesalan mujahidin kepada presiden Anwar Sadat tidak terbendung lagi dengan diakuinya kemerdekaan negara laknat Israel di atas tanah rakyat Palestina. Inilah yang membuat para ulama rabbani dan jihadis geram sehingga Syaikh Umar Abdurrahman mengeluarkan fatwa mati terhadap anwar sadat.

Akhirnya, Letnan Khalid Al-Islambuli mengusulkan ide pembunuhan terhadap Anwar Sadat kepada Abdussalam Faraj. Pada awalnya Abdussalam Faraj masih ragu untuk menyetujuinya. Faraj khawatir kalau hal itu akan menyingkap gerakan tersebut. Faraj kemudian meminta pendapat penanggung jawab militer, yaitu Abud Az-Zumar yang berpengalaman pada masalah intelijen. Az-Zumar pun menolak operasi itu karena akan menyingkap gerakan ini. Ia ingin menunggu lebih banyak lagi kader yang masuk sebelum melaksanakan operasi.

Namun takdir berkata lain, Khalid mendesak untuk memanfaatkan momen parade militer untuk membunuh anwar sadar. Ia menjamin bahwa para eksikutor akan terbunuh secara bergiliran. Khalid mengatakan,"Mereka akan membunuh kami (para eksikutor), untuk selanjutnya gerakan ini tidak tersingkap." Para pelaksana pembunuhan itu adalah Khalid sendiri, Atta'Thayyal Hamidah (sahabat Faraj sejak tsanawiyyah), Abdul Hamid Abdussalam, serta Hasan Abbas.

Tanggal 6 Oktober 1981 merupakan hari yang paling bersejarah bagi Khalid. Hari itu militer Mesir mengadakan sebuah perhelatan akbar berupa devile dan demonstrasi persenjataan. Dalam kesempatan ini, Khalid terpilih menjadi salah satu bagian dari devile itu. Dalam hatinya ia berkata, "Baru kali ini aku dilibatkan dalam momen seperti ini, pastilah Allah memberi hikmah yang besar pada diriku."



Setelah merenung beberapa saat, terbetik dalam hatinya untuk melaksanakan tugas suci; “membunuh Sadat.” Hatinya sesak melihat kelakuan Sadat yang sudah kelewat batas. Sadat telah kafir, meninggalkan hukum Allah, bekerja sama dengan Yahudi dalam memerangi kaum muslimin dan memenjarakan ulama-ulama yang mukhlis.

Hari itu cuaca Mesir cukup cerah. Menurut rencana, perhelatan ini akan dihadiri langsung oleh Anwar Sadat. Sudah menjadi peraturan kemiliteran Mesir, bahwa dalam acara seperti ini tak satupun boleh membawa peluru tajam. Namun Khalid dan timnya tidak kehabisan akal, puluhan peluru ia masukkan ke pakaian dalamnya. Khalid berada dalam sebuah barisan pasukan tank yang telah terkondisikan sebelumnya. Setelah keluar dari markas militer, peluru segera ia masukkan ke dalam magazine senjata laras panjangnya.

Tank tepat melewati depan kursi Sadat, komando dari luar telah berkumandang. Dengan langkah cepat, Khalid segera muncul ke permukaan sembari memberondongkan pelurunya ke arah Sadat. Ketika itu Sadat sedang asyik menikmati demonstrasi pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Mesir.



Khalid tidak sendiri di sana, ada tim yang ikut menembaki Sadat. Satu peluru tepat menembus leher Sadat. Belum yakin Sadat tewas, dengan tenangnya Khalid turun dari tank dan mengulangi berondongannya ke tubuh Sadat. Tak satupun ada yang melawan, karena peluru tajam hanya di senapan Khalid dan timnya.

Beberapa bulan Khalid sempat menjadi buron militer Mesir, semua takdir di tangan Allah. Khalid tertangkap dan dipenjarakan di penjara militer Mesir. Sedikit pun tak nampak kesedihan di wajah Khalid. Bahkan tatkala sang ibunda menjenguknya di penjara, Khalid tersenyum sembari mengatakan, "Sungguh aku telah membunuh Fir'aun Mesir Anwar Yahudi, karena ia telah mengingkari Allah, meninggalkan hukum syariat, bekerja sama dengan Yahudi dalam memerangi Islam dan berkhianat terhadap masjidil Aqsha."

Akhirnya Khalid Islambuly dieksekusi Mahkamah Militer Mesir pada tanggal 8 Maret 1982. Tatkala berbajukan merah, baju ekseskusinya, Khalid berkata, "Wahai ibuku, bagaimana pendapatmu tentangku?" Ibunya berkata, "Ilbas jadiidan wa 'isy sa'iidan wa mut syahiidan." (Selamat mengenakan pakaian baru. Hiduplah mulia dan matilah sebagai seorang syuhada'). [Ahmed Widad]
 

No comments: