Pemerintah mengeluarkan perintah tersebut pada hari Senin setelah sejumlah sekolah membuat rencana kunjungan bagi para muridnya ke desa tempat kelahiran Saddam Hussein di Al-Awja yang terletak diluar batas sebelah utara kota Tikrit, demikian bunyi sebuah pernyataan dari pihak pemerintah.
“Sekretariat kabinet telah mengirimkan instruksi kepada kementerian pendidikan dan kepada propinsi Salahuddin beserta dewan propinsi untuk melarang kunjungan terorganisir kepada makam mantan presiden dari rezim yang telah berlalu,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Ribuan orang pendukung dan simpatisan Saddam Hussein dari golongan Sunni secara rutin melakukan kunjungan ke tempat tersebut untuk mengenang mantan presiden mereka dengan melantunkan puisi dan lagu-lagu untuk mengenang Saddam Hussein.
Banyak juga orang yang datang berkunjung untuk memperingati kelahiran dan kematian Saddam Hussein.
Kedua putra Saddam Hussein, Uday dan Qusay, yang tewas dalam serangan AS di kota Mosul, sebelah utara Irak, pada bulan Juli 2003, dikuburkan di sisi-sisi makam Saddam Hussein.
Terlahir sebagai anak yang bergelut dengan kemiskinan dan tinggal di sebuah pondok berlumpur pada tanggal 28 April 1937, Saddam Hussein tumbuh menjadi seorang pemimpin tertinggi Irak dan menikmati kehidupan yang lebih baik.
Saddam Hussein digantung pada tanggal 30 Desember 2006 setelah sebuah pengadilan Irak menyatakan dirinya bersalah atas “kejahatan kemanusiaan.
Sebelumnya, telah ada percobaan pembunuhan terhadap Saddam Hussein pada tahun 1982 di kota Dujail, sebelah utara ibukota Baghdad.
Karena penggunaan kendaraan dilarang, maka ratusan orang yang berkabung berjalan menuju makam Saddam Hussein di Al-Awja untuk memberikan penghormatan terakhir mereka.
Salah seorang yang ikut dalam arak-arakan di Ad-Dawr, sebuah desa yang terletak di sebelah utara Baghdad, adalah seorang pria Arab berusia 28 tahun. Dia berkata, “Kami semua menentang Amerika, perdana menteri (Nouri-al) Maliki, Moqtada Sadr, dan (Ayatollah Ali) Sistani karena mereka semua adalah penjahat-penjahat yang berada di balik eksekusi Saddam Hussein.”
Ayatollah Ali Sistani adalah seorang pemimpin spiritual tertinggi Syiah di Irak, sementara Moqtada Al-Sadr adalah seorang pemuka Syiah yang merupakan seorang penghasut, dan merupakan orang yang menentang Saddam.
Harian berbahasa Arab, Al Hayat, mengatakan bahwa para anggota dari pasukan Mahdi yang setia terhadap Al Sadr diduga kuat turut berperan dalam eksekusi tersebut. Rekaman percakapan dalam ruang eksekusi tersebut memperdengarkan bahwa ada satu orang di dalam ruangan tersebut meneriakkan nama Al Sadr, tepat sesaat sebelum Saddam digantung.
Di luar Irak, putri tertua Saddam, Raghad, menghadiri sebuah acara renungan bersama dengan ratusan pendukung dan simpatisan ayahandanya di ibukota Yordania, Amman. Raghad lebih banyak diam sepanjang acara tersebut, namun dia mengucapkan terima kasih kepada kerumunan massa tersebut atas dukungan yang mereka berikan.
Beberapa waktu lalu, FBI merilis wawancara rahasia dengan Saddam, berisi komentarnya tentang Iran. (dn/ajz/yh/hd/sm)
No comments:
Post a Comment