Pemikiran Aliran ini sangat membahayakan persatuan ummat krn inti ajarannya bukan keimanan dan ketakwaan tetapi politik dan revolusi. Berikut ini dasar-dasar Keimanan dari tiga golongan Ahlus Sunnah wal Jamaah Syi’ah Imamiyah Itsnaa ‘Asyariyah dan Mu’tazilah. Dasar-Dasar Iman Menurut Faham AHLUS SUNNAH
    Percaya kepada Allah.
    Percaya kepada para Malaikat.
    Percaya kepada Kitab-kitab Samawi .
    Percaya kepada para Rasul.
    Percaya kepadaHari Akhir.
    Percaya kepada Qadar yg baik dan yg buruk. Dasar-Dasar Iman Menurut Faham SYl’AH IMAMIYAH ITSNAA ‘ASYARIYAH
    Percaya kepada ke-Esaan Allah.
    Percaya kepada Keadilan.
    Percaya keoada Kenabian.
    Percaya kepada Imamah.
    Percaya kepada hari Ma’ad / Kiamat. Perbedaan Dasar-Dasar dari Dua Aliran Kalau diamati secara seksama dari dua faham tersebut akan di dapat perbedaan-perbedaan yg sangat mendasar yg memperkuat kedudukan faham masing-masing sebagai satu aliran yg berbeda didalam agama Islam. Ahli Sunnah wal Jama’ah mengakui kekhalifahan Abu Bakar Umar Usman dan Ali ra. Mereka adl orang-orang shaleh sahabat Nabi yg mulia. Adapun Syi’ah tidak mengakui ketiga nama yg pertama dan hanya Imam Ali yg mereka anggap sebagai khalifah/imam. Syi’ah menganggap ketiga sahabat tersebut dan beberapa sahabat dan pengikutnya dianggap orang-orang yg ingkar. Imamah seperti dikatakan oleh Syi’ah Imamiyah Itsnaa ‘Asyariyah satu dasar keimanan yg membedakan faham Syi’ah Imamiyah dari faham-faham Islam yg lain. Seorang ulama Mutaakhirin dari Syi’ah Imamiyah bemama Muhammmad AI-Husein Ali Kasyiful Ghitha’ dalam bukunya”Ashlusy-Syi’ah wa Ushuuluha” berkata “Arti Kepemimpinan Islam telah saya jelaskan bahwa hal ini merupakan dasar utama yg hanya dimiliki oleh Syi’ah Imamiyah dan menjadikan Imamiyah berbeda dari aliran-aliran dalam Islam lainnya. Hal tersebut adl perbedaan yg bersifat dasar dan asasi. Perbedan-perbedaan lain hanya furu’iyah tak ubahnya dgn perbedaan antar Madzahib . Imamah semata-mata anugerah Tuhan yg telah dipilih Allah dari zaman Azali terhadap hamba-Nya seperti Allah memilih Nabi dan memerintahkan kepada Nabi utk menyampaikan kepada ummat agar mereka mengikutinya Syi’ah Imamiyah berkeyakinan bahwa Allah tetah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw utk menentukan Ali dan mengangkatnya sebagai pemimpin ummat manusia setelah Beliau saw. Akan tetapi Nabi merasa berat menghadapi ummat krn khawatir akan tuduhan mencintai anak pamannya yg juga menantunya. Namun Allah tetap memerintahkan kepada Nabi agar menetapkan Ali sebagai penggantinya maka turunlah ayat yg artinya “Hai Nabi sampaikanlah olehmu apa yg diturunkan Allah kepadamu. Dan apabila kamu melakukannya maka berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah memelihara kamu dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang kafir.”Nabi kemudian mengumpulkan para sahabat ketika berada di Ghadir Khum dalam perjalanan pulang dan Hajji Wada’. Di tempat itu Nabi bersabda “Siapa yg merasa Aku sebagai pemimpinnya maka Ali ini pemimpinnya.” Dengan pertimbangan kemaslahatan ummat akhirnya Ali berbai’at padahal dia berada dalam kedudukan sebagai imam yg tidak boleh menyerahkan kepada orang lain.” Diakhir komentarnya Ali Kasyiful Ghitha’ mengambil kesimpulan sebagai berikut “Golongan Imamiyah berkeyakinan kami adl Syi’ah. Ali dan menjadi pengikutnya. Kami akan berdamai dgn orang-orang yg hidup bersama Ali dan kami memerangi orang-orang yg memusuhi Ali serta melawan orang-orang yg bermusuhan dgn Ali.” Syaikh Mufid seorang ulama besar Syi’ah abad ke 5 Hijrah dalam definisi Syi’ahnya dgn jelas ia tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar Umar dan Utsman. Artinya Syi’ah adl pengikut Amirul Mukminin shalawatullah ‘alaih atas dasar mencintai dan meyakini kepemimpinannya sesudah Rasul saw tanpa terputus . Syi’ah tidak mengakui kelemamahan Imamah orang sebelumnya sebagai pewaris kedudukan khalifah. Ahlus Sunnah wal Jamaah mengangkat Qadha dan Qadar yg baik maupun yg buruk” sebagai dasar rukun iman sedangkan Syi’ah tidak memasukkannya ke dalam rukun Iman mereka. Syi’ah mengangkat Imamah” sebagai dasar/rukun iman. Sesuai dgn metode pemahaman Ahlus Sunnah wal Jamaah tentang aqidah yg menggunakan Nash dan Nazharlakal At-Taufiq bainan-naqii wal-aqii maka dasar-dasar keimanan yg enam oleh kalangan Ahli Sunnah wal Jama’ah itu diambil sepenuhnya dari nash Al-Qur’an antara lain surat An-Nisaa ayat 136 59; surat Al-A’raf ayat 158 dan hadits-hadis Nabi saw terutama hadits yg dikenal “Hadits Jibril.” Firman Allah SWT dalam surat An-Nisaa’ 136 yg artinya“Wahai orang-orang yg beriman tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yg Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yg Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yg kafir kepada Allah malaikat-malaikat-Nya kitab-kitab-Nya dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” Hadits Nabi saw riwayat Muslim dan Umar bin Khaththab artinya “Jibril berkata ‘ jelaskan kepadaku tentang iman.’ Berkata Rasulullah ‘ beriman kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya dan kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan Qadar baik maupun buruk.’ Berkata Jibril “Benar.” Hadits Jibril tersebut mengajarkan tentang dasar-dasar keislaman keimanan dan akhlaq karimah. Ushuluddin Ahlus Sunnah wal Jamaah secara sistematis bersumber dari hadits ini sedang di dalam Al-Qur’an materinya terpencar-pencar . Sumber Diadaptasi dari Mengapa Kita Menolak Syi’ah Kumpulan Makalah Seminar Nasional tentang Syi’ah Irfan Zidny M.A. oleh LPPI Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia sumber file al_islam.chm