Sabi'in (The Sabians)
Namun, pada waktunya, Islam juga dirusak melalui pengaruh okult jahat yang sama yang menjangkiti Eropa, berasal dari sebuah komunitas di Harran, di tenggara Turki, yang dikenal sebagai Sabi'in. Melalui pengaruh mereka inilah muncul kelompok-kelompok Islam radikal dan yang paling terkenal disebut sebagai - the Assassins - pembunuh, Selama Perang Salib, melalui kontak dengan Ksatria Templar yang terkenal itu, merekalah yang kemudian bertanggung jawab meneruskan tradisi okultisme ke Barat. Pertama menghasilkan pengetahuan tentang Holy Grail, legenda kontak ini juga membentuk dasar dari Scottish Rite Freemasonry. Akhirnya, dasar ini membentuk sesuatu yang rasional dalam melanjutkan hubungan antara kaum Mason dan rekan-rekan mereka di Timur, yang mengklaim berasal dari keturunan the Assassins - pembunuh. Mereka yang dikenal sebagai Ikhwanul Muslimin. Kelompok ini merupakan penghasut utama terorisme "Islam", atau operasi bendera palsu - false flag atas nama konspirasi Illuminati.
Sabi'in terkait dengan Mughtasilah, semula anggota Mani. Dengan mentransmisikan Gnostik kuno dan Pengetahuan klenik dunia Islam, Sabiin akan memberikan kontribusi terhadap munculnya Ismailiyah, terutama fraksi yang berpusat di Mesir yang dengan mereka organisasi-organisasi okult Barat mempunyai pertalian yang berlangsung lama, dan mereka yang pada abad keduapuluh akan menghasilkan terorisme Islam.
Para sarjana percaya bahwa Mandeans berasal dari kelompok Yahudi Gnostik dari Yordania yang beremigrasi ke Babilonia pada abad pertama atau kedua Masehi. Sabiin memiliki hubungan dengan Mandaeans. Menurut pendapat E.S. Drower, Mandeans di Irak dan Iran yang menyokong bahan-bahan referensi yang ditawarkan oleh penulis Arab terdapat hubungan yang baik untuk menunjukkan titik-titik kesamaan dalam kepercayaan umum antara Sabi'in dengan Mandeans, dan bahwa Sabi'in hanya memilih untuk mengadopsi bahasa Neoplatonisme dengan maksud meminjam suasana pengetahuan dan filsafat untuk ajaran-ajaran mereka.1)
Sabi'in merupakan kelompok penting penterjemah karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab, terutama yang berkaitan dengan karya-karya matematika dan astronomi. Yang terpenting, Sabi'in berkaitan dengan filsafat Hermetisisme dan Neoplatonisme, yang kemudian mereka sampaikan kepada orang-orang Arab, Pada gilirannya, orang-orang Arablah yang bertanggung jawab dalam memperkenalkan ide-ide tersebut ke Barat. Setelah penutupan Akademi, para pengikut Neoplatonis yang terakhir pindah ke wilayah timur untuk mencari perlindungan sementara di istana Raja Persia. namun karena mereka diperlakukan tidak ramah, kemudian mereka meninggalkan Persia ke tujuan yang tidak diketahui, beberapa orang ahli mengatakan mereka pergi menuju Harran di barat laut Irak.
Menurut al-Biruni, seorang sarjana Muslim abad kesebelas Masehi, Sabi'in pada awalnya merupakan sisa-sisa orang Yahudi yang diasingkan di Babilonia, di mana mereka telah mengadopsi ajaran-ajaran orang Majus (Magi), atau Majusi (Zoroaster); al-Biruni percaya bahwa merekalah Sabi'in yang sebenarnya. Namun ia juga menunjuk nama yang sama kepada sebuah komunitas okult yang disebut Sabi'in dari Harran:
Sistem mereka berasal dari Agathodaemon, Hermes, Wali, Maba, Sawar. Mereka percaya bahwa orang-orang tersebut, dan orang-orang orang-orang bijak mereka, seperti nabi. Sekte ini jauh lebih dikenal dengan nama Sabi'in daripada nama lain, meskipun mereka sendiri tidak mengadopsi nama ini sebelum 228 H di bawah pemerintahan Abbasiyah, semata-mata agar diperhitungkan dan diterima sebagai bagian dari masyarkat ahlu-Dzimmah (komunitas non-muslim yang dilindungi hukum Islam) dan kepada mereka hukum Dzimmy diterapkan. Sebelumnya mereka disebut kafir, penyembah berhala, dan Harranians.... 4)
Sabi'in, menurut Chwolsohn, pengarang karya monumental, the Ssabier, mereka tetap melaksanakan agama campuran Babilonia dan Helenistik, namun mereka diperkirakan menutupinya dengan ajaran Neoplatonisme 5) sebagaimana dijelaskan oleh Majid Fakhry:
Agama mereka, seperti Helenistik, Gnostik, dan Hermetic dipengaruhi dari mana asal mereka datang, kualifikasi yang memenuhi syarat Harranian untuk membantu sebagai sebuah mata rantai penyebaran ilmu pengetahuan Yunani ke Arab dan untuk melengkapi pengadilan Abbasiyah sejak awal abad kesembilan yang sangat berharga dalam sidang pengadilan ahli nujum.6)
Sabi'in bertindak sebagai penerjemah dan astrolog, yang bertanggung jawab atas penyebaran ajaran-ajaran mistis ke dunia Islam, dan memberikan kontribusi bagi pembentukan sebuah versi mistik keimanan yang dikenal sebagai tasawuf. Juga diterima satu set risalah Sufi, yang dikenal sebagai Surat-surat dari Ikhwan al-Saffa wa Kkhullan al-Wafa, atau "The Brethren of Purity and Loyal Friends". Risalah tersebut berupa sebuah ensiklopedi filsafat dan agama, yang para sarjana menganggapnya sebagai unsur-unsur yang mencerminkan elemen-elemen Pythagoras, Neoplatonic, dan tradisi-tradisi orang Majusi, Risalah tersebut dibuat pada abad kesembilan Masehi, di bawah pengaruh Sabi'in.
Mengenai hal ini pada umumnya para sarjana sepakat bahwa Surat-surat dari Ikhwan as Saffa disusun oleh para pendukung terkemuka sekte Ismailiyah. Kaum Ismailiyah adalah kelompok sempalan Syi'ah. Syi'ah adalah sebuah sekte yang lahir akibat perpecahan di dalam Islam pada pertengahan abad ketujuh, yakni perpecahan terjadi dalam memutuskan siapa yang akan menjadi penerus sah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mayoritas, Islam yang dikenal sebagai Sunni, berpegang pada Khalifah Abu Bakar, Umar dan Ustman, sementara Syi'ah bersikeras bahwa yang meneruskan adalah Ali, keponakan Nabi.
Melalui pengaruh tasawuf, kedudukan Imam di pusat lembaga Syi'ah dipegang oleh para pemimpin mereka yang telah mempunyai signifikansi dalam ilmu mistik. Kedudukan Imam ini dianggap diteruskan secara langsung dari Ali kepada Imam Keenam, Ja'far as Shadiq, dan kemudian sampai kepada Imam Keduabelas yang ghaib pada tahun 873 M. Mayoritas Syi'ah mengikuti aliran Duabelas Imam, dikenal sebagai Imam Duabelas. Beberapa pengikut Jafar tetap setia kepada putranya, Ismail, dan kemudian dikenal sebagai aliran Tujuh Imam atau Ismailiyah.
Kaum Ismailiyah (The Ismailis)
Demikianlah yang dinyatakan anggota Ikhwan al-Safa, Abdullah bin Maymun, seorang pemimpin karismatik, yang berhasil menduduki kepimpinan gerakan Ismailiyah pada sekitar 872 M. Meskipun awalnya Ismailiyah tidak menyimpang dari ajaran sentral Islam, namun terutama karena melalui pengaruh yang memastikannya menjadi gerakan subversif, dan ternyata bukan hanya terhadap Islam, melainkan akhirnya terhadap semua agama. Berbagai gambaran diberikan kepada Ibnu Maymun, ada yang menggambarkannya sebagai seorang Yahudi, sebagai pengikut bid'ah Gnostik Bardasanes Mesopotamia, dan yang paling umum, sebagai Zoroaster yang dualistik, dibesarkan di lingkungan Gnostikisme, tetapi memahami dengan baik semua agama. Untuk seorang Ibnu Maymun, Islam hanya merupakan sebuah kedok. Menurut Nesta Webster, tujuan inisiasi tujuh tingkat sekte yang dikenal dengan nama Batinis yang diciptakannya, adalah:
... untuk menggabungkan kalah dan takluk, ; untuk bersatu dalam bentuk perkumpulan rahasia yang luas dengan banyak derajat inisiasi pemikir bebas -- yang menganggap agama hanya merupakan tali kendali untuk rakyat -- dan kefanatikan dari semua sekte; untuk dijadikan alat bagi orang-orang yang percaya untuk memberikan kekuatan kepada mereka yang skeptis; untuk mendorong orang-orang yang takluk untuk menggulingkan kerajaan yang didirikan mereka; untuk menyelenggarakan sebuah perkumpulan, dalam jumlah banyak, kompak, dan berdisiplin, yang pada waktunya akan memberi kedudukan tinggi, bila bukan untuk dirinya sendiri, paling tidak pada keturunannya, seperti tujuan umum . Konsepsi yang luar biasa di mana ia bekerja dengan menakjubkan, tak tertandingi keterampilannya, dan pengetahuan yang mendalam dari hati manusia. Cara yang ia adopsi, itu direncanakannya dengan kelicikan yang kejam.
Abdullah bin Maymun ... mencari pendukung sejatinya bukan di antara Shi'ah, tetapi di antara Ghebers, yang Manicheans, kaum pagan Harran, dan para mahasiswa filsafat Yunani; yang bisa ia andalkan pada saat terakhir, kepada mereka yang secara bertahap ia bisa mengungkapkan misteri akhir, dan menyatakan bahwa Imam, agama, dan moralitas bukan apa-apa, melainkan sebuah kata, tipuan dan absurditas. Seluruh umat manusia -- "menurutnya," seperti Abdullah menyebut mereka -- tidak mampu memahami doktrin-doktrin tersebut. Tetapi untuk mencapai tujuan akhirnya dia tidak berarti meremehkan bantuan mereka, sebaliknya, ia meminta hal itu, ia mengambil perhatian kepada pemula yang taat dan rendah hati pada tingkat awal dalan sekte. Misionarisnya, yang ditanamkan dengan gagasan bahwa tugas pertama mereka adalah menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya dan menyesuaikan diri kepada pandangan pendengar mereka, muncul dalam banyak samaran, dan berbicara, seakan-akan dalam bahasa yang berbeda untuk masing-masing kelas.
Dengan cara seperti itu, hasilnya mengagumkan, banyak orang dari beragam keyakinan kemudian bekerjasama untuk melaksanakan tujuan yang hanya diketahui oleh segelintir orang di antara mereka ...9)
Di antara para pengikutnya adalah Abdullah Qarmat Hamdan. Ia menjadi pendiri Qaramitah yang kemudian aktif di Saudi, di mana sejumlah sejumlah orang Arab menjadi anggota sekte tersebut. Dia mengajukan argumen yang dipinjamnya dari ajaran dualisme Gnostik kepada mereka, menghalalkan mencuri, mengajarkan untuk meninggalkan shalat, puasa dan ajaran lainnya. Sebagai hasil dari ajaran-ajaran ini, dengan cepatnya Qaramitah menjadi segerombolan perampok, menjarah, dan membantai semua orang yang menentang mereka, dan menyebarkan teror di seluruh daerah sekitarnya. The Qaramitah berhasil mendominasi Irak, Yaman, dan terutama Bahrain, dan pada 920 M, memperluas kerusakan mereka ke barat. Mereka menguasai kota suci Mekkah, yang mengakibatkan tewasnya tiga puluh ribu orang Muslim yang mempertahankan Ka'bah.
Pada tahun 988 M, dinasti Fatimiyah mendirikan universitas Al-Azhar, universitas tertua di dunia, dan lembaga pendidikan dalam Islam yang paling bergengsi, meskipun saat ini berada di bawah kepemimpinan ortodoks Sunni. Pada tahun 1004 M, dinasti Fatimiyah mendirikan Darul Hikmat, atau "House of Wisdom", sebagai sayap Al-Azhar. Di bawah arahan Grand Lodge of Cairo, dinasti Fatimiyah meneruskan rencana perkumpulan rahasia Abdullah bin Maymun, dengan menambahan dua tingkat, menjadikan seluruhnya berjumlah sembilan tingkatan (derajat). Ketika ia maju ke derajat ini, pada awalnya, para pemula mulai diyakinkan bahwa semua guru mereka yang terdahulu adalah salah, dan bahwa mereka harus menempatkan rasa percaya semata-mata hanya kepada para Imam Ismailiyah saja, sebagai bentuk penentangan terhadap, dua belas Imam dari Syi'ah Itsna Asyariyah. Kemudian, mereka diajarkan untuk mengabaikan hukum-hukum Islam, dan mengajarkan doktrin dualisme. Akhirnya, pada tingkat kesembilan, seseorang yang telah mahir, diajarkan bahwa semua ajaran agama alegoris semata, dan bahwa hukum agama perlu dipatuhi hanya untuk menjaga ketertiban, sementara mereka yang memahami kebenaran boleh, mengabaikan semua pembatasan-pembatasan (agama) tersebut.
Pembunuh (the Assassins)
Di Alamut, Hasan dan para pengikutnya mendirikan sebuah kastil, atau Eagle's Nest, di mana Hassan Sabbah mengambil gelar tradisional yaitu Syekh al-Jabal, atau "Old Man of the Mountain". Menurut sebuah legenda yang dilaporkan oleh Marco Polo, the Old Man membuat sebuah "taman terbesar dan paling indah dari yang dapat dibayangkan". Setiap jenis buah-buahan yang sangat bagus tumbuh di sana. Ada rumah-rumah dan istana-istana megah yang dihiasi dengan emas dan lukisan-lukisan dari di dunia hal-hal yang paling indah. Air tawar', anggur, susu dan madu mengalir di sungai, gadis paling cantik yang berpengalaman dalam seni membelai dan menyanjung setiap orang, memainkan alat musik, menari dan bernyanyi, lebih baik daripada wanita lainnya."9) The Old Man akan membuat para korbannya jatuh tertidur, sehingga ketika mereka terbangun, mereka akan menemukan diri mereka di dalam kebun, ia meyakinkan bahwa mereka berada di dalam surga yang digambarkan oleh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena yakin akan keberadaan surga, maka mereka bersedia mengambil risiko hidupnya pada setiap misi yang ditugaskan kepada mereka.
Akhirnya pada tahun 1250 Masehi, para penakluk dari Mongol, dipimpin oleh Mangu Khan, menyapu Alamut dan memusnahkan the Assassins - kaum pembunuh. Namun Nizaris selamat bersama dua garis keturunan yang saling bersaing. Kelompok kecil mati pada abad kedelapan belas, sedangkan kelompok besar yang dipimpin oleh seorang imam bernama Aga Khan, pada tahun 1840 pindah dari Iran ke India. Para pengikutnya diperkirakan berjumlah jutaan, masih ditemukan di Syria, Iran, Asia Tengah dan Asia Selatan, kelompok terbesar berada di India dan Pakistan, di mana mereka dikenal sebagai Khojas.
Aga Khan II, came to be one of the founders of the Muslim League, which was sponsored by the British in 1858. The 48th Imam, Sir Sultan Mohammed Shah Aga Khan III, was very close to the British royal family during his 72-year reign, and held the post of chairman of the League of Nation's General Assembly for a year. The 49th Imam, Prince Karim Aga Khan IV, was given the British title "His Highness" by Queen Elizabeth II in 1957, and continues to this day to be closely allied to the Illuminati.
Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info
Referensi:
No comments:
Post a Comment