Pages

Wednesday, July 18, 2012

Barat diam terhadap tragedi berdarah yang menimpa Muslim Rohingya demi kepentingan perniagaan?



Barat telah buta terhadap penderitaan Muslim Rohingya di Myanmar (Burma) untuk menjaga kepentingan ekonominya di negara-negara Asia, menurut seorang penganalisis politik.

Bagi kaum Muslimin, harapan bukan tertumpu pada negara-negara Barat, hanya saja para penganalisis merasa perlu menyindir Barat, kerana mereka adalah orang-orang yang paling vokal mengusung 'Hak Asasi Manusia' dan demokrasi.

"Orang-orang Rohingya saat ini sedang berada dalam episod yang paling bengis dalam sejarah mereka, dan penderitaan mereka adalah salah satu masalah yang paling mendesak di mana sahaja di dunia ini," tulis Ramzy Baroud, dalam artikelnya yang diterbitkan PressTV, Senin (16 / 7/2012).

"Namun penderitaan mereka, nampaknya hadir dari keutamaan antarabangsa dan serantau," kata Baroud.

Baroud beranggapan bahawa diamnya dunia Barat atas tragedi berdarah yang menimpa Muslim Rohingya datang seiring "syarikat-syarikat Barat melompat ke Myanmar (dalam usaha) untuk mengimbangi pengaruh China atas ekonomi Myanmar," tambah Baroud.

Sementara itu, icon demokrasi Myanmar Ang San Suu Kyi hingga kini masih diam, menutup mata dan telinga atas kekerasan terhadap Muslim yang terjadi di negaranya. Ironisnya, dia mendapat hadiah keamanan di Oslo pada saat kekejaman terhadap Muslim Rohingnya sedang berlangsung di Arakan.

Sementara itu, Baroud juga menyindir media-media mainstream yang cenderung tenang berkaitan isu pembunuhan Muslim Rohingya oleh etnik Buddha Rakhine dan pasukan 'keselamatan' Burma, yang mempunyai sokongan penuh dari kerajaan Burma, mereka kelihatan tidak peduli terhadap penderitaan Muslim yang sedang berlangsung.

No comments: