Pages

Friday, March 15, 2013

Memahami Ukhuwah Islamiyyah dengan benar



Musuh Islam tidak hanya membunuh, membantai dan memerangi kaum muslim, tetapi mereka juga mempunyai sindikat yang rapi namun menjijikkan. Mereka merekrut tokoh atau yang ditokohkan dari kalangan umat Islam untuk dididik di negeri mereka. Setelah dicekoki dengan syubhat dan pemikiran sesat, dengan rasionalisasi (dan pluralisasi) ajaran Islam dan dengan memberi hadiah titel serta janji dikembalikkanlah sang tokoh ini ke negara asalnya untuk menyesatkan saudara-saudaranya.

Sindikat ini bisa jadi lebih sadis daripada pembunuhan dan pembantaian, karena mungkin saja yang mereka bunuh masih bisa mempertahankan aqidah dan tauhidnya, tetapi penyesatan dan pemurtadan dari dalam bisa berakibat jutaan muslimin melepaskan agamanya tanpa mereka sadari.

Para tokoh yang menyandang beraneka gelar ini dengan leluasa mengelabuhi umat, bahkan ada yang dianggap wali dan dipertuhankan. Semua urusan diserahkan kepada mereka, apapun kata mereka akan menjadi pegangan awam. Salah satu istilah yang mereka kedepankan adalah “umat Islam itu bersaudara”, dengan mencomot surat Al-Hujurat ayat 10.

Istilah yang mereka pinjam ini memang indah dan benar karena itu Kalamullah, tetapi mereka ingin menyesatkan umat dengan kalimat haq ini. Para tokoh penyesat umat yang ingin mendapat pujian dari orang Yahudi, Nasrani dan antek-anteknya, bahkan ada sebagian dari mereka yang mengatakan, “Orang Islam harus bersaudara dengan orang Yahudi dan Nasrani, karena agama mereka juga dari Allåh, karena para nabi bersaudara, mereka pun beribadah kepada Alloh. Lantaran itu kita harus jalin ukhuwah dengan mereka, maafkan bila mereka marah dan membantai kaum muslimin, mereka itu ’kan saudara! Perlu dinasihati dan diselesaikan dengan baik. Kaum muslimin tak usah menyinggung kesalahan dan kezhaliman mereka.”

Selanjutnya yaitu dari kalangan para da’i yang masih senang dengan bid’ah, kermusyrikan dan golongan, masing-masing berprinsip agar bisa menggaet jama’ah dan agar tidak bubar, mereka berkomentar, “Tidak mengapa mereka mengamalkan bid’ah, syirik dan berpartai, yang penting kita jalin ukhuwäh islamiyah, karena mereka saudara kita. Tidak mengapa jalan yang mereka tempuh berbeda, ibaratkan pergi ke Jakarta, biarkan lewat pantura, atau pansela, yang penting sampai.”

Kata manis yang merusak ini disambut gegap gempita oleh sebagian umat karena yang bicara bukan lulusan SMU. Tetapi sebagian lagi bingung, apakah mungkin pemimpin kita menyerukan kepada kesesatan?

Berikut ini jawabannya. :

Allah melalui FIRMAN-NYA :

Sesungguhnya orang;orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Alloh supaya kamu mendapat rahmat.

(QS.Al-Hujurat: 10).

MAKNA UKHUWAH

Agar kita tidak salah dalam memahami makna ukhuwah dan tidak salah dalam penerapannya maka alangkah baiknya bila kita pelajari istilah Ini.

Kata ukhuwah menurut bahasa berasal dari “akhun” artinya berserikat dengan yang lain karena kelahiran dari dua belah pihak, atau salah satunya atau karena persusuan. Lalu kata ini dipakai untuk perserikatan, persaudaraan kabilah, agama, hubungan antar manusia, kasih sayang, dan keperluan lainnya.

(Mufradat Alfazhil Qur’an, AlAllamah Ar-Raghib Al-Ashfahani, hal.68)

Atau dengan bahasa lain ukhuwah menurut bahasa ialah saudara sekandung, sebapak, seibu, atau saudara persusuan. Lalu digunakan istilah ini untuk kepentingan lain, persaudaraan antar negara, antar suku, kabilah, desa, partai, dan lainnya.

MACAM-MACAM UKHUWAH

Penggunaan istilah ukhuwah bukanlah hanya diperuntukkan bagi kaum muslimin saja, tetapi dipakai pula untuk agama dan kebutuhan lain. Adapun macam ukhuwah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an maupun Sunnah sebagai berikut:

1. Persaudaraan keturunan

Misalnya saudara sekandung, sebapak, seibu, dan lainnya.

“Dan sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. (QS.Al-Mujadilah:22), lihat juga surat An-Nisa ayat 11- 13,176, Yusuf ayat 58)

2. Persaudaraan sepersusuan

“Dan saudara permpuan sepersusuàn.” (QS.An-Nisa:23)

3. Persaudaraan kaum muslimin

Seperti dalam surat Al-Hujurat ayat 10.

4. Persaudaran para utusan

Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Para nabi itu adalah saudara tiri ibu mereka berbeda, agama mereka satu, tidaklah sesudah kami ada nabi.”

(HR.Muslim 4/1 837).

lbnu Taimiyah rohimahullah berkata,

“Agama Alloh itu satu, adapun yang berbeda adalah syari’at dan manhaj. (FirmanNya) ‘Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (QS.Al-Maidah:48)’ Maka para utusan adalah satu agama, satu keyakinan dan amalan.”

(Lihat Fatawa lbnu Taimiyah 15/1 59).

Dari keterangan lbnu Taimiyah Rohimahullah ini, tidaklah diterima keislaman orang Yahudi dan Nasrani melainkan harus mengikuti Islam yang dibawa oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam .

5. Persaudaraan setan

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya. (QS.Al-lsra’:27)

6. Persaudaraan orang munafik

Orang-orang yang mengatakan kepada saudarasaudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: “Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh.” (QS.AIi lmran:168).

Ayat ini turun sehubungan perkataan tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul dan kawan kawannya. (Lihat Tatsir lbnu Katsir 1/426, Tatsir Ad-Durul Mantsur 6/27)

7. Persaudaran orang kafir

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka….”

(QS.Ali lmran:1 56)

Berkata Al-Raghib Al-Asfahani,

“Mereka dikatakan bersaudara karena berserikat dan bersahabat dalam kekufuran.”

(Mufradat Altazhil Qur’an hal.68).

8. Persaudaraan ahli Kitab

“Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahil Kitab.”

(QS.Al-Hasyr:11)

Karena itu jangan berkawan dengan orang munafik dan ahli kitab, bahayanya lebih besardan tidak ada manfaatnya.

9. Persaudaraan anak yatim

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu”.”

(QS.Al-Baqarah:220)

Dan keterangan diatas jelaslah bahwa penggunaan istilah ukhuwah bukanlah hanya untuk umat Islam yang Ahli Sunnah saja.

MAKNA ORANG MUKMIN BERSAUDARA

Banyak orang mengaku dirinya muslim dalam rangka melancarkan misi kezhalimannya. Mereka mengatakan bahwa orang mukmin bersaudara di dalam surat Al-Hujurat ayat-10 di atas, adalah umum termasuk orang Yahudi dan Nasrani dan semua orang muslim tanpa pandang bulu, dengan alasan mereka juga beriman kepada Alloh. Untuk menjawab kedustaan ini akan kami sampaikan komentar ahli tafsir dari para ulama yang mu’tabar.

lbnu Taimiyah Rohimahullah berkata,

“Ukhuwah di sini adalah ukhuwah sesama mukmin, karena orang mukmin disifati oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam :

“Perumpamaan orang mukmin di dalam kasih sayang mereka, belas kasihan mereka, kelembutan mereka seperti satu badan.”

(HR.Muslim 4687; lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 3/419)

Imam Abu Abdillah Al-Qurthubi berkata,

“Persaudaraan di dalam ayat ini ialah persaudaraan seagama, karena kemuliaan bukanlah terletak pada keturunan.”

(Tafsir Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an 16/322) .

lbnu Jarir At-Thabari berkata,

“Allah menjelaskan bagi orang yang beriman kepada-Nya, bahwa orang mukmin itu bersaudara karena agamanya, maka hendaknya mereka memperbaiki saudaranya bila mereka bertengkar dan hendaknya meluruskan mereka dengan hukum Alloh dan Rasulullah”

(Tatsir Jami’ul Bayan fi Tat sirit Qur’an 26/66).

Imam Syafi’i berkata,

“Ayat ini menunjukkan putus hubungan antara orang mukmin dengan orang kafir, demikian pula dalil Sunnah memberi hukum yang sama.”

(LihatAhkamul Qur’an 1/273)

Abu Hanifah berkata,

“Kata ukhuwah itu umum, kadangkala untuk ukhuwah Islamiyah seperti surat AlHujurat ayat 10.”

(Lihat Al-Mabsuth oleh As-Sarakhsi 7/ 68 )

Muharriad binAbi BakarAyyub Az-Zar’i berkata,

“Ukhuwah pada ayat ini adalah khusus untuk kaum muslimin seperti yang disebutkan di dalam surat At Taubah ayat 71”

Adapun sebutan ukhuwah lslamiyah, bukan sekedar cukup dia muslim, tanpa rnemperhatikan kriterianya. Tetapi dia harus ahli tauhid, ahli ibadah sesual dengan Sunnah dan orang yang bertaubat. Alloh berfirrnan:

“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara saudaramu seagama.”

(QS.At-Taubah:11).

Alloh melarang kita mengambil teman orang Islam yang mereka lebih cenderung kepada kekufuran daripada Iman. Lihat surat At-Taubah ayat 23.

Jika orang Islam memiliki sifat di atas, mereka adalah saudara kita, harus kita jalin ukhuwah lslamiyah, walaupun kita belum pemah jumpa atau lain bangsa dan negara.

“Dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama.”

(QS.Al-Ahzab:5)

BATASAN UKHUWAH ISLAMIYAH

Memang benar bahwa umat Islam satu sama – lain bersaudara, hendaknya saling kasih sayang, bantu membantu, saling menghormati satu sama lain sebagaimana disebutkan di dalam hadits. Tetapi prinsip ini bukan berarti mutlak tanpa ada taqyid atau batasan, sehingga apa yang mereka kerjakan harus didukung dan dibantu, bahkan dipuji dan disanjung.

Sebab bila prinsip ini kita terima, tentu kita akan menolak nahi mungkar sebagaimana yang dilakukan oleh sekelompok manusia yang menamakan dirinya juru dakwah. Mereka biarkan kemungkaran, yang penting ajak manusia untuk shalat jama’ah. Tidak mengapa mereka berbuat syirik, menyembah kuburan, jin, dan kyai yang penting mereka golongan atau partai kita. Prinsip ini seperti orang yang menanam padi yang penting dipupuk, tidak perlu ada pemberantasan hama penyakit. Petani yang akalnya sehat tentu akan menolak pemikiran amburadul ini, maka bagaimana dengan tugas da’i yang intinya mengajak insan agar beribadah kepada Alloh Tabaroka wa Ta’ala dan menjauhi kemusyrikan?

Adapun batasan yang harus kita perhatikan untuk menjalin ukhuwah lslamiyah sesama kaum muslimin sebagai berikut:

1. Bila dakwah mereka menyeru tauhid dan memberantas kemusyrikan.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah thaghut itu.””

(QS.An-Nahl:36)

Ketauhilah bahwa dakwah tauhid adalah dakwah yang menjalin ukhuwah lslamiyah, karena makna tauhid adalah menyatukan pandangan hidup dan mempersatukan Umat.

2. Bila mereka menghidupkan Sunnah Nabi dan memberantas bid’ah

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mewajibkan semua kaum muslimin agar berpegang kepada Sunnah dan menjauhi bid’ah.

lrbadh bin Sariyah rodhiallahuanhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Maka wajlb bagimu (hai umatku!) berpegang kepada Sunnahku dan sunnah sahabat yang mendapatkan petunjuk dan yang menyampaikan petunjuk, berpeganglah dengan Sunnah ini, dan gigitlah dengan gigi gerahammu, dan jauhilah perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”

(HR.lbnu Hibban 1/179, Shahih, AlMustadrak ala Shahihain 1/174, Tirmidzi 5/44, Ad-Darimi 1/57, lbnu Majah 1/15, Ahmad 4/126)

3. Bila memberantas perpecahan dan mengajak bersatu (tidak berpartai-partai atau bergolongan), kembali kepada ulama salaf

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Alloh, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (QS.ArRum:31-32); dan lihatsuratAli Imran ayat 103.

4. Bila mereka tidak menjadikan orang kafir dan musyrik sebagai teman setia

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman teman setia. (QS.Al-Mumtahanah:1) dan lihat kisah Nabi Ibrahim yang menolak berteman dengan orang kafir dan musyrik (QS.Al-Mumtahanah:4).

5. Bila mereka tidak berwala’ (loyal) kepada ahli kitab

“Hai orang-orang yang beriman, janganiah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pmimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.”

(QS.Al-Maidah:51)

6. Bila mereka menghormati ulama Sunnah dan memusuhi orang yang melecehkannya.

Ulama Sunnah adalah waliyullah, wajib kita muliakan karena Alloh memuliakannya sebagaimana disebutkan di dalam surat Fathir ayat 28.

Abu Hurairah RodhiAllahuanhu berkata, Rasulullah bersabda;

“Alloh berfirman: Barangsiapa yang memusuhi waliku, maka sungguh Aku maklumkan perang kepadanya. (HR.Bukhari 5/2384). Abdur Ra’uf Al-Munawi berkata, “Alloh akan memerangi mereka, seperti halnya disebut di dalam surat Al-Baqarah ayat 279”

(Faidhul Qadir 2/241)

Adapun yang dinamakan waliyullah bukanlah wali tukang sihir dan sulap, yaitu walinya orang ahli bid’ah dan musyrik, tetapi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala sebagaimana disebutkan di dalam surat Yunus ayat 62-63.

Karena itu waspadalah dengan kelompok hizbi yang mengatakan bahwa ulama salaf adalah ulama haidh atau nifas atau ulama anti partai. Jika anda tidak mampu memeranginya sebagaimana Alloh memerintahnya, maka tinggalkan mereka. Lihat surat Al-An’am ayat 68.

7. Bila mengembalikan semua perselisihan kepada Al-Qur’an dan Sunnah

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian.”

(QS.An-Nisa’:59)

Jika mereka mengembalikan persoalan yang mestinya dikembalikan kepada hukum Alloh dan RasulNya, lalu dikembalikan kepada tokohnya atau pimpinan golongannya, ketahuilah mereka itu menjalin ukhuwah partai atau golongan.

8. Bila wasa’il (sarana) dakwah mereka tauqifiyah.

Dakwah islamiyah merupakan amalan yang paling mulia yang bermanfaat untuk pribadi dan umat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , telah membimbing kita berdakwah selama 23 tahun dengan situasi dan kondisi yang berbeda dan beraneka corak manusia. Beliau dijadikan sebagai suri tauladan yang paling baik dan telah berhasil berdakwah sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Ahzab ayat 21 dan Al-Mumtahanah ayat 6.

Maka barangsiapa yang menjadikan metode dakwahnya ijtihadiyah artinya terserah keinginannya masing-masing, berarti mereka mengaku lebih pandai daripada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan menganggap dienul Islam belum sempurna, atau Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengkhianati risalah Alloh Tabaroka wa ta’ala sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik.

9. Bila tidak menyenangi orang yang lebih suka menentang hukum Alloh dan Rasul-Nya

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan RasulNya.” (QS.AI-Mujadilah:22)

10. Ridha berhukum dengan hukum Alloh

“Dan tidaklah patut bagi laki -laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (QS.Al-Ahzab:36)

lnilah sebagian sifat dan batasan ukhuwah lslamiyah agar hubungan kita tetap baik dan diridhai oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala dan terhindar dari perpecahan

MAKNA UKHUWAH YANG KELIRU

Bila kita melihat kenyataan umat dengan kacamata ilmu dienul Islam, kita akan melihat banyak kelompok yang menamakan dirinya pemersatu umat, tapi sebaliknya merusak ukhuwah lslamiyah. Misalnya:

1. Kaidah “yang penting tujuannya baik”

Ada yang berpendapat untuk menjalin ukhuwah lslamiyah memakai kaidah “yang penting tujuannya baik, tidak mengapa caranya berbeda”. Prinsip ini ibarat hati tanpa jasad, sebab syarat diterima amal ibadah adalah ikhlas karena Alloh dan mengikuti Sunnah Rasulullah .

“Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hndaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah.”

(QS.Al-Kahfi:110)

Ibnu Katsir berkata, “Hendaklah Ia mengerjakan amal yang shalih artinya sesuai dengan syari’at Alloh Tabaroka wa ta’ala.

“Adapun makna janganlah Ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah, yaitu ikhlas mencari ridha Alloh Subhanahu wa ta’ala dan tidak menyertakan niat selain kepada-Nya.”

(Tafsir Ibnu Katsin 3/109) .

2. Yang penting hasilnya

Pninsip yang penting hasilnya, adalah prinsip orang kafir dan hewan.

Dan orang-orang yang kafir itu bensenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang.

(QS.Muhamad:12) .

Orang yang punya prinsip ini akan menghalalkan segala cara seperti onang kafir dan hewan, karena tolok ukur mereka yang penting berhasil, bahkan boleh jadi mencemooh cara yang haq kanena dianggap menghambat keberhasilan.

3. Berpegang umumnya orang.

Misalnya menjalin ukhuwah dengan mengadakan peringatan maulid nabi, drum band, dzikir bersama adalah budaya yang telah memasyarakat.

Cara ini bukanlah cara untuk menjalin ukhuwah Islamiyah, tetapi menjauhkan umat dan yang haq dan mengajak umat berpecah-belah, kanena masing masing golongan ingin membanggakan dirinya dan merendahkan kelompok yang lain. Prinsip ini layak diberi nama “ukhuwah hiburan!” atau bid’ah.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-onang yang di muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.

(QS.Al-An’am:116)

4. Menjalin ukhuwah dengan mendirikan partai atau golongan (atau diatas satu partai/golongan)

Ini pun keliru, karena apabila umat diajak kepada golongan atau partai berarti hilang ukhuwah dan ganti “adawah” (permusuhan). Kenyataannya demikian! Karena itu ketika sahabat Muhajirin bertengkar dengan sahabat Anshar, seraya berteriak, “Hai orang muhajirin, tolonglah aku” dan sebaliknya, Rasulullah segera keluar dan bersabda, Mengapa memanggil dengan panggilan jahillyah… Tinggalkan, karena itu keji.

(HR.Bukhari 3/1296, Muslim 4/1198, lbnu Hibbani 3/330, Ahmad 3/385, dan lainnya).

5. Cari persamaan dan jangan cari perbedaan .

Inilah kaidah hizbi, ingin mewujudkan ukhuwah lslamiyah dengan mencari kesamaannya dan mendiamkan kemungkaran.

Syaikh lbnu Baz berkata,

“Betul, kita wajib bekerja sama dalam hal yang kita sepakati untuk membela dan mendakwakan kebenaran serta mentahdzir yang menjadi larangan Alloh Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,. Adapun hendaknya kita memberikan udzur dan membiarkan perselisihkan secara mutlak tidaklah bisa diterima, tetapi wajib dilihat: jika berkenaan dengan masalah ijtihadiyah yang samar dalilnya, maka kita wajib memakluminya. Adapun perkara yang menyelisihi Kitab dan Sunnah, maka kita wajib mengingkarinya dengan hikmah, dengan keterangan yang baik, dan membantah dengan cara yang baik pula. Perhatikan surat AI-Maidah ayat 2 dan At-Taubah ayat 71.”

(Lihat Kitab min Aqwali Samahati Syaikh Ibni Baz fid Da’wah hal.93)

6. Jangan menentang arus

Ada lagi yang berpendirian bahwa untuk menjaga keutuhan ukhuwah Islamiyah, jangan menyinggung perasaan umat, bangkitkan semangat mereka agar tetap menerima Islam. Lalu mereka berdalil dengan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam :

“Mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan dibuat-lari.”

(HR.Bukhari 1/38, Muslim 3/1359, dan Iainnya)

Prinsip ini menolak perintah Alloh yang mengharuskan ingkar mungkar sebagaimana disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 71 yang itu merupakan ciri khas orang mukmin.

Prinsip ini juga bertabrakan dengan ketetapan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang mengharuskan mengubah kemungkaran yang menyalahkan dakwah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam karena menyinggung perasaan umat dan membuat resah.

Dalil di atas memang benar, tapi salah penerapan, semisal orang yang ditegur jangan shalat di kuburan, lalu dia berdalil:

“Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat.” (QS.AlAIaq: 9-10); padahal ayat ini ditujukan untuk orang kafir Quraisy yang menghalangi beliau shalat di Masjidil Haram, tetapi dipinjam oleh ahli bid’ah untuk menggaet pengikutnya.

7. Orang Yahudi dan Nasrani adalah saudara.

Orang yang mengatakan bahwa umat Islam harus menjalin ukhuwah dengan orang Yahudi dengan alasan mereka juga memeluk agama Islam, karena Islam artinya menyerah kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala. Ketahuilah dia itu orang yang digaji oleh orang Yahudi untuk merusak Islam.

Pada zaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. ada orang Yahudi yang mengaku dirinya muslim, lalu dibantah oleh beliau, “Kalau kamu mengatakan muslim, tunaikan ibadah haji!’ Mereka menjawab, “Kami tidak diwajibkan haji, bahkan menolak.”

Alloh berfirman:

“Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (OS-Au lmran:97)

(Lihat Tafsir lbnu Katsir 1/387) .

Maksudnya orang yang menolak kewajiban haji dia adalah kafir seperti orang Yahudi dan Nasrani. Dan bukti kekufuran Yahudi dan Nasrani, lihat surat Al-Baqarah:109-l20 dan lainnya.

8. Menjalin ukhuwah dengan ahlul bid’ah dan orang musyrik

Ada yang berkata, “Tidak mengapa mereka menjalankan bid’ah dan syirik, karena mereka juga beribadah, jika mereka keliru, kita pun keliru.”

lnilah prinsipnya orang jahil, tidak mau tahu tentang batalnya amal dan gugurnya Islam. Barangkali kalau dia mendengar cerita bahwa sahabat Ali bin Abi Thalib RadhiAllahu anhu membakar Syi’ah Råfidhåh yang menuhankan beliau, begitupun ketika beliau memerangi orang Khawarij, padahal mereka (khåwarij) adalah ahli dalam membaca Al-Qur’an, khusyuk shalatnya, hitam keningnya bahkan mereka ikut jihad.

“Orang musyrik adalah musuh Alloh Subhanahu wa ta’ala , wajib dijauhi sebagaimana perintah-Nya :

“Dan beipalinglah dari orang-orang yang musyrik

(QS.Al Hijr:94).

Ahlul bid’ah (yang telah tegak hujjah diatasnya, yang menentang dakwah sunnah, atau bahkan menyeru kepada kebid’ahannya) pun wajib dijauhi. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Barang siapa yang membuat cara ibadah baru, atau membantu orang yang menjalankan Bid’ah, maka dia mendapat laknat dari Allah Subhanahu wa ta’ala, malaikat dan semua manusia.

(HR Bukhari 3/1160, Ibnu Hibban 9/32, Abu Dawud 2/216 )

CARA MENJALIN UKHUWAH ISLAMIYAH

Adapun cara menjalin ukhuwah lslamiyah sesuai dengan Sunnah insya Alloh sebagai berikut:

a. Semua aktivitas hendaknya bertujuan ikhlas mencari ridha Alloh. Lihat surat Al-Bayyinah:5

b. Mengikuti manhaj atau cara yang dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Lihat surat Ali ‘lmran:85

c. Menjauhi cara baru, utamanya metode dakwah yang tidak dicontohkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , karena kullu bid’atin dhalalah (semua bid’ah sesat), dan karena cara baru memecah-belah umat.

d. Tolong menolong didalam hal kebaikan dan taqwa, utamanya memerintahkan yang baik, dan kerja sama memberantas kemusyrikan, bid’ah, dan kemaksiatan. Lihat surat Al-Maidah:2

e. Bukan hanya pandai menasihati, tetapi juga menerima nasihat. Lihat surat Al-Ashr:3

f. Bersabar bila kena musibah atau dimusuhi karena membela Sunnah. Lihat Surat Luqman : 17

g. lstiqamah berpegang Sunnah, utamanya pada waktu muncul fitnah . Lihat Surat Hud:112

h. Berdakwah untuk memperbaiki bukan merusak. Lihat surat Al-A’raf:85.

i. Menerima islah menurut Sunnah bila diperlukan.

j. Mengembalikan semua perselisihan kepada nash Al-Qur’an atau Sunnah shahihah. Lihat surat An- Nisa’:49

k. Mendahulukan Al-Qur’an dan Sunnah untuk memutuskan segala perkara. Lihat Al-Hujurat:1

l. Mengasihi mad’u (objek dakwah) dengan – meluruskan kesalahannya, Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang pengasih akan dikasihi Alloh. Kasihilah penduduk bumi, niscaya kamu akan dikasihi oleh Dzat yang di langit (HR.Tirmidzi 4/323, Abu Dawud 4/285 Ahmad 21160) dan lainnya. Hadits shahih dan Abdullah bin Amr Rodhiallahuanhu”.

m. Menafsirkan ayat dan sunnah sesuai dengan pemahaman salaful umah, seperti pemahaman sahabat, tabi’in, ahli hadits, fiqh, dan ahli tafsir. Lihat surat At-Taubah ayat 100.

n. Bersatu mengibarkan bendera Sunnah . Lihat surat Al-Ahzab ayat 21.

o. Menelaah kitab dan fatwa ulama salaf masa lalu dan sekarang utamanya menghadapi masalah ijtihadiyah, manhaj dakwah dan lainnya.

p. Menghormati ulama salaf dan membetulkan kesalahannya.

Berikutnya menjauhi pemahaman ukhuwah yang keliru dan memperhatikan batas ukhuwah sebagaimana diterangkan di atas. Akhirnya mari kita wujudkan ukhuwah islamiyah dengan bersatu diatas al-jama’ah, diatas pemahaman dan pengamalan islam yang benar yang berlandaskan al-qur’an dan as-sunnah ash-shåhihah sesuai dengan pemahaman salafush shåleh.

Allahu ta’ala a’lam bish showab.

Ditulis: Al-Ustadz Aunur Rafiq bin Ghufran
Judul Asli: Ukhuwah islamiyah atau Hizbiyah ?

Sumber : Majalah Al Furqon Edisi 2 Tahun V Ramadhan 1426


(KabarDuniaIslam)

No comments:

Post a Comment