Pages

Saturday, May 1, 2010

Qobil dan gagaknya

Kisah si kembar yang meninggal ( Yesa-Yesi memberi kabar ....) merupakan salah satu hikmah dari kemunculan manusia di muka bumi dalam kisah habil-qobil dengan saudara kembarnya (iklima-labuda). Artikel Haus akan Hikmah posting Mar 28, 2007 10:09 am menunjukkan adanya perulangan atas pilihan manusia dimana selalu memandang atribut adalah segalanya

Nun kisah qobil membunuh saudaranya adalah hikmah terindah terjadi saat pasangan kembar habil,qabil,labuda dan iklima dimana yang 'jelek' akan dipasangkan dengan 'ganteng'. Protes qabil yang berwajah lebih ganteng agar mendapatkan saudara kembarnya yang cantik pula, namun syariat n.Adam mengharuskan pasangan harus di silangkan. Pada saat waktu hari pengurbanan, dengan memandang atribut adalah segalanya ternyata pengorbanan qobil TERTOLAK oleh Allah. Sekali lagi, Allah mengesampingkan atribut-atribut kemanusiaan (kekayaan, kegantengan, senioritas dsb)

Perhatikan pula kisah Iblis yang merasa beratribut lebih baik daripada adam (Iblis dari api dan adam dari tanah, belum lagi unsur senioritas bahwa Iblis lebih dulu ada) seharusnya dan senormalnya adam menghormat Iblis, namun Allah memberi ujian bahwa Di sisiNya adalah mahluk-mahluk yang suci, tidak memandang atribut, senior dsb

Ketegasan ini dapat terlihat pada kisah al-qur'an 
Al-maa'idah:27 Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam  menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua  dan tidak diterima dari yang lain . Ia berkata : "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima  dari orang-orang yang bertakwa".

Pengorbanan qobil tidak diterima, karena dalam visi dia , berkorban ala kadarnya dengan tidak bersungguh-sungguh, kemudian mempersoalkan pernikahan silang dari sariat n. adam, "Seharusnya orang ganteng ya .... dengan orang cantik " begitu kira-kira redaksi umumnya saat ini. Di sisi Allah, hanyalah mahluk yang suci saja yang di nilai pengorbanan tanpa pamrih (iklash)

Dari visi yang keliru di tandai dengan korban yang tidak sungguh-sungguh dan kemudian berangan agar pasangan dia adalah pasangan yang serasi (ganteng=cantik), maka lahirlah tindakan-tindakan yang di luar batas. 
Al-maa'idah:30 Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.

Hal yang patut di mengerti adalah Qabil sebagai orang yang berdosa akhirnya menyesal sedalam-dalamnya, sehingga mampu menerima 'komunikasi' Allah dengan dirinya lewat iktibar burung gagakAl-maa'idah:31 Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya  bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya . Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Apalah yang terjadi sekiranya qabil tidak menyesali perbuatan atas visinya yang salah ? Bisa jadi dia tidak mampu menangkap 'komunikasi' Allah dengan mahluknya lewat burung gagak. Penyesalan adalah batas terendah manusia dan saat itulah senyampang pintu dunia masih terbuka maka Allah memberikan petunjukNya. Diberi kemudahan untuk menerima petunjukNya bagi orang yang menyesal atas perbuatannya. Hal ini menunjukkan bahwa Dzikir taubat merupakan pintu untuk menerima petunjukNya dalam arti bentuk komunikasi Allah kepada hambaNya

Sekali lagi SEKIRANYA qobil tidak menyesal atas kejadian itu, maka petunjuk Allah akan sulit di terima dan mungkin menganggap bahwa burung gagak itu sebagai burung yang biasa saja.

Perhatikan kisah Adam yang menyesal telah memakan buah khuldi, sekali lagi penyesalan adalah kata kunci untuk menerima petunjuk Allah : Al-baqoroh:37 Kemudian Adam menerima beberapa kalimat  dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. 
Bandingkan dengan kisah Iblis yang tidak menyesal sedikitpun bahkan dendam dengan adam: Al-A'raaf:16 Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya  sampai waktu mereka dibangkitkan".
Informasi di alam ini adalah petunjukNya dan bagi orang-orang yang mirip dengan kisah qobil merupakan hikmah tersendiri. Penyesalan itu melahirkan suatu komunikasi dan akhirnya membuahkan hikmah untuk mendapatkan informasi di alam ini. Bagai intan yang tersembunyi, informasi alam ini melahirkan kembali lewat orang-orang yang selalu berzikir dengan mengingat Allah dengan bertaubat terus menerus

Adakah gagak-gagak lain di dunia ini ?

Allah tidak akan jemu untuk mengulang-ulang pelajaranNya sebagai bentuk komunikasi dengan mahluknya walau dalam bentuk yang lain, namun dapat dimengerti oleh orang-orang yang bertaubat dan bersedia meluangkan waktu untuk memikirkan kebesaran Allah

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran  bagi orang-orang yang bersyukur. (al-a'raaf:58) 

Sesalan atau taubat (lautan zikir) adalah tanah yang subur bagi petunjuk-petunjuk Allah, sedangkan penentangan, bersenang atas dosa adalah tanah yang tidak subur, hingga petunjuk-petunjuk Allah tidak dapat tumbuh pada tanah yang seperti itu. Diulang-ulanginya pada siklus kehidupan manusia, tatkala manusia bertaubat, maka mudahlah petunjuk datang, namun tak sadar bahwa dirinya berdosa maka merasa diri benar sehingga jauh dari petunjuk

Gagak-gagak itu bagai petunjuk yang tiada jemu berseliweran di sekeliling kita, adakah kita menyediakan tanah dan tanaman yang bagus agar gagak itu bisa mampir ke tanah kita ?

Berkaca dari qobil yang berdosa , Tidak-kah kita adalah qobil-qobil kecil ( little qobils) masa kini ? selalu membuat dosa dan mengulang dosa-dosa itu, dan kemudian bagaimana lagi Allah menegur kita kalau tidak laksana gagak-gagak si qobil.
Sediakan tanah dan tanaman ketika gagak itu mampir ke tempat kita sehingga jangan lewatkan gagak-gagak qobil yang selalu berseliweran di sekeliling kita

Janganlah kita anggap sebagai sampah gagak-gagak itu ketika mampir di tempat kita, atau karena merasa diri benar, sehingga jarang bertaubat dan merasa benar sehingga gagak-gagak itu terbang kembali karena tidak bernilai materi.  Atau bahkan gagak itu kita anggap sebagai sampah pula dan kita buang bahkan kita usir gagak-gagak itu.

Mengais-kais dalam membaca kaisan alam ini, laksana gagak-gagak yang berseliweran di sekeliling kita menuju pada diri yang membersihkan atribut dan akhirnya dapat dekat di sisiNya..

No comments:

Post a Comment