Pages

Thursday, May 13, 2010

Konspirasi Terhadap Khilafah Islam


Kini sistem khilafah Islamiah telah tiada dari muka bumi, ia dihapuskan secara resmi pada 3 Maret 1924. Hilangnya sistem khilafah berarti hilangnya sebuah sistem peradaban Islam yang menyatukan dunia Islam di bawah satu kekuatan, menyatukan kehidupan kaum Muslimin dalam berbagai aspek kehidupan yang berlandaskan syari'at Islam di bawah satu kepimpinan. Hilangnya sistem khilafah juka berarti hilangnya "Daulah Islam" yang menurut Dr. Yusuf Qardhawi merupakan perwujudan ideologi Islam yang mewarnai kehidupan kaum Muslimin di dalam segala lapangan kehidupan.
Jika ditelusuri, ada dua sebab kehancuran khilafah Islam, yaitu sebab dari dalam dan sebab dari luar. Sebab dari dalam adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam umat Islam sendiri, beserta khilafahnya. Sedangkan sebab dari luar adalah sebab-sebab yang datang dari luar umat Islam. Salah satu sebab luar yang sangat penting adalah peranan gerakan Zionis dalam menghancurkan khilafah Islam.
Zionis
Gerakan Zionis Internasional yang bersifat politik muncul setelah Theodor Hertzl mengajukan gagasan negara Yahudi. Gerakan ini muncul karena rasa persaudaraan yang erat di dalam ras Yahudi dan adanya perasaan tentang pernyataan Tuhan mengenai ketinggian ras Yahudi dibandingkan ras lain dan kepada ras Yahudilah semua manusia mendapat berkah (lihat Al-Kitab: Kejadian, 22:18).
Ayat ini mendorong kelompok-kelompok Yahudi untuk menjadikan diri mereka sebagai "penguasa dunia". Sedangkan Konferensi Organisasi-organisasi Islam sedunia di Makkah Al-Mukarramah pada tahun 1974 memberikan rumusan mengenai zionisme sebagai suatu gerakan politik rasial yang percaya bahwa ras Yahudi adalah ras yang paling tinggi derajatnya di muka bumi. Orang lain dianggap bagai binatang yang memberikan pelayanan kepada orang-orang Yahudi. Gerakan ini mempunyai ambisi untuk menguasai seluruh dunia dengan peranantaraan satu pemerintahan dunia yang berpusat di negera yang kini dikenal dengan Israel (Munawwir, 1986:120).
Roger Garaudy membagi zionisme ke dalam dua kategori: zionisme keagamaan dan zionisme politik. Zionisme keagamaan jumlahnya sangat sedikit. Zionisme spiritual ini tidak merancang suatu kegiatan politik apapun untuk membentuk negara melalui penguasaan Palestin (Garaudy, 1988:19-20). Sedangkan zionisme politik bermula dari kedatangan orang-orang Yahudi-Arkenazim pada pertengahan abad ke-19. Selanjutnya pada tahun 1881 berdiri gerakan Chovevei Zion (Pencinta Zion). Gerakan ini melakukan pemindahan orang-orang Yahudi Arkenazim ke Palestin, terutama pada tahun 1882-1884 dan 1890-1891. Upaya pemindahan Yahudi ke Palestin juga dibiayai oleh seorang pengusaha besar Baron de Rothschild.
Sementara itu, terdapat seorang yang bernama Theodor Hertzl yang memunculkan isu Zionisme ke permukaan melalui bukunya "Der Judenstaat" pada tahun 1896. Sejak saat itu ia berusaha kewujudkan impiannya. Ia pun membentuk die welt, surat khabar Zionis untuk mendukung usaha-usahanya. Pada 29-31 Ogos 1897, dilaksanakan Kongres Zionis pertama di Basle, Swiss.
Dalam pertemuan ini hadir sekitar 197 delegasi yang terdiri dari kaum ortodoks, nasionalis, liberalis, atheis, kulturalis, sosialis, dan kapitalis. Mereka menghasilkan "Protokol Basle" yang merupakan tujuan-tujuan gerakan tersebut.
Selanjutnya, gerakan-gerakan Zionis disatukan di bawah bendera Zionist Organization. Mereka membentuk Jewish Colonial Trust, sebuah bank yang merupakan instrumen keuangan bagi organisasi Zionis. Tahun 1902 dibentuk perusahaan bagian dari Jewish Colonial Trust, yaitu Anglo-Palestine Company. Institusi lainnya ialah Jewish National Fund, yang dicetuskan oleh Hermann Schapira pada kongres pertama dan disetujui pada kongres keempat di London tahun 1900.
Sasaran Utama
Atas segala keyakinan dari program-programnya, maka gerakan zionis telah menjadikan bumi Palestin yang dipandang sebagai "tanah suci" mereka, menjadi sasarannya. Palestin dijadikan sebagai tempat kembalinya koloni Yahudi, sekaligus mewujudkan segala tujuan-tujuan Yahudi. Dengan Palestin sebagai tempat berdirinya negara zionis Israel inilah maka kaum Yahudi akan melaksanakan Messianic Mission (misi juru selamat) di dunia.
Dengan dijadikannya Palestin sebagai sasarannya tersebut merupakan suatu alasan yang kuat mengapa kaum Yahudi dalam kongres ke 6 di Basle tahun 1903, menentang usulan Perdana Menteri Inggris, Chamberlain, untuk menempati Kenya sebagai tempat orang-orang Yahudi. Hertzl menyangka yang ditawarkan oleh Chamberlain adalah Uganda, sehingga ide ini dikenal sebagai "Proposal Uganda". Kemudian pada kongres ke 7 di Basle 1905, proposal Uganda ditolak oleh para delegasi Yahudi yang hadir. Usulan lain yang ditolak adalah "Egypt Proposal" yang hendak menjadikan Mesir sebagai tempat orang-orang Yahudi (lihat Halloum, 1988: 141-142). Penolakan ini juga sebagai pembuka babak baru Zionisme sebagai suatu ideologi yang menggambarkan aktiviti politik dan praktis di Palestin.
Usaha keras kaum Yahudi di dalam mewujudkan sasaran-sasarannya tersebut diperkuat dengan dikembangkannya organisasi-organisasi transnasional yang berafiliasi pada kepentingan Yahudi. Organisasi-organisasi tersebut melakukan program-program untuk mempengaruhi dunia sekaligus sebagai media untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan Yahudi. Organisasi-organisasi transnasional yang berafiliasi pada kepentingan Yahudi tersebut jaringannya tersebar di seluruh dunia.
Interaksi Dengan Khilafah
Wilayah Palestin yang dijadikan sasaran kaum Yahudi, adalah merupakan bumi yang diperintah oleh Daulah Khilafah Turki Utsmani, yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Baginda memegang tampuk pemerintahan menggantikan Sultan Abdul Aziz yang meninggalkan kondisi negara dalam keadaan gawat seperti hutang luar negeri, parlimen yang tidak berfungsi, campur tangan kuasa asing, berbagai kepentingan Dewan Negara dan Dewan Menteri serta birokrat-birokrat yang korup. Pemerintahan Sultan Abdul Hamid II berpusat di Istanbul Turki.
Sultan Abdul Hamid II menjalankan kekuasaan dengan baik, juga sering berbicara dengan berbagai lapisan masyarakat, baik birokrat, intelektual, rakya jelata maupun dari kelompok-kelompok yang kurang disukainya (lihat Shaw, 1977:212). Kebijaksanaannya untuk mengayomi seluruh kaum Muslimin membuat ia populer. Penggalangan kekuatan kaum Muslimin dan kesetiaan mereka terhadap Sultan Abdul Hamid II ini berhasil mengurangi tekanan Eropah terhadap Uthmaniah.
Untuk mewujudkan impian para zionis membentuk suatu pemerintahan nasional Yahudi di Palestin, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk menguasai Palestin. Pertama-tama kaum Yahudi yang dimotori oleh Hertzl melalui rekannya Neolinsky mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, namun ditolak dengan keras.
Setelah dilangsungkannya kongres Zionis di Basle 1897, kembali diajukan kepada Sultan Abdul Hamid II mengenai penyerahan sebagian tanah Palestin bagi para pendatang Yahudi. Delegasi Yahudi-Zionis yang dipimpin oleh seorang tokoh zionis Utsmani bernama Carruso (Qrasu) meminta izin agar Sultan memperkenankan orang-orang Yahudi mengunjungi Palestin dan mendirikan perkampungan dekat Jerusalem dengan menawarkan keuntungan yang tidak sedikit. Mendengar tawaran ini, Sultan malah marah yang diikuti dengan semakin diperketatnya peraturan "Passport Merah" yang mempersulit keberadaan pendatang-pendatang Yahudi di Palestin.
Selain strategi langsung menemui khalifah kaum Muslimin, Sultan Abdul Hamid II, dalam menguasai Palestin, maka kaum Yahudi-Zionis juga melancarkan strategi tidak langsung yaitu melalui gerakan Freemansory yaitu gerakan Yahudi Zionis transnasional dan diplomasi Zionis di luar Uthmaniah.
Gerakan Freemansory memiliki hubungan yang sangat kuat dalam perkembangan organisasi "Ittihat ve Terrakki" (Al-Ittihat wa al-Tarraqqi; Persatuan dan Kemajuan) yang berkembang sangat pesat di Salonika Turki. Anggota-anggota Komite Persatuan dan Kemajuan dikenal dengan Turki Muda (Young Turks) yang sangat dekat dengan militer dan banyak anggota-anggotanya yang merupakan orang Yahudi (Jews) dan Cryto Jews Salonika. Untuk menjalankan roda organisasi, mereka mendapatkan sokongan keuangan dari orang-orang Dunama yaitu sekelompok orang-orang Yahudi yang masuk ke dalam agama Islam namun secara sembunyi-sembunyi tetap mempertahankan ke-Yahudi-annya (Amini, 1978:125).
Pada organisasi Komite Persatuan dan Kemajuan inilah, pemikiran-pemikiran (fikrah) Yahudi ditanamkan. Komite Persatuandan Kemajuan sesuai dengan program utamanya yang dipublikasikan, berusaha secara besar-besaran menekan Sultan Abdul Hamid II guna memberlakukan kembali perlembagaan 1879 yang dirancang oleh Midhat Pasha seorang Dunama anggota Freemason. Usaha ini berhasil sehingga Sultan Abdul Hamid II memberlakukan kembali perlembagaan 1879 dan membentuk kembali parlimen yang sudah dibubarkan. Pemberlakuan kembali perlembagaan 1879 telah menyulut kerusuhan yang terjadi pada tanggal 13 April 1909 yang menunjukkan penolakan masyarakat yang mayoritas Muslim terhadap kekuasaan Komite Persatuan dan Kemajuan sekaligus wujud kebencian terhadap Freemasonry dan terutama dari kalangan para ulama. Para ulama menilai bahwa perlembagaan 1879 dapat membawa Khilafah Uthmaniah ke arah sekularisme dan pemerkosaan terhadat syari'at Islam.
Untuk "memulihkan ketertiban", maka pejabat-pejabat militer Macedonia mengirimkan pasukan Harekat Ordusu dari Salonika. Akan tetapi pasukan yang dipimpin oleh Dunama-Freemason bernama Ramzy Bey ini malah berbalik menyerang kedudukan Sultan dan menghancurkan barikade-barikade pertahanan para penentang konstitusi. Akibat peristiwa ini kemudian dipecatnya Sultan Abdul Hamid II dari kedudukannya sebagai Sultan-Caliph oleh parlemen.
Terhadap peristiwa pemecatan ini, Sultan Abdul Hamid II menuding kelompok Yahudi sebagai pihak yang bertanggung jawab. Hal ini terungkap dalam surat Sultan Abdul Hamid II kepada salah seorang gurunya Syekh Mahmud Abu Syamad yang berbunyi:
"...Saya meninggalkan kekhalifahan bukan karena suatu sebab tertentu, melainkan karena tipu daya dengan berbagai ancaman dari tokoh-tokoh Organisasi Persatuan yang dikenal dengan sebutan Cun Turk (Jeune Turk), sehingga terpaksa saya meninggalkan kekhalifahan itu. Sebelumnya, organisasi ini telah mendesak saya berulang-ulang agar menyetujui dibentuknya sebuah negeri nasional bagi bangsa Yahudi di Palestin. Saya tetap tidak menyetujui permohonan berulang-ulang yang memalukan ini. Akhirnya mereka menjanjikan uang sebesar 150 juta pounsterling emas. Saya tetap dengan tegas menolak tawaran itu.
Saya menjawab dengan kata-kata, 'Seandainya kalian membayar dengan seluruh isi bumi ini, aku tidak akan menerima tawaran itu. Tiga puluh tahun lebih aku hidup mengabdi kepada kaum Muslimin dan kepada Islam itu sendiri. Aku tidak akan mencoreng lembaran sejarah Islam yang telah dirintis oleh nenek moyangku, para Sultan dan Khalifah Uthmaniah. Sekali lagi aku tidak akan menerima tawaran kalian.'
Setelah mendengar dan mengetahui sikap dari jawaban saya itu, mereka dengan kekuatan rahasia yang dimiliki memaksa saya menanggalkan kekhalifahan, dan mengancam akan mengasingkan saya di Salonika. Maka terpaksa saya menerima keputusan itu daripada menyetujui permintaan mereka. Saya banyak bersyukur kepada Allah, karena saya menolak untuk mencoreng Daulah Uthmaniah, dan dunia Islam pada umumnya dengan noda abadi yang diakibatkan oleh berdirinya negeri Yahudi di tanah Palestin. Biarlah semua berlalu. Saya tidak bosan-bosan mengulang rasa syukur kepada Allah Ta'ala, yang telah menyelamatkan kita dari aib besar itu. Saya rasa cukup di sini apa yang perlu saya sampaikan dan sudilah anda dan segenap ikhwan menerima salam hormat saya. Guruku yang mulia, mungkin sudah terlalu banyak yang saya sampaikan. Harapan saya, Anda beserta jama'ah yang anda bina bisa memaklumi semua itu.
Wassalamu'alaikum Wr.wb.
22 September 1909
ttd Pelayan Kaum Muslimin
(Abdul Hamid bin Abdul Majid)

(Carr, 1991:21)
Penurunan Sultan Abdul Hamid II dari kedudukannya sebagai Sultan-Caliph menandai berkuasanya Komite Persatuan dan Kemajuan secara langsung dalam pemerintahan Uthmaniah. Untuk melempangkan kekuasaannya, maka kemudian Komite Persatuan dan Kemajuan mengambil garis tegas untuk menjalankan ide Turanisme (Nasionalisme Turki) di berbagai bidang.
Strategi diplomasi Yahudi di luar Uthmaniah dilakukan dengan pendekatannya terhadap pemerintahan Inggris dan Jerman untuk menyokong usaha-usaha kaum Yahudi. Pendekatan terhadap pemerintahan Inggris menghasilkan "Deklarasi Balfour" yang berisi persetujuan pemerintahan Inggris untuk mendirikan negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestin dan mendukung untuk tercapainya usaha tersebut. Deklarasi Balfour inilah yang merupakan titik kunci permasalahan Palestin hingga kini.
Khilafah Uthmaniyah Runtuh
Dimulai dari kekalahan Uthmaniah dalam Peperangan Dunia I yang ditandai dengan masuknya pasukan Inggris ke Istanbul dan menguasai pemerintahan. Mustafa Kamal adalah anggota Freemason yang menjadi salah seorang pimpinan pasukan Uthmaniah yang ditugas menghadang gerak laju sekutu di Anatolia, akhirnya mempengaruhi dan mengumpulkan massa untuk memberontak terhadap kekuasaan Khalifah di Istanbul.
Dengan berbagai taktik dan strategi akhirnya Mustafa Kamal membentuk parlimen baru yaitu Majlis Raya Nasional pada tanggal 19 Maret 1920. Selanjutnya Kamal mempelopori Majlis untuk membentuk negara baru yaitu negara nasional Turki.
Kemenangan pasukan Kamal menghalau pasukan sekutu yang diikuti dengan gencatan senjata dan perundingan pada tanggal 3-11 Oktober 1922 semakin memperkokoh posisi Kamal.
Tanggal 1 November 1922, Majlis Raya Nasional mengundangkan peraturan baru yang memisahkan antara kesultanan dan kekhalifahan. Pengundangan peraturan baru berakibat dibubarkannya seluruh perangkat negara Uthmaniah dan Istanbul secara administratif dikuasai oleh Majlis Raya Nasional. Selanjutnya tanggal 4 November 1922 kabinet Taufiq Pasha di Istanbul mengundurkan diri dari jabatannya dan diperintahkan untuk menghentikan kegiatannya. Sultan Muhammad VI Wahiduddin saat itu merasa dalam bahaya akhirnya mengasingkan diri ke Malta. Majlis memilih Abdul Majid II bin Abdul Aziz sebagai penggantinya yang dibai'at oleh kaum Muslimin sedunia. Sementara itu, pada tanggal 21 November terjadi perjanjian antara Inggris dan Turki untuk membahas penyelesaian masalah Turki. Dalam kesempatan tersebut Inggris mengajukan syarat-syarat agar pasukannya dapat ditarik dari wilayah Turki, yang dikenal dengan "pernyataan Curzon", yaitu:
  1. Turki harus menghapuskan Khilafah Islamiyah serta mengusir khalifahnya dan menyita semua harta kekayaannya.
  2. Turki harus berjanji untuk menghalangi setiap gerakan yang membela kekhalifahan.
  3. Turki harus memutuskan hubungannya dengan dunia Islam.
  4. Turki harus menerapkan hukum sipil sebagai pengganti hukum Daulat Uthmaniah yang bersumberkan Islam.
Persyaratan tersebut diterima oleh Mustafa Kamal dan perjanjian ditandatangani pada tanggal 24 Juli 1923. Akhirnya melalui perdebatan alot dan tekanan pada tanggal 3 Maret 1924, Majlis Raya Nasional menghapus jabatan Khalifah dan khalifahnya saat itu Sultan Abdul Majid II diusir keluar negeri. Penghapusan khilafah ini kemudian diikuti dengan pemberangusan segala unsur Islam dalam masyarakat. Dari mulai penutupan dan pengalihfungsian masjid-masjid, pelarangan penggunaan bahasa Arab, tulisan Arab dan pakaian Muslim sampai penghapusan Mahkamah Syari'at dan perubahan penanggalan Masehi. Tindakan ini memutuskan Turki dari masa lalunya yang dilandasi Islam dan memutuskannya dari Dunia Islam. Dengan demikian berakhirlah Khilafah Islam yang telah dipertahankan selama 13 abad, dan berakhir pula kekuasaan Uthmaniah yang berlangsung sekitar 640 tahun.
Prestasi Mustafa Kamal Attaturk seorang agen Freemason Yahudi dalam menghapuskan Khilfah ini, sangat dibanggakan oleh Freemason yahudi yang disebutkan dalam Ensiklopedi Freemasonry:
"Revolusi Turki (yang dimulai) pada tahun 1918 yang diprakarsai oleh saudara yang mulia Mustafa Kamal Attaturk sangat menguntungkan rakyat, melenyapkan kekuasaan Sultan, memberantas Khilafah, menghilangkan Mahkamah Syari'at, menyingkirkan perananan agama Islam dan menghapuskan kementerian wakaf. Bukankah semua ini merupakan pembaharuan yang dikehendaki Freemasonry dalam setiap bangsa yang sedang bangkit? Siapa di antara tokoh Freemasonry yang dapat menandingi Attaturk, baik dulu maupun sekarang?" (Al-Kilany, 1992:190)
By Guido Anwar, Australia
Posting ulang : Elha - Milis Padhang Mbulan, Last Revised : undefined, NaN undefined NaN

No comments:

Post a Comment