Pages

Sunday, April 4, 2010

BERSIAP MENGHADAPI AL – MAUT


 Kita sama-sama maklum bahwa manusia akan meninggalkan dunia, dan semua manusia yang hidup di dunia ini akan memasuki alam akhirat, timbullah dua pertanyaan dalam hati kita :
Kalau kita meninggalkan dunia, apakah yang paling bailk kita tinggalkan di dunia ini ?, apakah tidak perlu ada yang kita tinggalkan di dunia ini ? seperti meninggalnya cacing ?, apakah perlu harus ada yang kita tinggalkan di dunia ini ?.Kalau toh gajah meninggalkan gading, si macan meninggalkan belang, mengapa kita sebagai manusia makhluk yang begitu mulya, tidak ada yang patut kita tinggalkan ?. Kalau toh ada yang perlu kita tinggalkan, apakah yang paling baik kita tinggalkan didunia ini ?.
Dan kalau kita memasuki alam akhirat, apakah yang paling baik kita bawa kesana ?
Dua pertanyaan ini dijawab oleh Rosululloh S.A.W.
(KHOIRU MAA YUKHOLLAFUL INSAANU BA'DAHUM TSALAATSUN, WALADUN SHOLICHUN YAD'UU LAHU, WASHODAQOTUN TAJRII ABLUGHUHU AJROHA WA'ILMUN YUNTAFA'UBIHI MIN BATH).
Bersabda Rosululloh S.A. W.:
"Sebaik-baik sesuatu yang ditingalkan manusia setelah ia meninggal  dunia, adalah tiga macam :
1-Anak yang sholih, yang mereka mau mendo'akan kepadanya (tentang ampunan dan keselamalan orang tuanya).
2-Shodaqoh, yang mengalir kebaikannya sampai kepadanya. 
3-Ilmu yang di ambil manfa'atnya bagi orang yang ke syurga.
Hanya tiga macam inilah peninggalan manusia yang paling utama, paling baik, paling bernilai,INDALLOH didunia ini.
1.WALADUN SHOLIHUN adalah generasi yang baik, baik terhadap dirinya sendiri, baik terhadap orang tuanya, baik terhadap keluarganya,baik terhadap masyarakatnya, baik terhadap bangsanya, baik terhadap tanah airnya, baik terhadap negaranya, baik terhadap agamanya. Itulah peninggalan pertama yang paling baik.
2.SHODAQOH JARIYYAH mentasarrufkan, mengorbankan, menafkahkan sebagian hak harta bendanya untuk kebaikan, untuk kemaslahatan umum, boleh untuk bangunan masjid, untuk musholla, untuk madrosah, panti-panti asuhan, tempat-tempat umum yang bertujuan baik INDALLOH. Harta benda kita sebagian kita transfer ditempat-tempat tersebut, dari situlah naik menerobos sampai ke alam akhirat.
3.ILMUN YUNTAFA'UBIHI ilmu yang diambil manfa'atnya oleh generasi yang akan datang terus menerus sambung bersambung.
Alangkah bahagianya, alangkah ni'matnya di alam akhirat bagi orang yang meninggal dunia meninggalkan salah satu peninggalan tersebut, apalagi sampai dapat meninggalkan tiga macam tersebut.
Sebaliknya alangkah besar derita yang disandang manusia di alam akhlrat yang tidak mempunyai salah satu dari peninggalan tersebut.
Jawaban Rosululloh yang ke dua, apakah yang paling baik kita bawa untuk memasuki alam baqo', setelah kita meninggalkan alam fana'?
jawaban Rosululloh :
QOOLA ROSUULULLOH S.A.W. :
KHOIRUZ ZAADIT TAQWAA.
Bersabda Rosululloh S.A. W :
" Sebaik-baik bekal untuk akhirat adalah Taqwa.
Oleh sebab taqwa inilah sebaik-baik bekal untuk hidup di akhirat maka ajakan TAQWALLOH itu menjadi rukun khutbah bagi khutbah jum'at, khutbah ledul fitri, khutbah ledul ad'ha, atau khotbah nikah yang tanpa ada ajakan taqwalloh hukumnya tidak sah.
Selanjutnya bagaimanakah sikap kita terhadap dua jawaban itu?, ini yang paling panting!, setelah kita mendapatkan dua jawaban dari Rosululloh, bagaimana sikap kita ?
Bagi orang yang betul-betul ingin bahagia di alam akhirat, kita ucapkan ALHAMDULILLAH terhadap Alloh dan Rosululloh, bersyukur kepada Alloh dan Rosululloh, telah kita dapati jawaban yang HAQ, Kemudian tiap jawabanitu kita realisasikan, kita aktualkan didalam diri kita masing-masing melalui jalan ilmu dan amal, yang ilmu dan amal itu keduanya kita peroleh dari petunjulk Al Qur'an dan Hadits nabi Muhammad S.A.W.
Diantara usaha untuk mencapai taqwalloh dalam Al Qur'an disebutkan yaitu puasa di dalam bulan Romadhon, tersebut dalam Al Qur'an :
 ( YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUU KUTIBA ALAIKUMUS SHIYAAMU KAMAA KUTIBA 'ALAL LADZINA MIN QOBLIKUM LA'ALLAKUM TATTAQUUN ).
" Wahai orang-orang yang beriman! telah diwajibkan atas kamu puasa (yakni Romadhon) sebagaimana telah diwajibkan atas orang orang sebelum kamu, agar kamu mencapai tingkat taqwalloh.”
Kita diberi kesempatan oleh Alloh Ta'ala dipertemukan dengan SAYYIDIS SYUHUR dipertemukan dengan bulan Romadhon, kita diberi kesempatan umur kita dipertemukan dengan bulan Al Qur'an, dipertemukan dengan bulannya Alloh, dipertemukan dengan bulan bi'tsah Rosululloh, dipertemukan dengan bulan barokah, dipertemukan dengan bulan rohmat.
Didalam bulan Romadhon itu diberi kesempatan untuk mencapai tingkat taqwalloh  engan jalan melaksanakan puasa Romadhon satu bulan penuh. sebagai orang yang tahu nilai hidup, tidaklah patut membiarkan kesempatan itu dengan menyia-nyiakannya,  menyia-nyiakan diri kita masing-masing, tidaklah wajar mendholimi diri kita dengan tidak memanfa'atkan kesempatan dibulan Romadhon untuk ibadah kepada Alloh dengan sebaik-baiknya. Apakah nilai hidup ini kalau tidak  terisi dengan taqwalloh, hidup tanpa isi  taqwalloh bagi Alloh tidak ada apa-apanya, tidak ada nilainya, kosong. 
Apa artinya hidup berpuluh-puluh tahun, beratus-ratus tahun, apabila tidak terisi taqwalloh?, hidup yang kosong dari taqwalloh itu tak ada artinya sama sekali. Apakah makna hidup ini sejak lahir sampai wafat?, apa maknanya bagi Alloh apabila tidak terisi taqwa dalam roh kita? tidak ada maknanya,tidak ada artinya, tidak ada nilainya INDALLOH.
Wal hasil, bagi Alloh Ta'ala hidup yang tanpa ada isinya taqwalloh walaupun seribu tahun, adalah hidup yang tak ada artinya, tidak mempunyai arti apa-apa, hidup yang tidak ada maknanya, hidup yang merana, hidup yang sia-sia, hidup yang tak bemilai sama sekali
Shohabat Abu Bakar Shiddiq R.A. menerangkan dalam kitab "AYYUHAL WALAD" yang dinukil oleh hujjatul islam Imam Ghozali R.A. Kata Abu Bakar Shiddiq : "Hidup yang di dalamnya tak ada taqwalloh hanya merupakan kandang, yang didalamnya hanya berisi hayawan dan makanannya dan kotoran-kotoran hayawan yang dimakan."
Rasakanlah, fikirkanlah apa yang dikatakan Shohabat Abu Bakar yang dinukil oleh Imam Ghozali tersebut, dari luar tampaknya bentuk manusia yang bagus, akan tetapi hakekatnya hanyalah kandang hayawan yang numpuk kotorannya didalamnya, mungkin ada hayawan kerbau, hayawan sapi, macan, anjing, babi, dan lain-lainnya.
(ULAAIKA KAL AN'AM) bisakah bagi orang yang berfikir waras hidup seperti itu bernilai? tak ada, tidak mungkin.
Untuk dapat meninggalkan anak yang sholeh, haruslah kita mewariskan sesuatu yang paling baik kepada anak kita.
Apakah warisan yang paling baik yang perlu kita wariskan kepada anak kita?, apakah warisan harta benda?, apakah warisan kedudukan?, apakah warisan pengikut banyak?, apakah warisan nama baik?, itu semuanya orang yang tidak beragama pun bisa mengatakan demikian, tapi kita ini orang yang beragama, terutama beragama Islam tentulah masalah warisan yang paling baik kita tinggalkan kepada anak cucu kita itu, harus mengikuti apa yang dikatakan oleh Rosululloh.
Apakah warisan itu? Rosulullloh memberi keterangan
( MAA NAHALA WAALIDUN WALADAHU AFDLOLU MIN ADABIN HASANIN ).
“ Tiadalah warisan orang tua yang paling baik kepada anaknya yang melebihi warisan, yang di namakan ADABIN HASANIN. "
ADABIN ) Toto kromo. ( HASANIN ) yang baik. 
Itulah warisan yang paling baik.
( ADABIN HASANIN 'ILALLOH ) - Tata krama sebagai hamba, harus mempunyai tata krama yang baik kepada Alloh.
( ADABIN HASANIN ILARROSUL) -  Tate krama yang baik kepada Rosul.
( ADABIN HASANIN ILADDIIINIHI ) - Tata krama baik terhadap agamanya sendiri, (jangan dicemarkan agamanya, jangan dirobek-robek, jangan dinodai, itulah orang yang beradab hasan terhadap agama).
( ADABIN HASANIN ILAA WAALIDAIHI) - Tata krama yang baik terhadap orang tuanya.
( ADABIN HASANIN ILAA NAFSIHI) - Tata krama yang baik terhadap dirinya sendiri, (fikiran tidak disia-siakan, perasaan tidak disia-siakan, dirinya adalah berlian yang hidup haruslah dimanfa'atkan bukan malah didholimi, diinjak-injak, malah dibenamkan dalam lumpur kedholiman dan kekufuran, itu orang yang tidak adab, tidak beradab terhadap ditinya sendiri),
( ADABIN HASANIN ILAA AALIHI) - Harus mempunyai tata krama yang baik kepada keluarganya.
( ADABIN HASANIN ILAA MA'AASYIRIHI ) - Tata krama yang baik terhadap masyarakatnya.
( ADABIN HASANIN ILAA WATHONIHI) - Adab yang baik terhadap tanah aimya.
( ADABIN HASANIN ILANNAAS) - Tata krama yang baik terhadap sesama manusia.
Itulah warisan yang paling baik tehadap anak-anak kita.
Kalau toh kita itu ingin anak-anak kita itu menjadi WALADUN SHOLIH kecuali kalau tidak, kalau ingin menjadi anak yang sholeh harus usaha bagaimana anak kita itu bisa menjadi anak yang ADABIN HASANIN ILALLOH, ILARROSUL, ILADDIN, ILAA WAALIDAINI, dan sebagainya.
Sumber : Khutbah Jum'at

No comments:

Post a Comment