Pages

Wednesday, April 7, 2010

Ajaran sesat dalam berbagai agama



[sunting]Islam

Ajaran sesat atau bidaah dalam agama Islam bererti sebuah perbuatan yang tidak pernah diperintahkan mahupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW tetapi banyak dilakukan oleh masyarakat sekarang ini. Hukum dari bidaah ini adalah haram. Perbuatan dimaksud ialah perbuatan baru atau penambahan dalam hubungannya dengan peribadatan dalam erti sempit (ibadah mahdhah), yaitu ibadah yang tertentu syarat dan rukunnya.
Secara mudahnya juga,Ajaran sesat juga boleh ditakrifkan sebagai ajaran yang baharu muncul dikalangan masyarakat yang berpunca dari suatu iktikad penafsiran yang salah dari aspek Aqidah(Tauhid),Fiqh,hukum-hakam syarie dan juga akhlak oleh orang dan golongan yang tidak bertanggungjawab samaada niatnya baik,atau jahat atau tidak disengajakan sehinggakan ia mengkehendaki agar ajaran yang ditafsirkannya itu diterima umum dan segenap lapisan masyarakat.Selalunya ajaran sesat terjadinya bermula dari orang yang merasakan dirinya layak untuk menafsir nas-nas Al-Quran dan al-Hadis secara suka hati(membabi buta)demi kepentingan peribadi dan sesuatu perkara yang lain.Ia juga turut mengishtiharkan yang segala ajaran baharunya itu diterima dan disahkan kemasyhurannya oleh Allah dan malaikat.Dalam Islam,apa-apa ajaran baharu yang lahir selepas kemunculan ajaran Islam oleh Nabi Muhammad yang muncul tanpa selari dengan hikmah syariah Islamiah yang asli adalah dikira sesat dan terbatal.Pengikut pada ajaran baru itu boleh dianggap kafir dan murtad akan keimanannya. Selalunya ajaran sesat yang muncul dalam pengamatan Islam adalah ajaran yang kebanyakannya diasaskan oleh mereka yang sebelumnya adalah Muslim tetapi telah keluar dari Islam(murtad) kerana cetek akan keilmuan dan keimanannya kepada Allah dan seterusnya mencipta ajaran baharu yang mempunyai saduran dari ajaran Islam serta ditokok-tambah dan senantiasa dipermudahkan hukum pelaksanaannya.
Pemakaian kata tersebut di antaranya ada pada :
Firman Allah ta’ala : بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ ” (Dialah Allah) Pencipta langit dan bumi.” (Q.s.2:117) Firman Allah ta’ala : قُلْ مَا كُنتُ بِدْعاً مِّنْ الرُّسُلِ ” Katakanlah (hai Muhammad), “ Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (Q.s:46:9) Perkataan اِبتدع فلانٌ بدعة Maknanya: Dia telah merintis suatu cara yang belum pernah ada yang mendahuluinya. Perkataan هذاأمرٌبديعٌ Maknanya: sesuatu yang dianggap baik yang kebaikannya belum pernah ada yang menyerupai sebelumnya.
Dari makna bahasa seperti itulah pengertian bid’ah diambil oleh para Ulama. Jadi membuat cara-cara baru dengan tujuan agar orang lain mengikuti disebut bid’ah (dalam segi bahasa). Sesuatu perkerjaan yang sebelumnya belum perna dikerjakan orang juga disebut bid’ah (dalam segi bahasa). Terlebih lagi suatu perkara yang disandarkan pada urusan ibadah (agama) tanpa adanya dalil syar’ie (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan tidak ada contohnya (tidak ditemukan perkara tersebut) pada jaman Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam maka inilah makna bid’ah sesungguhnya. Secara umum, bid'ah bermakna melawan ajaran asli suatu agama (artinya mencipta sesuatu yang baru dan disandarkan pada perkara agama/ibadah).
Para Ulama [1] salaf telah memberikan beberapa definisi bidaah. Definisi-definisi ini memiliki lafadl-lafadlnya berbeda-beda namun sebenarnya memiliki kandungan makna yang sama.
Syeikh ul Islam Ibnu Taimiyah,Bidaah dalam agama adalah perkara yang dianggap wajib mahupun sunnah namun yang Allah dan rasul-Nya tidak syariatkan. Adapun apa-apa yang Ia perintahkan baik perkara wajib maupun sunnah maka harus diketahui dengan dalil-dalil syariat.
Imam Syathibi, bida'ah dalam agama adalah Satu jalan dalam agama yang diciptakan menyamai syariat yang diniatkan dengan menempuhnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah.
Ibnu Rajab, Bidaah adalah mengada-adakan suatu perkara yang tidak ada asalnya dalam syariat. Jika perkara-perkara baru tersebut bukan pada syariat maka bukanlah bidah, walaupun bisa dikatakan bidah secara bahasa
Imam as-Suyuthi, beliau berkata, Bidah adalah sebuah ungkapan tentang perbuatan yang menentang syariat dengan suatu perselisihan atau suatu perbuatan yang menyebabkan menambah dan mengurangi ajaran syariat.
Dengan memperhatikan definisi-definisi ini akan nampak tanda-tanda yang mendasar bagi batasan bidah secara syariat yang dapat dimunculkan ke dalam beberapa point di bawah ini :
Bahwa bidah adalah mengadakan suatu perkara yang baru dalam agama. Adapun mengadakan suatu perkara yang tidak diniatkan untuk agama tetapi semata diniatkan untuk terealisasinya maslahat duniawi seperti mengadakan perindustrian dan alat-alat sekedar untuk mendapatkan kemaslahatan manusia yang bersifat duniawi tidak dinamakan bidaah. Bahwa bidah tidak mempunyai dasar yang ditunjukkan syariat. Adapun apa yang ditunjukkan oleh kaidah-kaidah syariat bukanlah bidah, walupun tidak ditentukan oleh nash secara khusus. Misalnya adalah apa yang bisa kita lihat sekarang: orang yang membuat alat-alat perang seperti kapal terbang,roket, tank atau selain itu dari sarana-sarana perang modern yang diniatkan untuk mempersiapkan perang melawan orang-orang kafir dan membela kaum muslimin maka perbuatannya bukanlah bidah. Bersamaan dengan itu syariat tidak memberikan nash tertentu dan rasulullah tidak mempergunakan senjata itu ketika bertempur melawan orang-orang kafir. Namun demikian pembuatan alat-alat seperti itu masuk ke dalam keumuman firman Allah Taala,Dan persiapkanlah oleh kalian untuk mereka (musuh-musuh) kekuatan yang kamu sanggupi.Demikian pula perbuatan-perbuatan lainnya. Maka setiap apa-apa yang mempunyai asal dalam sariat termasuk bagian dari syariat bukan perkara bidaah.
Bahawa bidaah semuanya tercela (hadis Al 'Irbadh bin Sariyah dishahihkan oleh syaikh Al-Albani di dalam Ash Shahiihah no.937 dan al Irwa no.2455) Bahwa bidaah dalam agama terkadang menambah dan terkadang mengurangi syariat sebagaimana yang dikatakan oleh Suyuthi di samping dibutuhkan pembatasan yaitu apakah motivasi adanya penambahan itu agama. Adapun bila motivasi penambahan selain agama, bukanlah bidah. Contohnya meninggalkan perkara wajib tanpa udzur, maka perbuatan ini adalah tindakan maksiat bukan bidah. Demikian juga meninggalkan satu amalan sunnah tidak dinamakan bidah. Masalah ini akan diterangkan nanti dengan beberapa contohnya ketika membahas pembagian bidah. InsyaAllah. Bidah merupakan pelanggaran yang sangat besar dari sisi melampaui batasan-batasan hukum Allah dalam membuat syariat, karena sangatlah jelas bahwa hal ini menyalahi dalam meyakini kesempurnaan syariat.Menuduh Rasulullah Muhammad SAW menghianati risalah, menuduh bahwa syariat Islam masih kurang dan membutuhkan tambahan serta belum sempurna. Jadi secara umum dapat diketahui bahwa semua bid'ah dalam perkara ibadah/agama adalah haram atau dilarang sesuai kaedah ushul fiqih bahwa hukum asal ibadah adalah haram kecuali bila ada perintah dan tidaklah tepat pula penggunaan istilah bid'ah hasanah jika dikaitkan dengan ibadah atau agama sebagaimana pandangan orang banyak, namun masih relevan jika dikaitkan dengan hal-hal baru selama itu berupa urusan keduniawian murni misal dulu orang berpergian dengan unta sekarang dengan mobil, maka mobil ini adalah bid'ah namun bid'ah secara bahasa bukan definisi bid'ah secara istilah syariat dan contoh penggunaan sendok makan, mobil, mikrofon, pesawat terbang pada masa kini yang dulunya tidak ada inilah yang hakekatnya bid'ah hasanah. Dan contoh-contoh perkara ini tiada lain merupakan bagian dari perkara Ijtihadiyah.

No comments:

Post a Comment