Pages

Wednesday, March 31, 2010

Surat Al-Ikhlash Memurnikan Tauhid



Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. [QS. Al-Ikhlash]
Asbabun Nuzul
Dalam riwayat Abu Syaikh dari Aban dengan sanad Anas, mengatakan bahwa kaum Yahudi Khaibar menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Hai Abul Qosim! Allah telah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah liat, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap/kabut dan bumi dari buih air. Sekarang, coba jelaskan kepada kami tentang Tuhanmu.” Maka turunlah surat Al-Ikhlash untuk menanggapi pertanyaan mereka.
Demikianlah kaum Yahudi menguji para nabi. Nabi Isa pun sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari kaum Yahudi. Sebagian kaum Yahudi pergi dan menetap di Arab setelah mereka menemukan nubuat dalam kitab mereka tentang Nabi akhir zaman. Dari generasi ke generasi mereka menanti dan berharap bahwa Nabi akhir zaman itu dari kalangan Yahudi yang tinggal di Arab. Namun ternyata, Nabi itu berasal dari saudara bani Israil, yaitu bani Ismail. Genaplah berita tentang pangeran dari Kedar yang menjadi Tuan Manusia, Sayyidun Naas, Sayyidinaa Muhammad.
Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa diantara kaum Yahudi itu adalah Ka’ab bin Asyraf dan Hay bin Akhthob. Ini diterangkan juga oleh Ibnu Jabir yang diperoleh dari Qatadah dan Ibnu Mundzir yang besanad pada Said bin Jubir.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa surat ini turun berkenaan pertanyaan kaum musyrikin tentang sifat-sifat Allah. Intinya, surat Al-Ikhlash turun berkenaan pertanyaan kaum yang ingkar (bisa Yahudi atau musyrikin Makkah) mengenai sifat-sifat Tuhan.
Huwa Allohu Ahad
Ayat pertama memerintahkan Nabi Muhammad dan ummat Islam yang ditanya tentang sifat-sifat Allah agar menjawab bahwa Allah itu Esa, Tunggal, Satu, Ahad. Allah tidak bisa dibagi-bagi menjadi beberapa pribadi atau pun oknum. Allah tidak mempunyai sekutu.
Allah Tempat Bergantung
Allah tidak membutuhkan makhluq-Nya. Allah Mahamandiri. Justeru makhluq itulah yang membutuhkan Allah. Dari manakah kekuatan kita? Dari manakah roh kita? Dari manakah makanan kita? Segala kekuatan, kehidupan, dan anugerah itu berasal dari Allah. Bahkan Nabi Isa yang dianggap sebagai tuhan oleh sebagian manusia pun mengakui bahwa segala pengetahuan, kekuatan dan hidupnya berasal dari Allah. Sesungguhnya kita ini milik Allah, dan kepada-Nya kita akan kembali.
Allah tidak membutuhkan makhluq-Nya untuk hidup. Allah itu Hidup dengan mandiri. Hidup-Nya bukan berasal dari yang lain. Sedangkan kita, mau tidak mau, akan menyerahkan nyawa kita kepada-Nya.
Tidak Melahirkan, Tidak Dilahirkan
Adam, manusia pertama, dicipta tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa dilahirkan. Tetapi Adam mengalami kematian (mortalitas). Untuk terus melestarikan eksistensi manusia diperlukan reproduksi. Maka berkembang-biaklah manusia. Hingga saat ini, ras manusia tetap eksis melalui kelahiran.
Allah Mahamandiri. QiyamuHu Ta’ala bi nafsiHi. Allah Ada tanpa diciptakan dan tanpa dilahirkan. Allah tidak mengalami kematian. Allah itu Baqa. Dia tidak perlu melahirkan untuk tetap eksis dan lestari. Maka segala yang dilahirkan atau melahirkan, yang diciptakan atau dijadikan, yang mengalami kematian atau kepunahan, semua itu tidak layak dianggap Tuhan.
Tiada yang Setara Dengan-Nya
Tidak satupun yang setara dengan Allah. Tidak satupun yang serupa dengan Allah. Allah Ada tanpa dilahirkan, tanpa diciptakan. Allah tidak pergi ke pasar, tidak pula membutuhkan makanan. Allah tidak merasa lelah, tidak pula Dia tidur. Allah selalu Hidup dan tidak mati. Katakanlah padaku, adakah Substansi seperti ini selain Allah? Bersaksilah bahwa Anda memilih Allah saja sebagai Ilah! Bersaksilah bahwa tidak ada yang pantas disembah, kecuali Allah!
Baca juga:
Tuhankah Yesus
Menanggapi KristenDavid Servetus on 20 Apr 2008

Tuhankah Yesus?

Banyak sosok di dunia ini yang dianggap sebagai ilah, tuhan yang disembah. Benarkah mereka semua adalah ilah? Atau hanya ada satu Ilah yang benar? Kali ini kita kaji tentang Yesus. Apakah Yesus itu adalah ilah yang benar? Benarkah bahwa Yesus itu adalah ilah yang esa?
Yesus akan tetap dapat mereka akui sebagai Ilah, kecuali ada hal-hal yang membatalkannya. Misalnya, dalam suatu kesempatan, Yesus menolak dirinya disebut sebagai ilah yang esa.
Mengapa kau sebut aku sebagai yang baik? Tidak ada yang baik kecuali satu, yaitu Allah. (Lukas 18:19)
Dalam ayat itu, Yesus menegaskan bahwa tidak ada yang baik kecuali Allah. Maka jangan sebut Yesus sebagai yang baik, karena Yesus bukanlah Allah. Ini sungguh jelas dan mudah dipahami.
Ada indikasi bahwa orang-orang di masa Yesus membedakan Yesus dan Allah. Yesus dan Allah bukanlah satu entitas, bukan satu pribadi, bukan satu substansi, atau apa pun namanya.
Yesus bertambah besar hikmahnya dan bertambah dewasa, serta makin disukai Allah dan manusia. (Lukas 2:52)
Manusia itu banyak. Manusia yang satu bisa menyukai manusia lainnya. Tetapi Allah, mungkinkah Dia menyukai Allah yang lainnya? Agak sulit untuk mengatakan bahwa dalam alam pemikirannya, Lukas menyangka bahwa Yesus adalah Allah. Adalah konyol jika Anda berkata ‘tidak ada yang mustahil bagi Allah’ dalam hal ini. Lukas jelas menganggap bahwa Yesus bukanlah Allah. Mungkin hanya Paulus yang beranggapan bahwa Yesus adalah Tuhan seperti dalam Injil gnostiknya.
Aku datang bukan atas kehendakku sendiri, melainkan Dialah yang mengutusku. (Yohanes 8:42)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Yesus datang bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi atas kehendak Allah. Jika Yesus adalah Allah, dan Yesus datang atas kehendak Allah, harusnya dia mengaku bahwa dia datang atas kehendaknya sendiri, karena dirinya adalah Allah. Tetapi karena Yesus bukanlah Allah, dan Yohanes tahu itu, maka Yesus berkata, “Aku datang bukan atas kehendakku sendiri. Tetapi Allah itulah yang berkehendak mengutusku.” Yesus adalah utusan atau rasul Allah, bukan Allah itu sendiri.
Dalam ayat lain, Yesus mengaku sama dengan Yohanes pembaptis. Sebagaimana Yohanes datang dari Allah sebagai utusan Allah, begitu juga Yesus datang dari Allah sebagai utusan Allah. Sebagai utusan Allah, Yesus mempunyai kuasa/wewenang yang sama dengan Yohanes, dan tidak sama dengan Allah. Allah lebih besar dan lebih berkuasa daripada Yesus. Allah bisa menyuruh Yesus, karena Yesus memang pesuruh Allah. Tetapi Yesus hanya boleh meminta kepada Allah, dan bukan menyuruh Allah.
Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadanya untuk memberi kekuatan kepadanya. (Lukas 22:43)
Malaikat menguatkan Yesus. Tuhankah dia yang memerlukan makhluqnya? Begitu bodohkah Lukas hingga menganggap Yesus sebagai Allah? Hanya orang pagan yang menganggap Yesus sebagai Tuhan.
Semua Nabi Allah paham, bahwa Allah tidak bertuhan. Karena Allah itulah Tuhan. Allah tidak menyembah sesuatu apa pun. Allah tidak bersujud kepada sesuatu. Tetapi Yesus mempunyai Allah, yang kepada Allah dia bersujud dan berdoa.
Aku akan pergi kepada Bapaku dan Bapamu, kepada Allahku dan Allahmu. (Yohanes 20: 17)
Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (Matius 12:29)
Yesus berkata, “Ilahku dan Ilahmu,” atau “Ilah kita.” Ya, Yesus menyembah sesuatu. Sedangkan Tuhan tidak menyembah sesuatu. Maka Yesus bukan Tuhan.
Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? (Matius 27:46)
Dia memanggil Allahnya. Dia memanggil yang disembahnya. Dia memanggil Allah Israel, Allah nenek moyangnya. Maka Yesus bukanlah Tuhan.
Pada waktu itu, pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa. Semalam penuh ia berdoa kepada Allah. (Lukas 6:12)
Tuhankah dia yang berdoa kepada Allahnya? Yesus adalah hamba Allah, bukan Tuhan.
Sepanjang hidupnya di dunia, ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang esa, yang sanggup menyelamatkannya dari maut, dan karena kesalehannya, ia telah didengarkan. (Ibrani 6:7)
Ayat yang menarik. Sepanjang hidupnya, Yesus menyembah Allah setulus hati, tanpa menyekutukan Allah. Yesus tidak pernah memohon kepada ilah-ilah palsu. Dia hanya memohon dan mengadukan perihalnya kepada Allah saja. Yesus, hamba Allah yang shalih.
Yesus yaqin bahwa hanya Allah yang dapat menyelamatkannya. Dan Allah menjawab doa Yesus. Allah menyelamatkannya. Sungguh berbeda dengan Injil gnostik Paulus. Yesus diselamatkan Allah dari maut. Yesus belum mati. Maka sia-sialah segala perbuatan orang-orang Kristen. Sia-sialah segala doktrin mereka. Karena nyatanya, Allah menyelamatkan Yesus. Yesus tidak mati di tiang salib. Gugurlah segala pengakuan Paulus dan para pengikutnya yang mengatakan bahwa Yesus mati di tiang salib untuk menebus dosa mereka.
Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. (Markus 5:30-32)
Walau Yesus telah memperlihatkan mu’jizat, tetapi segala mu’jizat itu bukan dari dirinya sendiri, melainkan anugerah dari Allah. Dan tetap saja, Yesus bukanlah Yang Mahatahu tanpa diberi-tahu. Yesus bukanlah Tuhan.
Akhirnya, Yesus yang mengetahui dirinya adalah utusan Allah pun mengakui bahwa tidak ada yang pantas disembah kecuali Allah yang esa, dan mengakui bahwa dirinya adalah hamba dan utusan Allah. Yesus bukanlah Tuhan.
Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yohanes 17:3)
Menanggapi KristenDavid Servetus on 16 Apr 2008

Perjanjian Allah dengan Ibrahim

Tuhan telah berjanji kepada Ibrahim sebelum Ibrahim mempunyai keturunan. Dalam kitab Kejadian 12:2-3 dikatakan:
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Dari pernikahannya dengan Sarah, Nabi Ibrahim belum juga dikaruniai anak hingga lanjut usianya. Kemudian Sarah memberikan budaknya kepada Ibrahim untuk dijadikan istri, namanya Hajar. Lalu Hajar pun mengandung dan melahirkan anak. Anak itu diberi nama Ismail, sesuai yang dikatakan malaikat kepadanya, yang berarti Allah Mendengar. Allah Mendengar doa Ibrahim agar dikaruniai keturunan yang akan meneruskan da’wahnya. Dan Allah berjanji akan memberinya keturunan yang akan menjadi bangsa yang besar. Janji Allah itu tergenapi dengan lahirnya Ismail.
Maka jelaslah, bahwa Ismail adalah anak yang dinubuatkan dan akan menurunkan suatu bangsa yang besar. Dalam kitab Kejadian 21:20 dikatakan bahwa Tuhan menyertai anak itu. Ismail adalah anak sulung Ibrahim yang sangat penting. Ini sesuai dengan Alkitab. Dalam tradisi Ibrani, anak sulung mempunyai porsi dua kali lipat dalam hal kehormatan dan juga warisan (Kel. 21:15-17), dan hak tersebut tidak bisa diubah oleh status Ibunya. Anak sulung merupakan simbol kekuatan ayahnya.
Selama 14 tahun, Ismail menjadi anak tunggal Ibrahim. Kemudian, isteri pertama Ibrahim, Sarah, melahirkan anak, Ishak (Kej. 21:1-5).
Nasrani dan Yahudi beranggapan bahwa janji Tuhan hanya untuk Ishak dengan didasarkan pada beberapa ayat seperti Kejadian 17:21 dan 21:12. Muncullah pemikiran menarik. Mungkinkah penulis Kejadian memasukkan pernyataan seperti itu untuk keuntungan klannya sendiri sebagai bani Israil? Ketika dua ayat tadi diuji, yaitu dibandingkan dengan ayat-ayat lain dari kitab yang sama, menjadi jelaslah bahwa Ismail juga termasuk dalam perjanjian itu. Perjanjian itu dibuat sebelum Ibrahim mempunyai satu anak pun. Dan perjanjian itu disinggung kembali setelah Ismail lahir dalam Kejadian 17:4. Lebih dari itu, Ismail juga diberkati dengan istimewa dan tentunya diikutkan dalam janji Tuhan. Misalnya dalam Kejadian 21:13 dikatakan:
“Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena ia pun anakmu.”
Janji di atas dikonfirmasi ulang pada beberapa ayat berikutnya:
“Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.” (Kejadian 21:18)
Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah.” (Kejadian 21:20)
Ketika Tuhan bicara tentang kebesaran, hal itu tidak selalu berhubungan dengan jumlah. Kehebatan di sini bisa ditemukan dalam keimanan, warisan ruhaniyah dan kepemimpinan religius.
Hal-hal yang juga mengherankan adalah mengapa menurut nasrani dan yahudi hanya satu anak saja yang dimaksud dalam perjanjian? Mengapa tidak keduanya? Keadilan macam apa yang menghapus hak anak sulung hanya untuk menyenangkan keegoisan Sarah dan kecemburuannya? Apakah Sarah juga mendiktekan hasratnya kepada Tuhan?
Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.” (Kejadian 21:10)
Hal itu dinyatakan setelah Ishak disapih. Biasanya orang Ibrani disapih pada umur 2-3 tahun. Maka keesokan paginya, Abraham memberi kepada Hajar makanan dan sebuah kantong kulit berisi air untuk bekal di jalan. Ia meletakkan anak itu pada punggung Hajar, dan menyuruh wanita itu pergi. Lalu berangkatlah Hajar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. Ketika air bekalnya habis, Hajar meletakkan anaknya di bawah semak, lalu duduk kira-kira seratus meter dari tempat itu. Katanya dalam hati, “Saya tidak tahan melihat anak saya mati.” Lalu menangislah anak itu. Allah mendengar suara Ismail, dan dari langit malaikat Allah berbicara kepada Hagar, katanya, “Apa yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut. Allah telah mendengar suara anakmu. Pergilah kepada anakmu, angkat dan tenangkanlah dia. Aku akan menjadikan keturunannya suatu bangsa yang besar. Lalu Allah membuat Hajar melihat dengan jelas, sehingga tampak olehnya sebuah sumur. Maka pergilah ia lalu mengisi kantong kulit itu dengan air, kemudian diberinya anaknya minum. Allah menyertai Ismael. Anak itu bertambah besar; ia menetap di padang gurun Paran (Arab), dan menjadi pemanah yang mahir dalam berburu. (Lihat Kejadian 21:14-20 BIS) Ismail mempunyai 12 anak, salah satu anaknya bernama Kedar.
Ismael mempunyai dua belas anak yang disebutkan di sini menurut urutan lahirnya: Nebayot, Kedar, Adbeel, Mibsam, Misyma, Duma, Masa, Hadad, Tema, Yetur, Nafis dan Kedma. Anak-anak itu menjadi bapak leluhur dua belas suku bangsa, dan desa dan perkemahan mereka disebut menurut nama-nama mereka. (Kejadian 25:13-16)
Dalam ayat-ayat di atas dijelaskan sekali lagi bahwa Allah mendengar Ismail. Sesuai namanya, Allah mendengar, Ismail. Jelaslah bahwa penamaan dari malaikat itu bukanlah suatu hal yang sembarangan, tetapi bagian dari rencana Tuhan. Dan dikatakan bahwa Allah menyertainya.
Kesamaan dengan versi Islam:
1. Ibrahim menerima janji dari Allah (QS. Al-Baqarah: 124)
2. Hajar dan Ismail pindah dari Palestina dan menetap di Paran (Arab).
3. Hajar berlari-lari mencari air untuk Ismail.
4. Tanpa diduga-duga, Hajar menemukan sumber air untuk dirinya dan Ismail.
Perbedaannya, dalam versi Islam dikatakan:
1. Hajar dan Ismail dipindahkan ke Paran atas perintah spesifik dari Allah kepada Ibrahim untuk suatu rencana Ilahiyah, bukan karena Sarah atau Ibrahim merasa sebal terhadap mereka. Bila waktunya tiba, kenabian akan dipindahkan dari bani Israil kepada bani Ismail. Hal ini sesuai dengan Matius 21:43. Tidak hanya itu, kelak, Ismail itulah yang akan membantu Nabi Ibrahim dalam membangun Ka’bah. Jelaslah bahwa Ismail ikut serta dalam perjanjian itu.
2. Hajar dan Ismail ditinggalkan di Arabia, tepatnya Makkah (Bakkah) dan bukan Bersyeba.
3. Peristiwa itu terjadi sebelum Ishak lahir dan bukan setelahnya, yaitu ketika Ismail masih bayi.
Mari Kita Analisa
Apakah Ismail dan Hajar dikirim ke padang tandus sebelum ataukah setelah Ishak lahir? Jika kita menerima versi Alkitab, kita akan menemukan sejumlah inkonsistensi dan kontradiksi. Dalam Kejadian 21:14-19, jelas digambarkan bahwa Ismail masih bayi, artinya Ishak belum dilahirkan.
Jika kita melihat Kejadian 16:16, Ibrahim berumur 86 tahun, ketika Hajar melahirkan Ismail baginya. Dan menurut Kejadian 21:5, Ibrahim berumur 100 tahun ketika Ishak lahir. Artinya, Ismail telah berumur 14 tahun ketika Ishak lahir. Menurut Kejadian 21:8-10, peristiwa itu terjadi setelah Ishak disapih. Berarti Ismail telah berumur 16-17 tahun saat itu.
Namun dalam Kejadian 21:14-19, Ismail pastilah anak bayi yang kecil dan bukan remaja berumur 17 tahun. Perhatikan baik-baik ayatnya:
14 Keesokan harinya pagi-pagi, Abraham memberi kepada Hagar makanan dan sebuah kantong kulit berisi air untuk bekal di jalan. Ia meletakkan anak itu pada punggung Hagar, dan menyuruh wanita itu pergi. Lalu berangkatlah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. 15 Ketika air bekalnya habis, Hagar meletakkan anaknya di bawah semak, 16 lalu duduk kira-kira seratus meter dari tempat itu. Katanya dalam hati, “Saya tidak tahan melihat anak saya mati.” Lalu menangislah anak itu.17 Allah mendengar suara Ismael, dan dari langit malaikat Allah berbicara kepada Hagar, katanya, “Apa yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut. Allah telah mendengar suara anakmu. 18 Pergilah kepada anakmu, angkat dan tenangkanlah dia. Aku akan menjadikan keturunannya suatu bangsa yang besar.” 19 Lalu Allah membuat Hagar melihat dengan jelas, sehingga tampak olehnya sebuah sumur. Maka pergilah ia lalu mengisi kantong kulit itu dengan air, kemudian diberinya anaknya minum. 20 Allah menyertai Ismael. Anak itu bertambah besar; ia menetap di padang gurun Paran, dan menjadi pemburu yang mahir. (Kej. 21 Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)
Ismail pastilah masih bayi saat itu. Tidak mungkin Ibrahim meletakkan Ismail yang remaja ke punggung Hajar. Kemudian dikatakan bahwa Hajar duduk kira-kira seratus meter dari tempat itu. Katanya dalam hati, “Saya tidak tahan melihat anak saya mati.” Lalu menangislah anak itu. Ismail pastilah bayi yang lemah, dan bukannya seorang remaja.
Dikatakan kepada Hajar: “Pergilah kepada anakmu, angkat dan tenangkanlah dia. Aku akan menjadikan keturunannya suatu bangsa yang besar.” Apakah Hajar adalah seorang wanita yang begitu kuat untuk mengangkat Ismail remaja yang sedang menangis? Pastilah Ismail masih bayi saat itu, dan bukan remaja berumur 14-17 tahun.
Dikatakan juga bahwa Hajar mengisi kantong kulit itu dengan air, kemudian diberinya anaknya minum. Remaja yang berbakti tentu akan membawakan air kepada ibunya, dan bukan sebaliknya. Ismail pastilah masih bayi pada saat itu.
Dikatakan juga bahwa Ibrahim meletakkan perbekalan di bahu Hajar. Mengapa Ismail, remaja yang kuat, tidak menawarkan diri untuk membawakan bekal itu? Karena Ismail memang masih bayi saat itu, bukan remaja 17 tahun yang kuat.
Analisa di atas memperlihatkan bahwa Alkitab juga memuat beberapa hal yang benar, namun juga mengandung penambahan dari manusia, penghapusan, pengeditan, dan pengubahan.
Versi Islam dalam hal ini sangat konsisten dari A sampai Z. Ismail adalah seorang bayi, dan Ishak belum dilahirkan ketika peristiwa itu terjadi. Hal ini menjelaskan bahwa kepergian Hajar dan Ismail ke Arab bukanlah atas dikte, egoisme, rasialisme, ataupun kecemburuan Sarah. tetapi atas perintah Tuhan untuk sebuah rencana Ilahiyah.
Tuhan tidak pernah menghapus Ismail dari perjanjian itu. Tuhan tidak membuang Ismail dari garis keturunan Ibrahim. Cerita Sarah yang mengusir Hajar hanyalah cerita fiktif yang ditambahkan orang-orang Yahudi karena kecemburuan dan kesombongan mereka yang merasa sebagai ras terbaik. Akhirnya, batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Tetapi tidak ada yang sulit bagi Tuhan. Kerajaan Allah telah diambil dari bani Israil dan diberikan kepada bani Ismail yang menghasilkan buah Kerajaan itu.
Dan ingatlah, ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam (pemimpin) bagi seluruh manusia”. [QS. Al-Baqarah: 124]
Aku akan memberikan kepadamu keturunan yang banyak dan mereka akan menjadi bangsa yang besar. Aku akan memberkati engkau dan membuat namamu masyhur, sehingga engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau. Dan karena engkau, semua bangsa akan memohon kepada-Ku supaya memberkati merekasebagaimana telah Kuberkati engkau. [Kejadian 12:2-3 BIS]
Ya Allah, berkatilah tuan kami, Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati tuan kami, Ibrahim.
Menanggapi KristenDavid Servetus on 15 Apr 2008

Paulus dan Injil Gnostik

Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? (Galatia 3:1)
Apakah Paulus menyaksikan Yesus disalib? Apakah Paulus pernah melihat wajah Yesus sebelum ia mengaku telah dipilih Yesus dalam penampakan? Paulus tidak punya pengetahuan yang dapat dipertanggung-jawabkan dalam hal ini. Pengetahuan Paulus atas penyaliban Yesus adalah pengetahuan yang meragukan, karena dia sebenarnya tidak menyaksikan penyaliban Yesus. Dia tidak benar-benar tahu apakah Yesus itu benar disalib atau tidak. Dia hanya mendengar kabar saja bahwa Yesus disalib. Tetapi dia tidak menghiraukan kabar lainnya bahwa Yesus tidak disalib. Siapakah pembawa kabar (injil) yang lain itu? Siapakah yang dituduh telah menipu orang Galatia dengan mengajarkan bahwa Yesus tidak disalib? Para murid Yesus. Para murid Yesus telah mengajarkan ajaran Yesus, yang tentunya berbeda dengan pekabaran yang dibawa Paulus si Farisi dari Tarsus.
Pengetahuan yang bagaimana yang diajarkan Paulus? Pengetahuan yang diajarkan Paulus merupakan pengetahuan gnostik. Di dalam peradaban Yunani, Mesir, dan Romawi Kuno memang terdapat aliran misteri (école de mysterés) yang bertemu pada konteks suatu ilmu tertentu, gnosis, atau pengetahuan rahasia. Anggota dari aliran misteri ini diterima hanya setelah suatu periode kajian yang panjang dan berbagai upacara inisiasi. Di antara aneka aliran ini, yang dianggap paling awal adalah aliran “Osiris” yang didasarkan pada peristiwa seperti kelahiran, masa muda, pertarungan melawan kegelapan, kematian dan kebangkitan dari dewa ini. Tema-tema ini didramatisasi secara ritual di dalam berbagai upacara yang diselenggarakan oleh pendeta. Dengan cara ini berbagai ritual dan simbol yang ditampilkan jauh lebih efektif karena partisipasi aktual. Gnostikisme semacam ini diteruskan oleh Kristen dengan menganggap Yesus sebagai Putera Tuhan yang lahir, bertarung melawan kegelapan dan maut, dan mengalami kebangkitan, layaknya Horus putera Osiris, sang Kristus bangsa Mesir Kuno.
Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya. [Kolose 1:25-26]
Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan. [Kolose 4:3]
Bagaimanakah bentuk ajaran Paulus itu? Dalam suratnya kepada orang Korintus, Paulus berkata: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;” [1Korintus 15:3-4]
Kitab Suci di sini jelas bukan Kitab Suci yang telah umum diketahui orang Yahudi. Kitab Suci di sini adalah Kitab Suci yang menurut Paulus diberikan kepadanya, suatu kitab rahasia yang tersembunyi. Bukan kitab karangan Yesaya, bukan karangan para Nabi. Injil Paulus merupakan Injil yang belum diketahui manusia pada umumnya. Bukan Injil yang manusia lain ajarkan kepadanya karena manusia lain belum ada yang mengetahui Injil tersebut. Injil Paulus bukanlah Injil yang telah diajarkan kepada para murid Yesus.
Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.(Galatia 1:11-12)
Paulus berkata, “Yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya.” (Efesus 3:3-7)
Jelaslah bahwa Paulus memegang suatu Injil yang berisi rahasia Kristus (mystery of Christ). Dalam Injil yang dipegang Paulus ada terdapat perkataan, “bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan, dan dibangkitkan, pada hari yang ketiga”. Maka pahamlah kita bahwa Injil yang dipegang Paulus adalah Injil yang berbeda dengan Injil yang diturunkan kepada Yesus. Injil Paulus yang berisi pengajaran gnostik itu mungkin Kitab Suci dari Ordo Salib Mawar Mesir Kuno (AMORC). Suatu Injil gnostik yang menjelaskan tentang Horus Kristus yang lahir, tumbuh dewasa, mati, dan bangkit pada hari yang ketiga. Lalu Paulus menafsirkan bahwa Yesus adalah Kristus yang dimaksudkan oleh Kitab Suci atau Injil yang ia pegang itu.
Remember that Jesus Christ of the seed of David was raised from the dead according to my gospel(Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.) [II Timotius 2:8]
Paulus berkata, “Injilku”. Jelaslah bahwa Injil Paulus adalah Injil yang berbeda dengan Injil yang dipegang para murid Yesus (Hawariyun). Injil Paulus penuh dengan ajaran gnostik Mesir Kuno.
Menanggapi Kristen & Tauhid Dalam AlkitabDavid Servetus on 15 Apr 2008

Paulus vs Murid Yesus

Paham Trinitas hanyalah salah satu paham yang berkembang di masyarakat pada abad-abad awal Masehi. Paham lain yang juga berkembang adalah paham Unitas (Tauhid) yang pada abad keempat dibela oleh Arius dan para pendukungnya. Lalu mengapa Kaisar Konstantin memilih Trinitas? Apakah karena Trinitas itu adalah kebenaran sejati? Melihat latar belakang Kaisar yang pagan, kami tidak heran jika kaisar lebih memilih Trinitas daripada Unitas.
Apakah Unitas baru lahir pada abad keempat? Pada abad keempat, diketahui adanya pertentangan antara pendukung Unitas dan para pendukung Gereja Pauline. Di jalan-jalan, orang ramai mempermasalahkan apakah anak sama dengan Bapa? Jika seseorang bertanya kepada pedagang di pasar berapakah harga barang ini? Dikatakan oleh pedagang, “Bukankah Bapa lebih besar dari anak?” Hal ini adalah kiasan atas betapa meluasnya perdebatan antara pendukung Trinitas dan Unitas saat itu.
Pertentangan ini sudah ada sejak awal berdirinya Gereja Pauline/Kristen. Bukankah Anda mengetahui adanya pertentangan antara Paulus dan 12 murid Yesus? Bahkan Paulus menentang pewaris da’wah Yesus, yaitu Petrus (Matius 16:18; Galatia 2:11). Bahkan Paulus menyebut Barnabas sebagai orang yg mengikuti kemunafikan Yahudi (Galatia 2:13). Paulus melakukan pembunuhan karakter terhadap para penentangnya dengan penilaian subyektif terhadap perbuatan para penentangnya. Mirip sekali dengan tukang gosip yang suka membicarakan orang lain berdasarkan penilaiannya semata atas perbuatan orang yang ia gunjingkan.
Pada saat itu, juga telah berkembang ajaran bahwa Yesus tidak menghapus hukum Taurat, bahkan menggenapkannya. Siapa yang membawa paham dan ajaran seperti ini yang jelas-jelas bertentangan dengan paham yang dibawa Paulus? Tentu saja para murid Yesus yang setia menemani dan mendukung da’wah Yesus. Mereka adalah para murid Yesus yang ditentang dan difitnah oleh Paulus sebagai munafik karena mereka mengajarkan bahwa Yesus tidak disalib, bahwa Yesus tidak menghapus Taurat.
Apakah hanya ada satu pengajaran di zaman itu? Apakah hanya ada satu doktrin di zaman itu? Nyatanya tidak. Saat itu juga telah berkembang paham bahwa Yesus tidak disalib. Telah berkembang pengajaran Yesus yang asli. Tetapi Paulus ingin merebut jemaat 12 murid Yesus dengan berkata: “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?” (Galatia 3:1)
Apakah Paulus menyaksikan Yesus disalib? Apakah Paulus pernah melihat wajah Yesus sebelum ia mengaku telah dipilih Yesus dalam penampakan? Paulus tidak punya pengetahuan yang dapat dipertanggung-jawabkan dalam hal ini. Pengetahuan Paulus atas penyaliban Yesus adalah pengetahuan yang meragukan, karena dia sebenarnya tidak menyaksikan penyaliban Yesus. Dia tidak benar-benar tahu apakah Yesus itu benar disalib atau tidak. Dia hanya mendengar kabar saja bahwa Yesus disalib. Tetapi dia tidak menghiraukan kabar lainnya bahwa Yesus tidak disalib. Siapakah pembawa kabar (injil) yang lain itu? Siapakah yang dituduh telah menipu orang Galatia dengan mengajarkan bahwa Yesus tidak disalib? Para murid Yesus. Para murid Yesus telah mengajarkan ajaran Yesus, yang tentunya berbeda dengan pekabaran yang dibawa Paulus si Farisi dari Tarsus.
Pekabaran siapa yang Anda pilih, wahai ahli kitab? Pekabaran para murid Yesus, ataukah pekabaran Paulus yang kemudian didukung oleh Kaisar pagan?
Aqidah & Menanggapi Kristenadmin on 09 Apr 2008

Isa dan Adam

Adam tercipta tanpa dilahirkan manusia manapun, tanpa persetubuhan dari manusia manapun, berarti Adam bukanlah manusia biasa. Adam manusia istimewa, tercipta tanpa ayah dan tanpa ibu, tak mempunyai silsilah. Rohnya juga berasal dari Allah (min Ruhillah). Roh Yesus juga berasal dari Allah. Roh kita juga berasal dari Allah. Kalau bukan dari Allah, lalu siapa yang menciptakan roh kita selain Allah?
Penciptaan Adam tercatat jelas dalam Alkitab dan dalam Al-Qur`an:
Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS. Ali ‘Imran: 59)
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku (ruuhii), maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (menghormat kepada Adam sebagai wakil Allah di muka bumi). (QS. Al-Hijr: 29)
Allah tidak meletakkan kalimat-Nya, yaitu “Jadilah!”, pada rahim siapa pun ketika menciptakan Adam, tetapi Dia langsung mengatakan kalimat itu kepada Adam. Maka jadilah Adam.
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan tiupan/roh dari-Nya (ruuhum minHu). Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS. An-Nisaa: 171)
Anda tahu mengapa ruh disebut ruh? Ruh secara bahasa berarti tiupan, sesuatu yang ditiup, sesuatu yang berhembus, angin. Mungkin itulah sebabnya orang Kristen mengistilahkannya dengan nafas. Ruh disebut ruh karena dia dimasukkan ke dalam jasad dengan ditiupkan, dengan dihembuskan.
Dalam ayat itu dikatakan ‘kalimat-Nya yang Dia letakkan’, jadi jelas bukan Allah yang diletakkan dalam rahim, tetapi ketetapan-Nya, kehendak-Nya untuk mencipta. Dia tidak butuh siapa pun ketika mencipta Adam, maka Dia juga sanggup mencipta manusia tanpa benih dari laki-laki. Misal penciptaan Isa adalah seperti penciptaan Adam. Tetapi penciptaan Adam lebih luar biasa lagi, tanpa ayah, tanpa ibu. Allah langsung berkalam: “Jadilah!”. Dengan logos Tuhan… Adam dijadikan. Tanpa benih siapa pun, tanpa rahim siapa pun. LUAR BIASA!
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh-Nya (ruhiH), dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. As-Sajdah: 7-9)
Lihat ayat di atas, ruh yang ditiupkan ke dalam jasad kita adalah ruhiHi, ‘Hi’ disini berarti Dia, yaitu Allah. Kenapa? Karena ruhku dan ruhmu, ruh Adam dan ruh Isa, ruh dari segala makhluq hidup adalah milik Allah. Allah adalah pemilik alam semesta, langit dan bumi, ruh dan jasad kita. Segala sesuatu adalah milik-Nya.
Katakanlah: “Ruhul Qudus menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (muslimin)”. (QS. An-Nahl: 102)
Silahkan Anda menyebut Isa sebagai manusia suci, karena semua nabi, semua rasul, mereka semua adalah manusia suci (saint). Namun sesuci apa pun manusia, manusia tetaplah manusia. Janganlah Anda menganggapnya sebagai Tuhan. Anggapan orang Kristen terhadap Yesus adalah anggapan yang bathil.
Hai Ahli Kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.
(david servetus)
Fikrah & Menanggapi Kristenadmin on 07 Apr 2008

Keyakinan dan Logika

Keyakinan… dapatkah dilogikakan? Apa maksud dari ‘dilogikakan’? Diterima oleh aqal? Jika ini yang dimaksud, maka keyakinan kepada ajaran wahyu harusnya dapat diterima oleh aqal. Jika tidak dapat diterima oleh logika, kenapa Allah mengajarkan keyakinan itu melalui firman (logos)?
Firman Allah yang suci, yang belum tercemar oleh fikiran manusia, tentu mengandung keyakinan yang dapat diterima oleh logika. Bahkan dalam Alkitab dikatakan agar kita mencintai Allah dengan segenap hati, aqal, dan jiwa. Artinya, Allah tidak hanya dikenal oleh hati, tetapi juga dapat dikenal oleh aqal. Jika aqal tidak dapat mengenal Allah, bagaimana aqal dapat mencintai-Nya? Bukankah cinta itu timbul setelah adanya pengenalan?
Jika di hadapan Anda terdapat gula merah, maka mata Anda dapat mengenalnya melalui bentuk dan warnanya. Kulit Anda dapat mengenalnya melalui teksturnya. Hidung Anda dapat mengenalnya melalui aromanya, dan lidah Anda dapat mengenalnya melalui rasanya. Setelah itu timbul rasa suka Anda kepada gula merah.
Hati dapat mengenal ajaran yang benar dan lurus melalui caranya. Begitu juga dengan aqal, dia punya cara sendiri untuk mengenal ajaran yang lurus. Aqal kita sungguh unik.
Sebagian orang dapat memahami apa yang ingin disampaikan pelukis melalui lukisannya, atau ekspresi seorang perupa melalui patung karyanya. Sebagian orang dapat memahami apa yang tersirat dari kata-kata tersurat seorang penulis atau pun penyair.
2 Timotius 3:8 Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.
Aqal budi yang jernih sanggup membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Penyidik yang cakap dan jujur akan dapat mengungkap siapa pelaku kejahatan sesungguhnya dan siapa yang sesungguhnya dijebak.
Begitulah, aqal budi yang murni akan sanggup membedakan mana kitab suci dan mana kitab buatan manusia atau kitab yang tercemar. Logika juga dapat mengenal siapa Tuhan yang haqiqi dan siapa yang bukan tuhan. Setidaknya, aqal dapat mengenal siapa yang bukan tuhan. Sehingga aqal dapat menolak segala tuhan-tuhan palsu sampai saatnya dinyatakan kepada aqal dan hatinya akan satu-satunya Tuhan yang benar.
Astrofisikawan terkenal, Hugh Ross menuturkan, “Jika permulaan waktu bersamaan dengan awal keberadaan alam semesta, seperti dijelaskan teorema-angkasa, maka penyebab alam semesta harus merupakan kesatuan yang berfungsi dalam suatu dimensi waktu yang sepenuhnya terpisah, dan sudah ada sebelumnya. Kesimpulan ini sangat penting untuk pemahaman kita tentang Siapa Yang Tuhan dan siapa/apa yang bukan Tuhan. Rabb bukanlah alam semesta (makhluq) itu sendiri dan tidak terkandung dalam alam semesta (baik ruang maupun waktu).”
Matius 22:37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu
Menanggapi KristenDavid Servetus on 29 Mar 2008

Yesus Jurusyafaat?

Berikut artikel kiriman seseorang berserta sanggahan dari Hb Munzir seputar masalah syafa’at (Artikel ditandai dengan warna Hitam dan sanggahan oleh Hb Munzir ditandai dengan Warna Biru): Continue Reading »
Menanggapi Kristenadmin on 19 Mar 2008

Hitler Penganut Katholik Roma


Photobucket - Video and Image Hosting
Penandatanganan Reichskonkordat pada 20 July 1933.
Dari kiri ke kanan: German Vice-Chancellor Franz von Papen,
representing Germany, Giuseppe Pizzardo, Cardinal Pacelli,
Alfredo Cardinal Ottaviani,
Para Jesuit telah mempersiapkan Perang Dunia II secara rahasia dan Hitler adalah mesin perang yang dibentuk dan dibiayai oleh Vatikan untuk menaklukkan dunia demi KeKatolikan Roma. Hitler, Mussolini, dan Franco merupakan pahlawan bagi iman Katolik Roma. Mereka dirancang untuk menang dan menaklukkan dunia, dan membentuk kerajaan seribu tahun bagi Paus. Di belakang layar, para Jesuit mengatur Gestapo. Semuanya ini didokumentasikan dalam ‘The Secret History of The Jesuits’.
Bacalah pernyataan pers dari diktator Spanyol, Franco, yang diterbitkan pada tanggal 3 Mei 1945, yang merupakan hari kematian Hitler. Artikel itu mengatakan, ”Adolf Hitler, seorang anak Gereja Katolik, meninggal karena mempertahankan Kekristenan.” Kemudian lanjutnya, ”Diatas kematiannya tetap meninggalkan seorang figur dengan moral yang berkemenangan. Karena kemartirannya, Tuhan memberikan Hitler mahkota Kemenangan.”
Hitler sendiri menyatakan, ”Saya belajar banyak dari Ordo Jesuit. Sampai sekarang, tidak satupun di dunia ini yang lebih besar daripada organisasi gereja Katolik. Saya kagum dengan organisasi ini dan menerapkannya dalam kehidupan partai saya.” Continue Reading »

No comments:

Post a Comment