Pages

Sunday, March 14, 2010

Sujud Malaikat dan Kesombongan Iblis




Manusia yang kepadanya para malaikat bersujud adalah Adam. Iblis menolak untuk bersujud kepadanya karena ia merasa lebih tinggi derajatnya, ia diciptakan dari apai sementara Adam dari tanah. Iblis pun lalu diusir dari surge, namun sebelum ia pergi, ia memohon kepada Allah untuk dipanjangkan umurnya sampai hari kiamat agar ia dapat menyesatkan anak cucu Adam. Iblis sendiri mengecualikan orang-orang yang mukhlash dari godaanya. Allah mengabulkan permintaannya dan menyatakan bahwa yang dapat disesatkan hanyalah orang-orang yang mengikutinya.
Di tempat lain dinyatakan bahwa orang yang sesat itu cenderung kepada kehidupan duniawi – Akhlada ilal ardh – dan menuruti hawa nafsunya sehingga tidak mau berpegang pada ayat-ayat Allah. Kalau saja ia mau berpegang dengannya niscaya Allah akan mengangkatnya ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi dari sekedar mahluk di bumi.
Bacakanlah kepada mereka berita yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami, kemudian ia meleppaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu ia diikuti setan maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Kalau kami menghendaki pastilah kami angkat derajatnya dengan ayat-ayat itu tetapi ia cenderung kepada bumi dan menuruti hawa nafsunya..” (QS:Al-A’raf:175-176).
Ada beberapa hal yang menarik perhatian di sini. Pertama, penolakan iblis untuk bersujud kepada Adam disebabkan bahwa yang terakhir ini terbuat dari tanah. Kedua, orang-orang yang bisa disesatkan oleh iblis adalah mereka yang cenderung kepada tanah. Ketiga, yang dapat selamat dari godaan iblis adalah orang-orang yang mukhlash. Keempat, orang-orang yang mengindahkan ayat-ayat Allah akan diangkat derajatnya.
Kata mukhlash ini perlu sedikit dibicarakan. Dalam Al-Quran dan terjemahannya, kata Mukhlash diterjemahkan dengan Mukhlish yakni orang-orang yang diberi taufik untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah swt. Memang kata mukhlashin dalam ayat di atas dapat juga dibaca dengan mukhlishiin. Menurut kamus Lisanul Arab, kata mukhlis berarti orang yang mentauhidkan Allah dengan setulus-tulusnya.
Diantara makna-makna yang terkandung dalam akar kata Khalasha adalah bersih, suci dan selamat, tambahan Hamzah memberikan pengertian yang transitif, maka kata akhlasha berarti membersihkan, mensucikan dan menyelamatkan. Oleh karena itu, kata mukhlashin dapat pula diartikan dengan orang-orang yang dibersihkan, disucikan dan diselamatkan. Kalau dihubungkan dengan ayat di atas, kata ini bisa menunjukkan arti orang-orang yang dibebaskan dan diangkat dari tanah, sehingga tidak lagi cenderung lagi kepadanya. Jadi orang-orang yang tidak dapat digoda oleh iblis adalah orang-orang yang dibebaskan dari kecenderungan kepada kehidupan duniawi yang konon karena kecenderungan inilah iblis tidak mau bersujud kepada Adam.
Sujud para malaikat kepada Adam merupakan lambing keunggulan manusia atas makhluk-makhluk lain. Malaikat yang merupakan makhluk tertinggi pun tunduk kepada Adam, apalgi makhluk-makhluk lain yang berada di bawah mereka. Hal ini didukung oleh pernyataan Al-Quran bahwa makhluk-makhluk itu diciptakan untuk manusia atau ditundukkan oleh Allah kepadanya atau diperuntukkan baginya.
Bumi dijadikan hamparan atau tempat menetap dan langit sebagai atap yang kokoh bagi manusia. Air diturunkan dari langit, kemudian menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang berbuah, ini merupakan rizki dari Allah bagi manusia. Anak-anak Adam dimuliakan allah, dimudahkan perjalanan mereka di darat dan di laut, diberinya rizki yang baik dan dilebihkannya atas banyak makhluk yang diciptakannya.
Sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami berikan mereka rizki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas banyak makhluk yang telah kami ciptakan” (QS.Al-Isra’:70).
Kata Katsiir (banyak) dalam ayat ini diterjemahkan dengan “kebanyakan” dalam Al-Quran dan terjemahannya. Ini didukung ayat-ayat yang telah disebut tentang penciptaan makhluk-makhluk Allah yang lain untuk kepentingan manusia. Manusia juga diciptakan dengan sebaik-baik bentuk walaupun kemudian dikembalikan ke derajat yang terendah. Pengembalian ke derajat terendah ini menghilangkan kualitas keunggulannya atas makhluk-makhluk lain. Perkecualian hanya untuk orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.
Al-Baidawi tidak setuju dengan penafsiran kata Katsiir di atas dengan Kullu (semua). Penafsiran seperti ini, katanya , terlalu dipaksakan. Yang dikecualikannya dalam hal ini adalah jenis malaikat atau individu tertentu dari jenis ini. Juga dikatakannya bahwa dilebihkannya jenis manusia atas jenis lain tidak berarti dilebihkannya seluruh individu manusia atas individu-individu jenis lain.

No comments:

Post a Comment