Pages

Monday, February 22, 2010

Penjahat Terbesar



Ada dua tokoh kejahatan yang paling mengancam keselamatan umat manusia. Tokoh pertama datang dari masa lalu dan telah eksis bahkan jauh sebelum sejarah manusia tercipta. Sementara tokoh kedua muncul jauh di masa depan.

Tokoh pertama bernama Iblis. Kejahatannya mengawali eksistensi umat manusia di muka bumi dengan sebuah penipuan yang licik tentang Buah Keabadian. Dialah makhluk yang membangkang perintah Allah secara terang-terangan, sehingga mengakibatkan neraka yang kekal menjadi tempat kembalinya.
Tokoh kedua bernama Dajjal. Keberadaannya menjadi penanda bahwa kejahatan saat itu telah mencapai puncaknya. Di jaman itu kebanyakan manusia meyakini kejahatan sebagai kebenaran dan kebenaran sebagai kepalsuan. Dialah yang membidani kehancuran eksistensi manusia di muka bumi. Sehingga shalat seorang muslim harus diisi dengan do’a meminta perlindungan dari kejahatannya.
Iblis dan Dajjal tidak hidup dalam satu zaman. Keduanya terpisah oleh rentang waktu yang sangat panjang untuk ukuran kehidupan manusia, karena keduanya berada pada dua ujung yang berbeda. Pembicaraan tentang Iblis membawa pikiran kita menerawang jauh ke masa lalu. Sementara pembahasan tentang Dajjal membawa kita melampaui zaman ini dan menerobos ke masa depan. Namun anehnya, meski begitu, kita melihat titik persamaan di antara keduanya, yang menyebabkan kedua sosok itu seakan menjadi sosok yang sama dengan nama yang berbeda; Kejahatan. Kesamaan bernama Kejahatan ini membuat mereka berdua seakan menembus ruang waktu dan bekerja sama untuk tujuan yang sama; mejerumuskan manusia ke dalam jurang kehancuran.
Merekalah musuh terbesar manusia yang sesungguhnya. Iblis dan Dajjal adalah makhluk-makhluk mengerikan yang mengabdikan diri kepada kejahatan. Setiap pikiran, setiap ucapan dan setiap perbuatan selalu dipersembahkan untuk kesesatan. Lebih dari separuh manusia telah menjadi korbannya, dan akan terus bertambah, karena dakwah kebatilan mereka hanya berhenti ketika langit telah runtuh menimpa bumi.
Ini adalah perang abadi antara kubu kebenaran dengan kubu kebatilan. Sayangnya seringkali perang itu tidak berimbang, karena ketika Kubu Iblis dan Dajjal selalu menyediakan pasukan dengan jumlah yang nyaris tanpa batas, Kubu Kebenaran hanya dipertahankan oleh segelintir orang saja. Bahkan tak jarang terjadi penentangan dan pengkhianatan, sehingga jumlah yang sedikit itu menjadi semakin terdesak karena Iblis memiliki pengikut setia dari golongan manusia sendiri. Maha Suci Allah yang telah mengutus Para Rosul sebagai jenderal-jenderal perang menghadapi kebathilan. Sehingga kaum muslimin memiliki kekuatan baru yang akan memenangkan perang abadi ini.
Sayangnya tak ada di antara kita yang pernah bertemu Iblis dan tidak pula mengenal Dajjal. Tidak mengenal sosoknya, tidak pula sepak terjangnya. Kita hanya mengenal mereka dari kisah-kisah yang disampaikan Allah melalui lisan RasulNya. Itupun dengan pengetahuan yang terbatas, karena ternyata tidak semua kita mau mengetahuinya dari kitab suci. Kebanyakan kita hanya mendengar nama mereka dari lisan ulama, sebagiannya lagi mengetahui dari praduga misterius bernama ‘Katanya’.
Akhirnya, semua cerita tentang peperangan melawan Iblis dan Dajjal menjadi semakin samar. Seperti kertas yang difotokopi kemudian kopiannya difotokopi lagi, demikian terus menerus hingga kebenaranpun menjadi semakin meragukan. Kita tak pernah tahu kita mendapatkan informasi itu dari kopian yang keberapa. Bahkan kebanyakan merasa cukup dengan informasi seminim itu dan meyakininya sebagai kebenaran yang nyata. Padahal kopian tidak pernah menyerupai aslinya. Sehingga hal yang benar menjadi samar-samar dan gambar yang jelas menjadi sangat buram.
Maka tak heran jika kebanyakan kita tak merasa bahwa hidup ini adalah peperangan melawan kebatilan; baik kebatilan diri sendiri maupun kebatilan orang lain.
Maka tak heran kalau pada suatu masa terjadi situasi di mana seseorang mulai meragukan kejahatan Iblis. Pembangkangan Iblis terhadap Allah dianggap sebagai perlawanan kaum minoritas terhadap Diktatorisme. Sementara ketaatan malaikat dituduh sebagai sikap penjilat dan kedunguan. Kemudian Adam dianggap sebagai pelaku dosa yang sesungguhnya dan menurunkan dosa kepada segenap umat manusia.
Maka tak heran kalau kemunculan Dajjal dianggap imajinasi Kaum primitif. Karena mengaburnya kebenaran menjadikan hadits-hadits Rasul tentang Dajjal dianggap hadits-hadits palsu. Keyakinan akan kemunculan Dajjal menjadi bahan tertawaan karena hal itu dianggap tidak masuk akal oleh peradaban teknologi.
Maka wajar jika orang-orang beriman mulai meragukan eksistensi Iblis dan Dajjal. Nama dan kejahatan mereka tidak lagi menggentarkan hati serta memiriskan kalbu. Kebaikan di masa ini seringkali dianggap sebagai prilaku orang yang ketinggalan zaman, sementara keburukan diyakini sebagai bukti sebuah kemajuan peradaban. Syariat Allah ditertawakan, hukum manusia dipertuhankan.
Maka wajar jika sebagian kita tak sempat lagi berbicara tentang agama. Sebagian karena malas, sebagian karena malu, dan sebagiannya lagi (anehnya) karena benci. Sungguh ajaib. Seorang muslim membenci ajaran Islam. Seorang mukmin malas merealisasikan keimanannya. Sementara orang-orang yang taat disebut sebagai: Munafik. Peristiwa yang sama anehnya dengan seorang yang bertubuh manusia dan berbicara bahasa manusia tapi malu mengakui diri sebagai manusia serta tak mau berprilaku sebagai seorang manusia.
Maka wajar saja kalau keanehan itu benar-benar terjadi. Karena tidak setiap kita mengetahui dan meyakini bahwa Iblis adalah makhluk yang pernah berkata kepada Allah, “Karena Engkau telah menghukumiku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) manusia dari jalanMu yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dari kiri mereka. Engkau akan mendapati kebanyakan mereka tidak bersyukur.” Tidak banyak pula dari kita yang mengetahui atau meyakini bahwa Allah berfirman pada Iblis “Sesungguhnya siapa saja di antara mereka yang mengikuti (tipu daya)mu, Aku benar-benar akan mengisi neraka Jahannam dengan kalian semuanya”
Semoga Allah menjadikan kita golongan yang taat serta terhindar dari tipu daya Iblis dan fitnah Dajjal. Semoga maksiat menjadi ketakutan terbesar kita dan surga menjadi harapan kebahagiaan kita. Yang halal telah jelas dan yang haram juga telah jelas. Kebenaran datangnya dari Allah, maka jangan menjadi orang-orang yang ragu. Semoga bermanfaat…
rickyfirman

No comments:

Post a Comment