Pages

Friday, February 19, 2010

Mengukur Sebuah Cinta

Di dlm Kitab Hayatus Shahabah, halaman 524-525 diriwayatkan kisah berikut:

Menjelang Perang Uhud, Abdullah bin Jahsy mengajak sahabatnya, Sa’d bin Abi Waqqash utk berdoa. Ajakan itu dipersetujui oleh Sa’d. Keduanya mulai berdoa. Sa’d berdoa terlebih dahulu:

“Tuhanku, jika nanti aku berjumpa dgn musuhku, berilah aku musuh yg sgt perkasa. Aku berusaha membunuh dia dan dia pun berusaha membunuhku. Engkau berikan kemenangan kpdku sehingga aku berhasil membunuhnya dan kemudian mengambil miliknya (sebagai rampasan perang).”

Abdullah mengaminkannya. Tiba giliran Abdullah berdoa:

“Tuhanku, berilah aku musuh yg gagah perkasa. Aku berusaha membunuhnya, dan ia berusaha membunuhku. Kemudian ia memotong hidung dan telingaku. Kalau nanti aku bertemu denganMu, Engkau akan bertanya: ‘Man jada’a anfaka wa udzunaka?’ (Siapa yang telah memotong hidung dan telingamu?). Aku akan menjawab bhw keduanya terpotong ketika aku berjuang di jlnMu dan jln Rasulullah (fika wa fi rasulika). Dan Engkau, ya Allah akan berkata: ‘Kamu benar!’ (shadaqta).”

Sa’d mengaminkan doa Abdullah tersebut. Keduanya berangkat ke medan Uhud dan doa keduanya dimaqbulkan Allah.

Sa’d bercerita kpd anaknya, “Duhai anakku, doa Abdullah lbh baik drp doaku. Di senja hari aku lihat hidung dan telinganya tergantung pd seutas tali.”

Kisah ini tlh melukiskan sebuah cara utk mengukur cinta kita pd Allah. Sementara ramai yg berdoa agar mendapat ini dan itu, seorang pencinta sejati akan berdoa agar dpt bertemu dgn Kekasihnya sambil membawa sesuatu yg bisa dibanggakan.

Ketika di Padang Mahsyar nanti Allah bertanya kpd anda: “Dr mana kau peroleh hartamu di dunia?” Anda akan menjawab, “Harta itu ku peroleh dgn kolusi dan korupsi, dgn memalsu kuitansi, dgn mendapat cipratan komisi.”

Allah bertanya lagi, “Apa saja yg tlh engkau lakukan di dunia?”

“Ku hiasi hidupku dgn dosa dan nista, tak henti-hentinya ku cintai indah dan gemerlapnya dunia hingga aku dipanggil menghadapMu.” Allah dgn murka akan menjawab, “Kamu benar!”

Bandingkan dgn seorang hamba lain yg ketika di Padang Mahsyar berkata kpd Allah:

“Tlh ku tahan lapar dan dahaga di dunia, tlh ku basahi bibirku dgn zikir, dan tlh ku curahkan waktu dan tenagaku utk keagungan namaMu, tlh ku hiasi mlm ku dgn ayat suciMu dan tlh ku letakkan dahiku di sejadah utk bersujud pd kebesaranMu.”

Dan Allah akan menjawab, “Kamu benar!”

Duhai.. adakah kebahagian yg lbh dr itu; ketika seorang hamba menceritakan amalnya dan Allah akan membenarkannya.

Mahukah kita pulang nanti ke kampung akhirat dgn membawa amal yg bisa kita banggakan? Mahukah kita temui Kekasih kita sambil membawa amalan yg akan menyenangkanNya?

Allahu ‘lam bisshawab.

No comments:

Post a Comment