Pages

Friday, February 5, 2010

BAYI AJAIB: Berkepala Dua, Berjantung Dua, Berlengan Empat

BAYI AJAIB: Berkepala Dua, Berjantung Dua, Berlengan Empat

 
KESEHATAN


Oleh : Dr. Dito Anurogo | 01-Jun-2008, 04:55:56 WIB
ppcindo end-->
KabarIndonesia - Kasus Dicephalus Dipus Tetrabrachius yang lahir di Malang pada 21 Oktober 2006, dengan cara seksio sesarea, dilaporkan karena disebabkan adanya partus lama disertai pre-eklampsia. Bayi kembar siam ini memiliki dua kepala, empat lengan, dan dua kaki. Dua lengan yang berada di garis tengah dempet menjadi satu. Tidak dilakukannya antenatal care (perawatan sebelum kelahiran) dan pemeriksaan ultrasonografi atau radiografi saat janin masih berada di dalam kandungan menyebabkan orang tua si bayi tidak mengetahui adanya kembar siam.

Bayi ini merupakan anak kedua. Sedangkan anak pertama lahir normal dengan bantuan bidan. Sang ibu menyatakan tidak pernah mengonsumsi obat penyubur maupun meminum jamu-jamuan selama hamil.

Pada pemeriksaan fisik, tercatat berat badan bayi 3350 gram, panjang 37 cm dan 33 cm. Lingkar kepala masing-masing adalah sebesar 37 cm dan 34 cm. Memiliki empat tangan dengan dua tangan dempet di garis tengah badan, sepasang kaki, satu perut dan dua thorax yang menyatu, satu anus, dan satu alat kelamin wanita. Dengan auskultasi terdengar suara nafas vesikular, dan dua bunyi jantung yang normal.

Pada pemeriksaan radiografi ditemukan duplikasi vertebra yang bertumpu pada satu pelvis, terlihat gambaran dua diafragma dari dua dinding thorax yang menyatu, terlihat pula gambaran empat scapula, empat clavicula, dan dua jantung.

Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) terlihat gambaran dua jantung yang berdekatan, dengan satu hepar (hati) di hemi abdomen kanan, dengan dua ginjal terletak di kiri dan kanan, limpa dan vesika urinaria sulit dievaluasi.

Pada pemeriksaan echo terdapat ventrikular septal defek muskular inlet kecil pada bayi pertama, sedangkan bayi kedua normal.

Dari hasil pemeriksaan di atas dapat didiagnosis sebagai kembar siam atau kembar dempet jenis Dicephalus Dipus Tetrabrachius atau istilah awamnya yaitu bayi kembar siam dengan dua kepala, dua kaki, dan empat lengan.

Di dalam ilmu bedah, Dicephalus Dipus Tetrabrachius merupakan kelainan malformasi yang sulit direkonstruksi di meja operasi karena memiliki kelainan atau cacat organ bawaan lainnya dan ketidaklengkapan organ tubuh sehingga sulit untuk dipisahkan. Satu-satunya tindakan rekonstruksi yang mungkin dilakukan adalah tindakan amputasi fungsional, yaitu dengan membuang kedua lengan yang menyatu di garis tengah badan (di antara dua thorax), sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya dan dapat bertumbuh-kembang dengan baik. Amatlah disayangkan, bayi ini meninggal pada usia 6 bulan kurang satu minggu.

***
Menurut Dradjat RS (2007), bayi kembar siam atau kembar dempet adalah bayi kembar cacat lahir dengan bagian tubuh yang melekat satu sama lain. Kembar siam terjadi pada 1 dari 40 ribu kelahiran, atau hanya 1:100.000-200.000. Jadi, dari 100 ribu sampai 200 ribu kelahiran bayi normal, akan didapatkan satu kelahiran bayi kembar siam. Diperkirakan hanya 40-60% bayi kembar siam yang bisa bertahan hidup.

Menurut Rowena S (2000) dan Simpson J.S (1980), kembar siam berasal dari satu telur (monozigotik), monokorionik, dan monoamniotik, terjadi karena separasi (pemisahan) yang tidak lengkap pada embrio stadium lanjut. Kembar monozigotik berasal dari satu telur yang dibuahi, sebagai hasil pembelahan zigot pada berbagai tingkat perkembangan. Paling dini, pemisahan terjadi pada tingkat sel, sehingga berkembang dua zigot dan menjadi blastokista yang berimplantasi (tertanam) secara terpisah.

Kebanyakan pemisahan terjadi pada tingkat blastokista, sehingga dua janin memiliki satu plasenta, satu chorion dan amnion yang terpisah, ini terjadi saat pemisahan terjadi pada usia sebelum hari ke-8 fertilisasi (pembuahan). Jika pemisahan terjadi sebelum pembentukan primitive streak maka akan terjadi dua janin dengan satu plasenta, satu chorion, dan satu amnion, ini terjadi pada usia kehamilan 13 hari. Jika pemisahan terjadi setelah hari ke-13 kehamilan, maka akan terjadi penyatuan berbagai bagian tubuh, sehingga terjadi kembar siam. Perlu diketahui, pada kembar monozigot tidak terdapat kecenderungan ras, tidak berhubungan dengan faktor herediter, usia saat mengandung atau paritas (kelahiran).

Klasifikasi kembar siam menurut Rowena S (2000) berdasarkan atas penyatuan bagian tubuh atau struktur embrionik yang diperkirakan menyatu atau gagal berpisah. Penyatuan tubuh dapat terjadi di daerah ventral, lateral, maupun dorsal. Menurut Groner JI, dkk (1996) kelompok lateral union atau tipe parapagus terdiri dari:
1. Dibrachius: memiliki 2 lengan (sekitar 10% dari dicephalus)
2. Tribrachius: memiliki 3 lengan
3. Tetrabrachius: memiliki 4 lengan.

Ketiga tipe parapagus di atas memiliki harapan hidup yang lebih lama jika tidak disertai kelainan organ bawaan lainnya seperti: gangguan jantung, paru, atau malformasi usus.

Penatalaksanaan kembar siam pada fase perinatologi adalah:
1. dimulai dengan life support dan pemeriksaan penunjang untuk mencari kelainan anatomis dan kelainan fisiologis
2. memberi nutrisi yang cukup untuk membantu proses tumbuh kembang.

No comments:

Post a Comment