Pages

Thursday, February 4, 2010

Apakah Syi’ah Memiliki Kitab Shahih? [2]

Jika memang validitas sebuah riwayat boleh diketahui, maka menyusun kitab sahih sangat mudah. Caranya dengan memisahkan riwayat yang sahih dari yang dhaif dan mengumpulkannya dalam satu buku. Namun memang ulama syi'ah sangat berkepentingan untuk mengembangkan masalah ini, mereka tidak mau menyusun kitab yang isinya riwayat shahih, mengapa? Semak selengkapnya

Penganut syi’ah harus menyedari bahwa Ulama yang selama ini diikuti tidak ingin dan memang mereka tidak boleh untuk menyusun sebuah buku yang memuatkan hadits sahih yang bersambung sanadnya pada keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam], hal ini sangat berbahaya, kerana saat ulama syi’ah membius akal pengikutnya dengan kata-kata [dalam syi’ah tidak ada kitab hadits yang seluruh isinya shahih], mereka tidak sedar bahwa pernyataan di atas mengandung banyak konsekuensi yang berbahaya, yang tidak disedari oleh penganut syi’ah yang awam, sebagai ungkapan rasa kasih sayang kami pada penganut syi’ah yang awam, kami akan menjelaskannya di bawah ini:
Kerana memang syi’ah tidak memiliki kitab hadits yang seluruh isinya disepakati sebagai sahih maka sebenarnya ulama syi’ah sedang membuktikan bahwa mereka benar-benar tidak akan boleh menyusun kitab seperti itu. kerana memang ajaran syi’ah adalah ajaran buatan manusia yang berubah dan berkembang sesuai tempat dan waktu, ajaran yang dianggap sesat oleh ulama syi’ah masa lalu boleh menjadi ajaran yang diterima oleh syi’ah sekarang. Sepertinya ini adalah bukti kebenaran ayat Al Qur’an :
Kalau kiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. 4:82)

Adanya pertentangan dan kontradiksi membuktikan bahwa ajaran syi’ah bukanlah dari Allah.
Ulama syi’ah memang tidak ingin menyusun kitab yang memuat riwayat sahih dari keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam], ini satu bukti mereka takut akan hal itu, kerana jika mereka menyusun kitab itu maka mazhab syi’ah akan ketahuan belangnya. Karena khayalan-khayalan yang selama ini dianggap nyata akan hilang dan kembali menjadi khayalan, seperti kisah tulang rusuk Fatimah yang patah, sahabat yang membakar rumah Fatimah, begitu juga kisah kelahiran imam Mahdi serta proses menghilangnya imam Mahdi hingga kini, begitu juga tuduhan mereka pada para sahabat akan lenyap. Para sahabat Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] adalah lulusan pendidikan Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] yang maksum dan dibimbing langsung oleh Allah, bagaimana mungkin Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] yang maksum salah memilih sahabatnya?
Sebagaimana yang dilakukan oleh ulama sunni seperti Ibnul Jauzi yang mengumpulkan hadits-hadits palsu dalam sebuah kitab diberi judu Al Maudhu’at, mestinya ulama syi’ah juga bisa mengumpulkan riwayat syi’ah yang ternyata palsu  supaya riwayat sahih tidak tercampur dengan yang palsu, agar ajaran agama yang sah menjadi jelas. Dengan itu pula ulama syi’ah membantu orang awam yang ingin tahu tentang ajaran ahlulbait yang asli, juga agar boleh membantah ahlussunnah yang menemukan kontradiksi pada kitab literatur syi’ah, tetapi ulama syi’ah tidak akan pernah mau menyusun kitab seperti itu, sebagaimana mereka tidak mau mengumpulkan hadits sahih dan mengumpulkannya dalam satu kitab, kerana semuanya akan berujung pada akibat yang sama, terbongkarnya kebatilan madzhab syiah.
Apakah para imam syi’ah boleh menerima kenyataan bahwa pengikut mereka tidak boleh menyusun kitab yang berisi sabda-sabda mereka yang sahih, paling tidak sebagai bukti kesetiaan pengikut pada imam-imamnya, dengan menjaga warisan-warisan apra imam agar tidak tercemar dari para penipu yang ingin memanfaatkan nama besar mereka. Sekarang ini sangat sulit diketahui mana yang benar-benar sabda para imam dan mana yang hasil gubahan dari para oportunis yang ingin memanfaatkan para imam untuk tujuan pribadi masing-masing. Akhirnya para pengikut tidak boleh menemukan mana sabda imam yang benar-benar asli.
Akhirnya kita bertanya, mengapa kaum syi’ah mewajibkan orang untuk mengikuti sebuah mazhab yang tidak memiliki kitab yang berisi riwayat sahih dari para imam keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam], yang tidak lagi memerlukan ijtihad ulama kerana berasal dari sabda para imam itu sendiri, yang mana dengan itu kita bisa mengetahui syareat-syareat para imam, juga kitab itu boleh dijadikan pedoman untuk para pengikut imam di seluruh penjuru bumi. Jika memang semua masalah agama tergantung pada para mujtahid dan tidak ada keterangan sama sekali dari para imam, kita perlu bertanya ulang dan berpikir, sebenarnya kita mengikuti mujtahid atau para imam? Akhirnya penganut syi’ah hanya mengikuti mujtahid tanpa pernah boleh tahu mana sabda imam yang benar-benar asli sabda imam. Padahal ulama dan teman-teman syi’ah telah “berbusa-busa” menjelaskan pada umat tentang kewajiban untuk mengikuti para imam yang maksum, tetapi dalam kenyataan yang mereka ikuti adalah para mujtahid yang sama sekali bukan maksum.
Jika memang benar penganut syi’ah tidak boleh menyaring mana yang benar-benar sabda imam, maka mengikuti imam adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, apa yang tidak mungkin dilakukan tidak mungkin pula diwajibkan oleh Allah, kerana bagaimana Allah boleh mewajibkan manusia untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan? Jika kita melihat ada ayah yang menyuruh anaknya yang berusia dua tahun untuk membangun rumah, maka kita katakan ayah itu gila, kerana menyuruh si anak untuk melakukan sesuatu yang mustahil boleh dilakukan.
Apakah kenyataan tidak adanya kitab yang sahih adalah sebuah kesengajaan untuk menjauhkan umat [tanpa mereka sadari] dari ahlulbait dan menggiring mereka untuk mengikuti para mujtahid. Maka sebenarnya kaum syi’ah saat ini adalah pengikut para mujtahid syi’ah [yang sama sekali bukan maksum] bukannya pengikut para imam syi’ah. Para ulama syi’ah hari ini mengatakan bahwa syi’ah tidak memiliki kitab yang isinya riwayat shahih dari para imam, kerana pintu ijtihad selalu terbuka. Kita pun bertanya di sini, apa sebenarnya manfaat ijtihad? Bukankah kita sudah cukup dengan mengikuti para imam yang maksum? mengapa para ulama syi’ah merasa khawatir jika penganut syi’ah hanya bertaqlid kepada para imam? Kerana fakta yang ada dari kehidupan keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] bertolak belakang dengan apa yang didoktrinkan ulama syi’ah kepada pengikutnya, dan ini sesuai dengan apa yang ada dalam kitab-kitab syi’ah, di mana tercantum bahwa para imam memuji sahabat dan kenyataan lain yang membuktikan adanya hubungan kasih sayang yang terjalin antara sahabat Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] dan para imam ahlulbait, sebuah kenyataan yang tidak disukai oleh seluruh ulama syi’ah. Jika ada kitab yang isinya shahih dalam mazhab syi’ah, penganut syi’ah akan mendapati dalam kitab itu riwayat bahwa Ali membaiat tiga khalifah sebelumnya, tidak hanya berbaiat tapi juga mendukung dan membantu mereka, demi Allah jika memang Ali memiliki hak maka dia tidak akan meninggalkan hak itu, sedangkan kita sudah tahu siapa Ali, mereka akan menemukan bahwa Hasan bin Ali bin Abi Thalib melengserkan diri dari jabatan khalifah dan menyerahkannya pada Muawiyah, dua hal ini, yaitu Ali yang berbaiat pada khalifah sebelumnya dan Hasan yang menyerahkan jawatan khalifah pada Muawiyah, adalah dua peristiwa yang menggugurkan sebuah prinsip yang terpenting dalam mazhab syi’ah, yaitu ajaran imamah, yang imam yang maksum membantah prinsip imamah dan membuktikan secara nyata bahwa imamah bukan salah satu ajaran pokok agama, kerana figur seperti Ali dan Hasan tidak mungkin meninggalkan ajaran agama yang terpenting, dan mereka tidak mungkin menjadi penipu dan berpura-pura [bertaqiyah], tetapi ketika mereka meninggalkan jawatan khalifah ini adalah bukti nyata bahwa penunjukan [nash] bagi mereka memang tidak ada, maka boleh dikatakan bahwa Ali dan Hasan membantah apa yang diyakini oleh orang awam syi’ah yang selama ini ditipu oleh ulama yang memang tidak menginginkan orang awam untuk menjadi pengikut ahlulbait yang sebenarnya, tetapi ulama itu menginginkan orang awam agar mengikuti ulama dengan setia ketika ulama itu menyelisih ahlul bait, dengan menciptakan permusuhan dan kebencian antara sahabat Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] yang mulia dan keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam], kerana ada kebencian di hati para ulama syi’ah pada para sahabat Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] yang dipuji oleh Allah dan RasulNya.

Maka anda jangan mengharap munculnya kitab yang seluruh isinya adalah riwayat sahih dari ahlulbait, dan kondisi ini sudah berlalu lebih dari seribu tahun, kita lihat ajaran syi’ah belum sempurna dan menunggu sampai sempurna, agar ulama syi’ah dapat menulis kitab yang isinya riwayat shahih dari Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] dan keluarganya.

No comments:

Post a Comment