Pages

Monday, December 1, 2014

Dari Inggris, Iraq, Hingga Tunisa; Ibraheem Greeves Pun Memeluk Islam

527819_361221453939596_1447591970_n

IBRAHEEM Greeves adalah saksi sejarah bagaimana negara Israel dibentuk. Ia “mengembara” ke berbagai daerah untuk mempelajari berbagai agama dan akhirnya memutuskan untuk masuk Islam.

Berikut ini a menyatakan perasaannya tentang Islam dan bagaimana ia memeluk agama Islam setelah “mencoba” berbagai macam agama lainnya. Berikut penuturannya:

“Sejak saya kecil, saya selalu mencari, saya benar-benar tidak tahu apa yang saya cari, tapi pencarian saya membawa saya ke banyak tempat.

Ini dimulai dengan Kristen, maka saya masuk Katolik, Buddha, segala macam agama, dan untuk beberapa alasan saya akhirya merasa agama-agama itu tidak benar.

Kemudian saya bertemu Muslim beberapa tahun yang kemudian, saya bahkan tidak tahu bahwa mereka adalah Muslim. Suatu hari, saya pergi ke sebuah tempat makan di Basrah, Irak. Saya banyak bertanya-tanya di tempat ini, maka saya duduk dan seseorang memberiku sendok. Ada orang duduk di meja, tapi tidak ada yang makan. Memang aneh, dan saya pun akhirnya tidak makan meskipun saya berasa lapar.

Kemudian, suara adzan terdengar, tetapi saya tidak tahu itu adalah adzan. Setelah selesai adzan, semua orang di rumah makan itu mulai makan dan berbicara. Tentu saja itu bulan Ramadhan, tapi pada saat itu saya juga tidak tahu apa itu bulan Ramadhan.

Saya juga selalu tertarik ke bagian dari dunia. Kembali pada tahun 1948, semua media selalu anti-Islam, ada banyak propaganda pada saat penciptaan Israel dan apa yang mereka lakukan adalah menciptakan “surga” menurut banyak laporan media pada saat itu.

Karena saya tinggal dengan umat Islam, saya tidak percaya apa yang dikatakan di media tentang mereka, saya tahu bahwa umat Islam tidak seperti itu, mereka selalu baik pada saya dan selalu ramah.

Setelah saya membaca tentang agama Kristen dan agama-agama lain, saya mulai membaca terjemah Al-Quran. Pada awalnya saya tidak begitu terkesan, dengan cerita tentang azab dan semua hal-hal seperti itu. Lalu saya meletakkannya, dan kemudian saya membacanya lagi. Saya pada saat itu belum mampu untuk meminta seorang Muslim untuk mengajar saya tentang Islam dan Alquran.

Perjalanan ke Tunisia

Saya pergi ke Tunisia, di hari Jumat, saya duduk di depan masjid agung yang di depannya terdapat kedai kopi. Tiba-tiba saya menyadari bahwa ada banyak orang mulai masuk ke masjid, lebih banyak dari biasanya, saya tidak tahu mengapa tetapi jumlah mereka semakin meningkat. Tiba-tiba saya hanya berpikir bahwa saya ingin bersama mereka, saya benar-benar ingin bisa berjalan dengan mereka tanpa tahu mengapa.

Saya pergi ke masjid dan meminta seseorang menceritakan tentang Islam. Dia menghabiskan banyak waktu berbicara tentang Islam kepada satya dan semuanya masuk akal bagi saya. Ini adalah pertama kalinya bagi saya berada di masjid, saya tertarik untuk berada di sana, dan saya kemudian mengucapkan kalimat Syahadah juga di sana.

Kembali ke Inggris

Kemudian setelah beberapa waktu, saya kembali ke Inggris dan saya tinggal di tempat di mana ada lebih banyak warga Muslim.

Komunitas Muslim telah mendukung saya dengan sangat baik sejauh yang mereka bisa, tapi saya punya kebutuhan khusus karena saya tidak bisa mendengar dengan baik.

Saya sangat ingin tahu tentang Islam, saya haus untuk tahu lebih banyak tentang Islam. Saya sendiri tidak bisa berbicara bahasa Arab namun ada keinginan kuat untuk mempelajarinya. Sejak saya mengalami stroke, saya tahu lebih banyak tentang Islam karena ada banyak waktu bagi saya untuk membaca, tetapi sekarang saya hanya dapat membaca sedikit, dan itulah bagaimana saya dididik secara mandiri tentang Islam, sedikit demi sedikit.

Keyakinan saya adalah bahwa kita menginginkan apa yang Allah ingin berikan kepada kita, dan saya sangat berterima kasih atas apa yang telah Allah berikan kepada saya, Alhamdulillah.” [sa/onislam]

No comments:

Post a Comment