Abu Dzar pernah bertanya, ”Wahai Rasulullah, masjid apakah yang paling pertama kali dibangun di bumi?” beliau menjawab, ”Al-Masjid Al-Haram.” Saya bertanya lagi, ”Kemudian apa?” beliau menjawab, ”Al-Masjid Al-Aqsha.” Saya bertanya, ”Berapa lama selang waktu di antara keduanya?” beliau menjawab, ”40 tahun. Dimana saja shalat menjumpai kamu maka shalatlah karena itu adalah masjid.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6/315-317,359), Muslim (2/63), An-Nasai (1/112), Ibnu Majah (1/254), Al-Baihaqi (2/434), Ath-Thayalisi (hal. 62 no. 462) dan Ahmad (5/150,156,157,160,166) dari beberapa jalan dari Al-A’masy dari Ibrahim At-Taimi dari ayahnya darinya.
Sabda beliau dalam hadits ini, ”Sesungguhnya selang waktu antara Al-Masjid Al-Haram dengan Al-Aqsha adalah 40 tahun,” sedikit ganjal, karena yang membangun Al-Aqsha adalah Sulaiman -alaihissalam- sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits Abdullah bin Amr yang akan datang sebentar lagi insya Allah. Sedangkan jarak antara dia dengan Ibrahim -alaihissalam- adalah lebih dari 1000 tahun menurut apa yang dikatakan oleh para pakar sejarah. Kemudian, dalam nash Al-Qur`an -sebagaimana yang Al-Hafizh katakan- disebutkan bahwa kisah Daud yang membunuh Jalut adalah jauh setelah zaman Musa.
Keganjilan ini telah dijawab dengan beberapa jawaban, dan mungkin jawaban yang lebih dekat kepada kebenaran adalah ucapan Al-Khaththabi, ”Kelihatannya yang pertama kali memulai pembangunan Al-Masjid Al-Aqsha adalah sebagian wali-wali Allah sebelum Daud dan Sulaiman. Kemudian Daud dan Sulaiman menambahinya dan memperluasnya, karenanya pembangunannya disandarkan kepada keduanya.”
Lihat kelanjutan pembahasan dan jawaban-jawaban lainnya dari keganjilan ini dalam Al-Fath (6/316) dan Al-Mirqah (1/478).
Al-Hafizh Ibnu Katsir telah memastikan dalam Al-Bidayah (1/196)(2/26) ”bahwa Israil -dan dia adalah Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim- adalah orang yang pertama kali membangun Al-Masjid Al-Aqsha, dan bahwa Sulaiman -alaihissalam- yang memperbaharuinya setelah itu.”
Kalau ini benar maka itu dekat dengan apa yang ditunjukkan oleh hadits tentang selang waktu antara pembangunan kedua masjid ini, wallahu a’lam.
[Diringkas dari Ats-Tsamar Al-Mustathab karya Al-Albani: 1/511-513]
http://al-atsariyyah.com/ selang-waktu-pembangunan-ma sjidil-haram-dengan-masjid il-aqsha.html
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6/315-317,359), Muslim (2/63), An-Nasai (1/112), Ibnu Majah (1/254), Al-Baihaqi (2/434), Ath-Thayalisi (hal. 62 no. 462) dan Ahmad (5/150,156,157,160,166) dari beberapa jalan dari Al-A’masy dari Ibrahim At-Taimi dari ayahnya darinya.
Sabda beliau dalam hadits ini, ”Sesungguhnya selang waktu antara Al-Masjid Al-Haram dengan Al-Aqsha adalah 40 tahun,” sedikit ganjal, karena yang membangun Al-Aqsha adalah Sulaiman -alaihissalam- sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits Abdullah bin Amr yang akan datang sebentar lagi insya Allah. Sedangkan jarak antara dia dengan Ibrahim -alaihissalam- adalah lebih dari 1000 tahun menurut apa yang dikatakan oleh para pakar sejarah. Kemudian, dalam nash Al-Qur`an -sebagaimana yang Al-Hafizh katakan- disebutkan bahwa kisah Daud yang membunuh Jalut adalah jauh setelah zaman Musa.
Keganjilan ini telah dijawab dengan beberapa jawaban, dan mungkin jawaban yang lebih dekat kepada kebenaran adalah ucapan Al-Khaththabi, ”Kelihatannya yang pertama kali memulai pembangunan Al-Masjid Al-Aqsha adalah sebagian wali-wali Allah sebelum Daud dan Sulaiman. Kemudian Daud dan Sulaiman menambahinya dan memperluasnya, karenanya pembangunannya disandarkan kepada keduanya.”
Lihat kelanjutan pembahasan dan jawaban-jawaban lainnya dari keganjilan ini dalam Al-Fath (6/316) dan Al-Mirqah (1/478).
Al-Hafizh Ibnu Katsir telah memastikan dalam Al-Bidayah (1/196)(2/26) ”bahwa Israil -dan dia adalah Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim- adalah orang yang pertama kali membangun Al-Masjid Al-Aqsha, dan bahwa Sulaiman -alaihissalam- yang memperbaharuinya setelah itu.”
Kalau ini benar maka itu dekat dengan apa yang ditunjukkan oleh hadits tentang selang waktu antara pembangunan kedua masjid ini, wallahu a’lam.
[Diringkas dari Ats-Tsamar Al-Mustathab karya Al-Albani: 1/511-513]
http://al-atsariyyah.com/
—
No comments:
Post a Comment