Pages
▼
Tuesday, July 10, 2012
Raphael Narbaez: Saksi Jehovah yang Menemukan Kebenaran Islam
Tak pernah terlintas di benak Raphael NarBaez, lelaki berbangsa Amerika Syarikat untuk mempelajari dan bahkan memeluk Islam. Betapa tidak. Dalam dirinya telah tertanam sebuah keyakinan bahawa semua agama, selain daripada yang diyakininya, adalah buruk.
Hingga suatu hari, ia tak lagi meyakini kebenaran agama yang dipeluknya. Narbaez pun memutuskan untuk meninggalkan agamanya. Ia lalu mempelajarinya semula, dan bahkan sempat tak memeluk agama apapun, setelah itu.
Ia merasa beruntung mempunyai satu keyakinan yang tersisa di hatinya. '' Aku yakin Tuhan itu ada,'' ujarnya. Keyakinan itu membawanya pada agama yang Islam, agama yanag diyakininya paling benar.
"Aku yakin, Allah telah merancang semua ini bahkan sebelum aku dilahirkan,'' katanya.
***
Raphael Narbaez adalah lelaki kelahiran Texas, California, yang akan dibaptis sebagai seorang Katolik, tak lama setelah lahir ke muka bumi. Maklumlah saja, ia berasal dari keluarga Katolik yang taat.
Narbaez tumbuh di Lubbock, wilayah Texas yang memiliki banyak gereja dan dihuni komuniti kuat Kristian. Lingkungan tersebut membawanya menjadi seorang 'saksi Jehovah' (Tuhan orang Yahudi).
'Saksi Jehovah' adalah sebuah denominasi umat Kristian pemulih kepercayaan milenialisme, di luar ajaran utama Kristian dan tidak meyakini adanyaa trinitas.
Suatu hari, kata Narbaez, pintu rumahnya diketuk oleh beberapa orang. Mereka mengadakan pengajian Bible di rumah. Setelah pengajian itu, beliau dan keluarganya juga mendatangi gereja para 'saksi Jehovah'. Mereka menghadiri sejumlah pertemuan dan bergabung dengan jamaah kebaktian mereka. Mereka pun menjadi sebahagian dari para saksi Jehovah.
Narbaez pun dengan penuh semangat mengkaji Bible. Semakin dalam mengkaji dan mendalami Bible, ia dihadapkan pada sebuah ironi mengenai kitab sucinya itu.
"Sesiapa yang familiar dengan naskah tersebut tahu tepat bahawa Bible telah banyak tercemar di sepanjang sejarah. Namun di sisi lain, aku selalu merasa bahawa Bible yang asal benar-benar berasal dari Tuhan," katanya. Umat Kristian yang lain pun, kata dia, memuaskan diri dengan pemikiran yang sama, bahawa Bible yang asli hebat dan logik.
Narbaez mula belajar lebih banyak dan mendalam Bibel, hingga ia dibaptis sebagai saksi Jehovah saat memasuki usia 13 tahun. Semenjak itu, ia seperti mendapat suntikan semangat untuk berbuat lebih banyak 'pekerjaan Tuhan.'
"Sesuatu yang tidak biasa terjadi. Aku diakui dan diberkati untuk menjadi pembicara dalam acara-acara kebaktian. Dan aku mulai berbicara di depan jamaat berjumlah besar," katanya.
Bahkan, ia baru berusia 20 tahun saat mempunyai jamaah kebaktian sendiri, dan ia semakin mendalami ajaran tentang 'saksi-saksi Jehovah. Lalu, setelah melewati banyak kebaktian, doa, dan duka, Narbaez meninggalkan agamanya dan tidak cuba untuk kembali.
Yang terjadi kemudian, katanya, ia tak dapat berpindah ke agama baru apapun. "Sebagai 'saksi Jehovah,' aku diajar bahawa semua agama tidak baik, bahawa hanya para 'saksi Jehovah' yang mampu membawa kepada penerimaan terhadap Tuhan," katanya
Dengan penuh kesedaran, Narbaez tak lagi mempercayai semua ajaran 'Saksi-saksi Jehovah,' juga ajaran agama lain. Jadi ia seseorang tanpa agama.
"Mujurlah, aku bukan seorang tanpa Tuhan. Aku masih mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan seisi semesta," katanya.
Ia lalu memutuskan untuk kembali ke gereja, tempat di mana ajarannya berasal. "Aku dilahirkan sebagai seorang Katolik dan menjadi seorang 'saksi Jehovah' sepanjang hidupku, aku kembali ke sana untuk mencari sesuatu yang mungkin telah kulewatkan," katanya.
Tiga bulan lamanya Narbaez menghanyutkan diri dalam doa-doa, kebaktian dan juga misa. Namun, semua itu tidak mengubah keadaan yang dialaminya. "Sama sekali tidak menarik fikiranku, tidak juga hatiku," ujarnya.
Hingga pada satu hari, ia berkesempatan bertemu dengan seorang Muslimah yang selalu tampak gembira dan mesra. "Aku memperhatikannya dan tertarik dengan keperibadiannya. Ia memberitahu banyak perkara tentang Islam."
Setelah itu, tak sedikitpun terselit niat dalam benaknya untuk memeluk Islam. "Aku hanya berfikir tentang sebuah keinginan menjadi umat Kristian yang baik, dan aku yakin dengan cara Tuhan menjadikan seorang Kristian taat."
Narbaez pun kembali mendalami Bible. Ia melakukannya berjam-jam, terutama saat malam. Ia membaca seluruh isi kitab Perjanjian Baru, dan melahap Perjanjian Lama; Genesis (Permulaan), Deutoronomy (Ulangan), Exodus (Kepergian).
Lalu ketika ia mencapai bahagian tentang Prophets (Nabi-nabi), Narbaez tiba-tiba ingin merehatkan matanya sambil berfikir tentang pertemuannya dengan Muslimah yang memberitahunya tentang Islam, tentang menjadi seorang Muslim, tentang Al-Quran, dan tentang Allah SWT.
"Lalu aku berkata, 'Baiklah, aku adalah orang dengan fikiran terbuka sekarang. Aku akan mencari tahu tentang itu, bukan sebagai seorang saksi Jehovah'," tuturnya.
Mula-mula ia berfikir tentang jumlah Muslim dunia yang mencapai 1.2 bilion. Lalu Narbaez berfikir bahawa ternyata syaitan tak terlalu hebat untuk boleh memperdaya 1.2 bilion umat Islam, dan ia pun mulai membaca Al-Quran untuk mencari jawapannya.
Raphael menyelesaikan bacaannya, dan mula mencari jawapan lebih dari yang diharapkannya. "Segala-galanya menjadi jelas. Bahkan, aku boleh memahami Bible-ku setelah membaca Al-Quran," tegasnya. Dan Narbaez menyimpulkannya sebagai cara Tuhan menjadikannya seorang umat Kristian yang baik.
"Tuhan mengajar melalui Al-Quran."
Raphael terus membaca Al-Quran. Menurutnya, isinya lebih mudah dan lebih ringkas daripada kitab yang sering dibacanya. "Aku mula meninggalkan Bible yang pernah kuyakini sebagai perkataan Tuhan."
Bersamaan dengan itu, Narbaez mempunyai keinginan untuk menemui orang-orang Islam pemilik kitab suci tersebut. Ia memilih masjid sebagai tempat yang tepat untuk bertemu dengan mereka, untuk menyemak kebenaran maklumat yang pernah dikatakan oleh wanita Muslim yang pernah ditemuinya.
Dengan menggunakan kereta, Narbaez mendatangi sebuah masjid di California bahagian selatan. "Perutku menegang, rasanya seperti ketika kita diharuskan melakukan sesuatu sedangkan kita tidak menginginkannya," katanya.
Sambil berputar beberapa kali melewati masjid, ia kemudian mencari-cari alasan untuk membatalkan niatnya memasuki masjid tersebut. Ia mendapatkan sebuah alasan. Kawasan parkir masjid tersebut penuh.
'' Aku akan berputar sekali lagi. Jika tidak ada kereta yang keluar dari halaman masjid, aku akan pulang. "
"Allah Maha Berkehendak," ujarnya.
Ia menceritakan, saat melintas di depan masjid untuk terakhir kalinya, sebuah kereta keluar. Ia menjadi jauh lebih cemas dari sebelumnya. Namun ia menepati janjinya.
Narbaez menghampiri sekumpulan orang yang berbaur di dalam masjid selepas solat berjemaah, apabila beberapa di antara mereka menyambutnya sambil mengucap salam. Seseorang yang menyedari bahawa Narbaez adalah orang baru di sana, memimpinnya, mengajaknya berkeliling masjid, dan mengajarnya berwudhu.
Ia terkesima sekaligus takjub. "Aku suka cara mereka (Muslim) menyucikan diri, dan semua amalan yang mereka lakukan," ujarnya. Ia kagum dengan gerakan ruku dan sujud, yang dimaknainya sebagai ekspresi makhluk yang tidak berdaya di hadapan Tuhan.
Dalam hatinya muncul keinginan yang kuat untuk berdoa dengan cara yang dilakukan Muslim. "Saya merasa seperti pulang kembali ke rumah setelah lama mengembara." Raphael mantap berislam tak lama selepas itu.
Kemantapan hatinya itu, kata Raphael, bermuara pada Al-Quran dan hadis. "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat," ujar Raphael mengutip surah kegemarannya, an-Nasr .
No comments:
Post a Comment