Pages
▼
Tuesday, July 10, 2012
Julianne Scasny: Hatiku Bergetar Ketika Membaca Al-Quran
Suatu hari, Julianne Scasny mengikuti kelas Sejarah. Tema yang dipelajari hari itu, tentang Sejarah Agama-agama besar di dunia. Di depan bilik kelas, menyanyikan guru tengah Bab Agama Islam. Saat guru itu tengah asyik bercerita tentang Islam, Seorang rakan Julianne protes.
Penuntut yang berasal Komplek dan beragama Islam itu tak sependapat dengan penjelasan gurunya. Istilah Islam itu membetulkan dan meluruskan maklumat yang salah tentang Islam. "Wah, dia Berani sekali membantah guru,'' ujar Julianne. Sejak terjadi perdebatan antara temannya yang Muslim dengan guru Sejarah Kerana itulah, wanita Kelahiran Michigan, Amerika Syarikat (AS) itu mula tertarik pada Islam.
Julianne sangat penasaran dengan Islam. Pada suatu hari, ia pun bertanya kepada temannya yang beragama Islam tentang perbezaan antara Katolik - Agama yang saat itu dianutnya - dan Islam. Sayangnya, temannya itu tak banyak memberi penjelasan. Rasa ingin tahunya tentang Islam pun tak dipenuhi.
Ia tak Menyerah. Untuk mencari tahu tentang Islam, Julianne pun melawat rumah rakan sekelasnya yang Muslim itu. Ia lalu meminjam Al Quran dari orang tua temannya. Tentu saja, Al Quran yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa UK.
Hati Julianne bergetar jam membaca Al Quran. Gadis pecinta sastera dan pemuja puisi itu sangat terpesona dengan bahasa Kitab Suci Umat Islam yang amat indah. Tarikan pada keindahan bahasa Al Quran mendorongnya untuk membaca seluruh ayat-ayat Suci itu.
Dalam kalbunya terbesit sebuah keyakinan. '' Anda ini kitab Ditulis bergantung kepada keputusan dalam bahasa Inggeris, sekalipun, penulisnya tak mungkin Seorang manusia. Ini firman Siak,'' ujar Julianne dalam hati. Ia Begitu Yakin dengan Kebenaran dari Al Quran. '' Dan saya menjadi Muslim di dalam hati, "kata wanita pernah berkeinginan menjadi Seorang biarawati itu.
Julianne pun mengucap dua kalimah syahadat. Ia bertekad menjadi Seorang Muslimah, Meski Mencabar Berat harus dihadapinya. Dalam hatinya telah tertanam sebuah keyakinan bahawa Islam adalah agama yang paling benar.
***
Julianne berasal dari Keluarga keturunan Poland-Syria. Ia terlahir pada 25 April 1982. Ayahnya adalah Seorang campuran Poland dan Slovakia, sedang ibunya Seorang Halab, Syria yang lahir di Detroit. Julianne pun lahir sebagai Katolik di Detroit, Michigan.
Kedua-dua orang tuanya murka Begitu tahu bahawa Julianne telah memeluk Islam. Mereka tak boleh menerimanya, terutama sang ibu. Sebenarnya, ia amat WIB orangtuanya dapat menerima Islam sebagai agamanya, Namun ternyata sebaliknya.
Ibunya berusaha melarangnya berteman dengan orang-orang Islam. Sang ibu juga kerap menelefon orang tua temannya agar tak lagi mendakwahkan Islam kepada Julianne. Saat itu, ia Begitu bingung. Namun, imannya tak goyah sedikitpun.
Setiap hari menyanyikan ayat membongkar biliknya. Semua barang-barang bernuansa Islam yang ada di bilik Julianne seperti Tikar, tudung, dan Al Quran disita ayahnya. Julianne Terpaksa menyembunyikan Al Quran di ventilasi pendingin Terbang agar tak dapat berpatutan ayahnya. Ia amat khuatir kedua ibu bapanya akan membuang Al Quran itu.
Pelbagai usaha dilakukan kedua-dua orang tuanya agar Julinanne melepas keyakinannya sebagai Muslim. Mereka berusaha mengajaknya ke Gereja. Suatu hari ibunya berupaya mempertemukannya dengan Seorang Pendeta. Di hadapan Pendeta, Juliane mengatakan amat cinta kepada Islam.
'' Aku tak habis orang-orang tamak. Bagaimana Sesuatu yang indah ini (Islam) I Love You Dewi Answer oleh orang-orang,'' ucap Julianne. Paderi tersebut mengatakan bahawa Mimpi Julianne yang Scram ke negara Islam sambil berhijab adalah perbuatan Setan. "Saya tidak dapat melupakan wajahnya, ia kelihatan seperti Setan ketika ia mengatakan itu,'' ujarnya menggebu-gebu.
Julianne juga mengisahkan bagaimana ibunya kerap berbohong. Sang ibu kerap menghidangkan Masakan yang diperbuat dari babi, Namun mengaku diperbuat dari daging lembu. Sebagai Seorang Muslimah, Julianne amat selektif dalam Memilih makanan. Ia mesti memastikan hidangan yang disantapnya halal.
Ia pun memeriksa pembungkus makanan yang dihidangkan ibunya. Ternyata dugaannya benar, Masakan yang dihidangkan itu diperbuat dari daging babi. Ayahnya pun pernah membuatnya Memilih untuk tinggal di rumah sebagai Seorang Katolik atau meninggalkan rumah.
"Solat adalah Sesuatu yang sangat SULIT dilakukan di rumah, mereka mengolok-olok ketika saya selesai sembahyang,'' ujarnya. Sejujurnya Julianne mengaku sangat sakit hati diperlakukan seburuk itu. Keluarganya selalu menghina Islam, agama yang dianutnya.
***
Julianne mengaku mempelajari selesai sembahyang dalam bahasa Arab secara otodidak melalui video dan buku-buku. Ia juga mulai Bab tentang Islam kepada adik perempuannya. Mengatui hal itu, kedua ibu bapa Julianne mengancam akan mengusirnya dari rumah.
Julianne pun berhenti mengajarkan Islam kepada adiknya. Meski begitu, ia sempat mengatakan banyak hal kepada adiknya tentang Islam. Adiknya pun mulai tertarik dan Sebaliknya mulai mempersoalkan Sejumlah hal tentang Islam.
Lenang di bawah tekanan dari kedua-dua orang tuanya, Julianne pun mulai kesulitan untuk menunaikan selesai sembahyang. Ia sempat berhenti melakukan selesai sembahyang. Ia tak pernah berhenti berdoa di dalam hati agar diberi kesempatan untuk mendalami Islam ketika Dewasa.
Tidak Seorang pun menyokong keislamannya, kecuali orang tua rakan-rakannya yang meminta Julianne agar mendengar Nasihat kedua orang tuanya. Teman-teman Muslimnya juga sudah tentu tidak mengerti apa yang dialaminya. Barangkali, mereka sendiri belum sudah tentu Dewasa dan mengerti tentang Islam secara baik.
Ketika usianya menginjak 20 tahun dan sudah berstatus sebagai mahasiswi, doa Julianne yang ingin mendalami Islam terkabul. Ia mendapat khabar di sekitar lingkungannya dibina sebuah masjid. Untuk memastikan khabar itu, ia menelefon wanita yang memberinya Al-Quran dan menanyakan tentang masjid yang baru dibina di dekat rumahnya.
Sebelum berdiri rumah ibadah itu, masjid berdekatan di daerahnya tinggal harus ditempuh selama 45 minit hingga satu jam perjalanan. Berdirinya masjid itu membuatnya amat bahagia. Julianne pun memutuskan untuk mengulang syahadatnya sebagai seorang Muslim, tepat pada bulan Ramadhan.
Ia pun komited akan mendalami Islam dan tidak lagi peduli dengan larangan kedua orang tuanya. '' Saya merasa seperti Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus. Namun saya bertekad untuk keluar dari kebiasaan buruk itu,'' kenangnya.
***
Julianne pun mulai memakai hijab, meski kedua ibu bapanya melarang. Iman dalam hatinya sudah mantap. Islam adalah jalan hidupnya. Ia sudah tidak lagi menghiraukan perintah kedua ibu bapanya untuk meninggalkan Islam.
Agar boleh memakai tudung, kadang-kadang Julianne memakainya di kereta. Ibunya sangat kecewa. '' Ia mengatakan aku seperti seorang wanita tua, ketika aku mengenakan hijabku. Ketika ia berusaha mengambil hijab itu dari kepalaku, aku memukulnya. Astaghirullah,'' tuturnya.
Julianne benar-benar mengalami kehidupan yang berat pada saat itu. Sang ibu menilai dirinya telah membuat malu keluarga. Ibunya mengatakan tidak mahu melihat Julianne di bandar tempatnya tinggal.
Ia akhirnya tinggal di rumah neneknya. Lagi-lagi Julianne mengalami kesulitan. Ketika sedang menunaikan solat, sang nenek berteriak kepadanya, "Tidakkah kau mendengarku ketika aku berbicara denganmu?"
Mereka mentertawakan dan mengolok-oloknya ketika membaca Al-Quran. Datuknya, bahkan tidak mahu lagi berbicara dengannya. Ibunya sempat membawa Julianne ke seorang psikoterapi. Ia pun diberi ubat psikotik. Tentu saja ia tidak mahu memakannya, justeru membuangnya.
***
'' Satu-satunya hal yang dapat ku lakukan agar keluar dari kesulitan ini adalah dengan berkahwin,'' tuturnya. Julianne pun mengganti namanya menjadi Noora Alsamman. Pernikahannya pun dilalui dengan sejumlah halangan.
Ia bertemu dengan seorang Muslim dari Damsyik, Syria. Sang ibu tidak bersetuju pernikahannya dengan calon suaminya. Julianne memutuskan untuk berkahwin secara Islam. Hal inilah yang membuat ibunya tidak setuju. Selain itu, suaminya juga adalah seorang Muslim.
'' Ibu ingin aku berkahwin dengan seorang Kristian dan melaksanakannya di gereja, "tuturnya. Ia ingin melihat anaknya memakai gaun putih dan perkahwinan tersebut disahkan di gereja.
Keteguhan hatinya pada Islam membuat pernikahan itu akhirnya berjalan dengan lancar, walaupun sang ibu terus berusaha membatalkannya. Sang ibu memaksa Julianne untuk berpacaran terlebih dahulu dengan suaminya agar mereka saling mengenal.
Setelah berkahwin, Julianne alias Noora pindah dari Atlanta ke Houston. Setahun kemudian mereka dikurniakan seorang putra bernama Yousuf. '' Alhamdulillah, saya berharap, insyaallah boleh pindah ke Madinah,'' katanya.
Di akaun facebooknya, Noora menggabungkan nama asli dengan nama Islamnya menjadi Julianne Noora Scasny Alsamman. Status-status diisi dengan mesej-mesej keislaman dan rasa syukurnya menjadi seorang Muslimah.
No comments:
Post a Comment