Pages

Saturday, August 21, 2010

Hadis dan Ayat Al-Quran Tentang Puasa


http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs205.snc4/38588_117312154986469_100001230549851_106869_7785038_n.jpg
Surah Al-Baqarah .Ayat: 183. Wahai  orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs052.ash2/35942_117312398319778_100001230549851_106886_7972086_n.jpg
Rasulullah saw bersabda: “Puasa itu merupakan perisai yang dapat menghalangi seorang hamba dari panasnya siksa api neraka” (HR. Ahmad).
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs052.ash2/35942_117312394986445_100001230549851_106885_3870974_n.jpg
” Syurga memiliki 8 pintu, salah satu daripada pintu syurga adalah bernama pintu Raiyan yang dikhususkan untuk mereka yang berpuasa, tidak dibenarkan masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka yang berpuasa sahaja “
Orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu khusus yang disebut dengan pintu Rayyan
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Di surga itu terdapat sebuah pintu yang disebut dengan pintu Rayyan. Pintu itu hanya akan dilalui kelak di hari Kiamat oleh mereka yang berpuasa dan tidak akan pernah dimasuki oleh orang selain mereka yang berpuasa. Apabila orang-orang yang berpuasa telah masuk, maka pintu itu dengan sendirinya akan terkunci, dan tidak dapat masuk melaluinya seorang pun.
Demikian juga apabila orang yang paling akhir memasuki pintu tersebut, maka ia akan terkunci dengan sendirinya. Barangsiapa yang masuk ke dalam surga melalui pintu tersebut, ia akan minum, dan siapa yang minum, maka ia tidak akan pernah merasa kehausan selamanya” (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits lain sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa di surga itu terdapat delapan buah pintu, salah satunya bernama pintu Rayyan.
Pintu ini hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa saja. Kata Rayyan berasal dari kata ar-riyy yang berarti banyak air, tidak dahaga. Jadi pintu Rayyan maksudnya, pintu surga yang apabila dimasuki, penghuninya tidak akan merasakan haus dan dahaga selamanya sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Ini tentu sesuai dengan arti dari ar-Rayyan sendiri yang berarti tidak dahaga, banyak air.
Ibnu Hajar al-Asqalany dalam kitabnya, Fathul Bari (4/111), mengatakan bahwa pintu surga untuk orang yang berpuasa disebut Rayyan dan bukan nama lain yang menunjukkan kepada rasa lapar, karena umumnya orang yang berpuasa lebih membutuhkan air daripada makanan. Atau dengan bahasa lain, orang yang berpuasa lebih merasa berat dan lemah karena dahaganya dari pada karena rasa laparnya. Untuk itulah, nama pintu tersebut dinamakan Rayyan yang lebih berarti untuk menghilangkan rasa haus, dan bukan dengan nama lain yang menunjukkan untuk menghilangkan rasa lapar.
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs052.ash2/35942_117312391653112_100001230549851_106884_1674035_n.jpg
” Sesiapa berpuasa dengan penuh keiamanan, maka Allah SWT akan mengampun semua dosa yang telah dilakukannya. “
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs112.snc4/35942_117312388319779_100001230549851_106883_1356313_n.jpg
Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada seorang hamba pun yang berpuasa sekalipun satu hari di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan dirinya dari siksa api neraka sebanyak tujuh puluh kharif (tujuh puluh kharif maksudnya adalah sejauh perjalanan yang menghabiskan masa tujuh puluh tahun)” (HR. Bukhari Muslim).
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs112.snc4/35942_117312384986446_100001230549851_106882_5167295_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs092.snc4/35942_117312378319780_100001230549851_106880_3535056_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs225.snc4/38588_117312184986466_100001230549851_106878_6828135_n.jpg
Artinya: “Abu Hurairah berkata: ‘Kekasihku, Rasulullah saw telah berwasiat kepadaku tiga perkara: pertama agar selalu melakukan puasa tiga hari setiap bulan, kedua, agar melakukan shalat Dhuha dua rakaat dan ketiga, agar aku selalu melakukan shala witir sebelum tidur” (HR. Bukhari).
Dalam hadits di atas, Rasulullah saw berwasiat kepada Abu Hurairah akan tiga hal. Tidak semata-mata Rasulullah saw mewasiatkannya melainkan menunjukkan ketiga hal tersebut sangat penting. Bahkan, dalam hadits lain masih riwayat Imam Bukhari, Abu Hurairah menambahkan kata-kata: “Kekasihku, Rasulullah saw, telah berwasiat tiga hal kepadaku dan aku tidak akan meninggalkannya sampai meninggal dunia nanti……” (HR. Bukhari)
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs205.snc4/38588_117312178319800_100001230549851_106876_6707369_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs069.ash2/36791_129657067078729_100001033105789_174163_890157_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs105.ash2/38588_117312181653133_100001230549851_106877_7088835_n.jpg
Rasulullah saw bersabda: “Puasa dan (rajin membaca) al-Qur’an, kelak pada hari Kiamat dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada hamba. Puasa kelak akan berkata: “Ya Allah, ia telah menahan dirinya dari makanan dan hawa nafsunya, maka jadikanlah saya sebagai penolongnya”. Al-Qur’an juga kelak akan berkata: “Ya Allah, ia telah rela meluangkan waktunya untuk tidak tidur pada malam hari (karena membaca al-Qur’an), maka jadikanlah saya sebagai penolongnya (pemberi syafa’at)”. Lalu puasa dan al-Qur’an pun, berkat idzinNya, menjadi penolong bagi hamba tersebut” (HR. Ahmad dan Hakim).
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs205.snc4/38588_117312174986467_100001230549851_106875_5524766_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs225.snc4/38588_117312171653134_100001230549851_106874_921744_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs225.snc4/38588_117312168319801_100001230549851_106873_5009928_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs105.ash2/38588_117312164986468_100001230549851_106872_76644_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs225.snc4/38588_117312161653135_100001230549851_106871_3752676_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs225.snc4/38588_117312158319802_100001230549851_106870_6137799_n.jpg
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs295.snc4/41101_117311854986499_100001230549851_106867_7203286_n.jpg
Bulan diturunkannya al-Qur’an dan kitab-kitab lainnya.
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah pada malam Lailatul Qadar tepatnya pada bulan Ramadhan, hal ini sebagaimana firmanNya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS. Al-Baqarah: 185). Karena pada bulan Ramadhan ini al-Qur’an diturunkan, maka sebagai keistimewaan bulan tersebut, Allah mewajibkan untuk berpuasa di dalamnya.
“Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjadikan pemisah berupa sebuah parit antara dia dengan api neraka yang jarak parit tersebut antara langit dan bumi” (HR. Turmudzi dan Thabrani).
Hal ini misalnya terlihat dalam sabda Rasulullah saw berikut ini: “Apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan bertengkar. Apabila seseorang mencaci atau memaki kamu maka katakanlah: “Saya sedang berpuasa” (HR. Bukhari Muslim).
Puasa dapat memasukkan ke surga
Keistimewaan lainnya dari pelaksanaan ibadah puasa adalah akan memasukkan pelakunya ke dalam surga. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang artinya: “Abu Umamah berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah saw: ‘Wahai Rasulullah saw, tunjukkan kepada saya sebuah amal perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga”. Rasulullah saw menjawab: “Berpuasalah, karena tidak ada amalan yang sebanding pahalanya dengan puasa” (HR. Nasai, Ibn Majah dan Hakim).
Orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang tidak terhingga
Hal ini didasarkan kepada hadits Rasulullah saw yang artinya: “Rasulullah saw bersabda: “Seluruh amal perbuatan Ibn Adam akan dilipatkan pahalanya. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan bahkan dapat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: “Kecuali puasa, ia itu khusus bagiKu dan Aku lah yang akan membalasnya secara langsung. Ia meninggalkan syahwatnya, makanannya semata-mata karenaKu. Orang yang berpuasa itu akan memperoleh dua kebahagiaan: Kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika ia berjumpa dengan Tuhannya kelak. Bau mulut orang yang berpuasa itu di sisi Allah, lebih wangi dari pada wanginya minyak kasturi” (HR. Muslim).
Rasulullah saw bersabda: “Seluruh amal perbuatan Ibn Adam akan dilipatkan pahalanya. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan bahkan dapat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: “Kecuali puasa, ia itu khusus bagiKu dan Aku lah yang akan membalasnya secara langsung. Ia meninggalkan syahwatnya, makanannya semata-mata karenaKu. Orang yang berpuasa itu akan memperoleh dua kebahagiaan: Kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika ia berjumpa dengan Tuhannya kelak. Bau mulut orang yang berpuasa itu di sisi Allah, lebih wangi dari pada wanginya minyak kasturi” (HR. Muslim).
Rasulullah saw bersabda: “Allah berfirman: “Seluruh pahala amal perbuatan anak cucu Adam itu milikNya, kecuali puasa, ia adalah milikKu dan Aku lah yang akan membalasnya. Puasa itu adalah perisai, oleh karena itu, apabila seseorang sedang berpuasa, maka janganlah ia mengeluarkan kata-kata keji dan jangan pula bertengkar. Apabila seseorang mencacinya atau memeranginya, maka katakanlah bahwasannya saya sedang berpuasa. Demi diri Muhammad yang berada ditanganNya, bau mulut orang yang sedang berpuasa itu, di sisi Allah, jauh lebih wangi dan lebih harum dari pada harumnya minyak kasturi. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika kelak bertemu dengan Allah swt karena puasanya itu” (HR. Bukhari Muslim).
Puasa dapat menghapus dosa
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda: “Fitnah bagi seorang laki-laki itu akan ditemukan di keluarga, harta dan tetangganya. Namun, semua itu dapat ditutup dan ditebus dengan jalan shalat, puasa dan shadaqah” (HR. Bukhari Muslim).
Pada bulan Ramadhan syetan-syetan diikat dan dirantai, pintu neraka ditutup serta pintu surga dibukakan.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Apabila bulan Ramadhan telah tiba, maka dibukakan pintu-pintu surga, dikunci pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan diikat serta dirantai” (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits lain dikatakan: “Apabila awal malam bulan Ramadhan tiba, maka dirantailah syaithan-syaithan, diikat (diusir) jin (jin jahat), dikunci pintu-pintu neraka sehingga tidak ada satu pintu pun yang terbuka, dibuka pintu-pintu surga sehingga tidak ada satu pintu pun yang terkunci.
Lalu seorang penyeru menyeru: “Wahai penggemar kebaikan, terimalah (bulan Ramadhan ini), dan wahai penggemar kejahatan, batasilah (kejahatannya), karena Allah pada setiap malam dari bulan Ramadhan ini akan membebaskan kalian dari siksa api neraka” (HR. Turmudzi, Ibn Majah dan Ibn Huzaimah).
Pada bulan ini terdapat Lailatul Qadar
Sehubungan dengan Lailatul Qadar ini, Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur`an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Qadar: 1-5).
Pada bulan ini pahala ibadah sunnah dilipatkan menjadi pahala wajib dan pahala ibadah wajib dilipatkan menjadi tujuh puluh kali lipat.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Barang siapa yang melaksanakan amalan sunnah pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala melaksanakan ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan tujuh puluh ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan” (HR. Baihaki).
Ibnu Rajab dalam bukunya Lathaiful Ma’arif (hal. 205-207) mengatakan bahwa sebab dilipatgandakannya pahala itu ada beberapa macam. Pertama, sebuah amal ibadah dilipatgandakan pahalanya karena kemuliaan tempat melaksanakannya (syaraful makan), misalnya ibadah yang dilakukan di Mekah (tanah Haram). Dalam banyak hadits disebutkan bahwa ibadah, baik shalat maupun puasa, yang dilakukan di Mekah, pahalanya akan dilipatgandakan.
Dalam sebuah hadits misalnya dikatakan: “Shalat di mesjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), lebih baik seribu kali shalat daripada shalat di mesjid-mesjid selainnya, selain di Mesjidil Haram (Mekah)” (HR. Bukhari Muslim). Hadits ini mengisyaratkan bahwa shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dilipat gandakan pahalanya dari pada shalat di mesjid lainnya karena kemuliaan tempat di mana mesjid itu berada, yakni di Mekah. Dalam hadits lain juga dikatakan: “Ibnu Abbas berkata: “Barang siapa yang mendapati Ramadhan di Mekah, lalu ia berpuasa dan melaksanakan ibadah di sana menurut kemampuannya, Allah akan memberikan pahala kepadanya seratus ribu pahala dari bulan Ramadhan yang dilakukan di selain Mekah” (HR. Ibn Majah dengan sanad Dhaif).
Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa dilipatgandakannya pahala Ramadhan, lantaran dilakukan ditempat yang dimuliakan oleh Allah, Mekah (syaraful makan). Kedua, amal ibadah dilipatgandakan pahalanya karena kemuliaan waktu (syarafuz zaman), misalnya, bulan Ramadhan, tanggal sembilan Dzul Hijjah dan lainnya. Dalam hadits yang telah disebutkan di atas misalnya dikatakan: Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang melaksanakan amalan sunnah pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan tujuh puluh ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan” (HR. Baihaki).
Dalam hadits lain misalnya juga disebutkan: “Suatu hari Rasulullah saw ditanya: “Shadaqah yang bagaimana yang paling baik?” Rasulullah saw menjawab: “Shadaqah yang dilakukan pada bulan Ramadhan” (HR. Turmudzi). Dalam hadits lain disebutkan: “Umrah pada bulan Ramadhan pahalanya sama dengan pahala melaksanakan ibadah haji”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Umrah pada bulan Ramadhan sama dengan melaksanakan ibadah haji bersamaku” (HR. Bukhari Muslim). Ketiga, dilipatgandakannya pahala ibadah seseorang lantaran orang yang melaksanakannya (syaraful ‘aamil). Dalam banyak keterangan disebutkan bahwa ibadah yang dilakukan oleh ummat Rasulullah saw lebih dilipatgandakan pahalanya dari pada yang dilakukan oleh ummat nabi-nabi lainnya.
Demikian juga dalam hadits di bawah ini disebutkan bahwa amalan para sahabat lebih utama dari pada amal ibadah lainnya dan karenanya ibadah para sahabat pahalanya lebih dilipatgandakan dari pada pahala ibadah orang-orang lainnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku, karena demi diriku yang berada di tanganNya, kalau saja seseorang di antara kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan pernah sebanding meskipun dengan satu mud dari salah seorang mereka bahkan tidak akan sampai setengahnya”.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits di atas yang mengatakan bahwa pahala sunnat pada bulan Ramadhan sama dengan pahala wajib pada bulan-bulan lainnya, dan pahala wajib pada bulan Ramadhan sama dengan tujuh puluh kali lipat pahala wajib pada bulan-bulan lainnya, semua itu dikarenakan kemuliaan waktu melaksanakannya, yakni bulan Ramadhan
من أهداف وحكم الصيام:
1- الصيام هو امتناع عن مباحات لتعويد النفس على ترك المحرمات
2-إن الشيطان يسري من ابن آدم مسرى الدم وفي ترك الطعام والشراب ما يضيق مجراه
3-تشكر الله تعالى على نعمه ( الطعام والشراب والنكاح ) وتعرف نعمة الله عليك بها
4-أن تشعر بإخوانك الفقراء ، فيرق القلب وتزداد عطفا ومساعدة لهم .
5-التعود على الصبر الذي هو نصف الإيمان كما ورد في الحديث عن النبي صلى الله عليه وسلم .
6-إعطاء المعدة قسطا من الراحة ، فقد ثبت علميا مدى الفوائد الصحية الجمة للصيام .
التعود على النظام واحترام قيمة الوقت ، أن تمسك عن المفطرات في وقت محدد ، وتفطر في وقت محدد يدل على أهمية النظام والوقت في الإسلام .
7-وحدة المسلمين : أن يمسك المسلمون ويفطروا في وقت واحد ، له دلالة على وحدة المسلمين
Sila cari maksud hadis, kerana usaha anda mencari Ilmu Allah SWT pasti mendapat habuan daripada Allah SWT, kebanyakkan manusia zaman ini ingin mendapat Hidayah dan Ilmu secara mudah, sedangkan Para Ambiya’ dan Ulamak mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan Ilmu dan Hidayah daripada Allah SWT. Kebanyakkan pegawai-pegawai berpangkat sentiasa meletakkan tanggungjawab agama kepada ustaz-ustaz bawahan, sedangkan Rasulullah SAW bergelar Khalifah Dunia tetap mencari Ilmu dengan bersuluk di Gua Hira’.

No comments:

Post a Comment