Pages

Tuesday, June 22, 2010

Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Menuntut Ilmu Syar’i



Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah
Ada beberapa hal yang harus dihindari oleh seorang penuntut ilmu, karena perkara-perkara tersebut ibarat penyakit ganas yang menjangkiti seorang pasien. Jika tidak menghindarinya, maka ia akan binasa.
1. Hasad.
Yaitu membenci apa yang Allah karuniakan atas seorang hamba. Hampir tidak seorangpun yang lepas dari sifat ini. Maka jika sifat ini melekat pada seseorang, diwajibkan atas manusia untuk tidak berbuat jahat kepadanya dengan perkataan ataupun perbuatan.
2. Berfatwa tanpa ilmu.
Fatwa adalah kedudukan yang agung. Oleh karenanya, tidak boleh sembarangan dilakukan kecuali oleh pribadi yang benar-benar pantas.
Imam Ahmad berkata:
"Sesungguhnya orang yang berfatwa kepada manusia ia telah membawa urusan yang besar. Semestinya orang yang berfatwa mengetahui pendapat-pendapat ulama yang terdahulu. Kalau tidak, jangan berfatwa. Barangsiapa berbicara pada sesuatu yang tidak memiliki sandaran atas hal tersebut, saya khawatir dia akan salah."
Abdurrahman bin Abi Laila mengatakan:
"Saya mendapati 120 dari orang-orang Anshor dari para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak seorangpun dari mereka menyebutkan sebuah hadits kecuali ia berharap seandainya shahabat yang lain telah mencukupi, dan tidaklah mereka dimintai fatwa tentang sesuatu kecuali ia berharap bahwa shahabat yang lain telah mencukupinya dalam berfatwa." (Adab Syar’iyyah: 2/63-64)
3. Sombong.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
وعن عبداللّه بن مسعودرضى اللّه عنه عن النّبىّ صلّى اللّه عليه وسلّم قال : لايدخل الجنّةمن كان فى قلبه مثقال ذرّةمن كبر ، فقال رجل : انّ الرّجل يحبّ ان يكون ثوبه حسناونعله حسنة ، قال : انّ اللّه جميل يحبّ الجمال . الكبر : بطرالحقّ وغمط النّاس (رواه مسلم)٠
"… Tidak akan masuk surga siapa yang terdapat dalam hatinya seberat dzarrah (atom) dari kesombongan. Para shahabat berkata: Wahai Rasulullah bagaimana dengan seseorang yang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus? Nabi menjawab: Sesungguhnya Allah indan dan mencintai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (Shahih, HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud)
4. Ta’ashub.
Yaitu fanatik baik kepada golongan, guru, kelompok, organisasi tertentu, syiar tertentu atau yang semacamnya. Karena hal ini adalah syiar atau ciri khasnya ahlul bid’ah yang menyimpang dari jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yang merupakan sifat tercela apalagi pada seorang penuntut ilmu. Seorang penuntut ilmu syar’i semestinya menjadikan ittiba’ kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai syi’ar yang selalu ia junjung tinggi, ia jadikan syi’ar itu sebagai landasannya dalam berwala’ (loyalitas) dan berbara’ (berlepas diri).
5. Tashaddur.
Yaitu tampil sebelum waktunya, karena ini menunjukkan kebanggaannya pada diri sendiri, dan ketidak tahuannya pada banyak permasalahan. Ini akan mengakibatkan dia terjerumus kepada dosa yang besar yaitu berkata tentang agama Allah tanpa ilmu yaitu mengatakan sebuah hukum dengan mengatasnamakan ini adalah hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa dilandasi ilmu yang benar dan akan membawa dia kepada sifat sombong.
6. Bersu’udzan.
Yakni berburuk sangka kepada yang lain apakah temannya sendiri lebih-lebih gurunya. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa." (Al Hujurat: 12)
(Lihat Kitabul Ilmi hal. 71-83)
Sumber: Majalah Syari’ah, No. 02/I/Rabi’ul Awwal/1424 H/Mei 2003, hal. 15-16. -Sekarang bernama Majalah Asy Syari’ah-

No comments:

Post a Comment