Pages

Saturday, March 6, 2010

SETAN BIN IBLIS AKTOR INTELEKTUAL KONSPIRASI GOBAL (BAG. 1)


 (kajian tematik Al-Qur'an)
Oleh : Agus Junaedi, M.Ag.


Pendahuluan
Konspirasi  sebuah istilah yang relatif familiar dikalangan dunia perpolitikan, sehingga umumnya sebagian masyarakat masih meragukan realitas konspirasi itu sendiri. Apakah hanya sebuah teori atau real dalam kenyataan. Apalagi adanya statement para tokoh-tokoh yang menguatkan pandangan tersebut. Tengok saja pendapat Eep Saefulloh Fatah pakar perpolitikan yang menampik adanya konspirasi. Dalam  sebuah bukunya beliau mengatakan; 
"Salah satu cara menjawab yang seringkali diajukan oleh kalangan Islam adalah menemukan sumber-sumber di luar sebagai penyebab, biang kerok, kekalahan atau kegagalan politik mereka (Ummat Islam, pen.). Salah satu cara sangat populer dalam kerangka ini adalah mengajukan teori konspirasi: menunjuk kalangan-kalangan di luar Islam yang dipersepsikan sebagai komplotan yang memang terus-menerus menjaga agenda mereka untuk memarjinalisasikan kalangan Islam."
Begitu pula pendapat Goenawan Muhamad yang menyebut teori konspirasi sebagai "teori orang malas". Saya tidak bisa tidak bersetuju. Bahkan menurut hemat saya, bukan sekedar itu. Teori konspirasi, bukan alat penjelasan orang-orang yang malas, tetapi juga "teori para pecundang". Seorang pecundang membiasakan telunjuknya mengarah ke luar dirinya, seolah mengharamkan introspeksi. Seorang pemenang, sebaliknya, senantiasa ikhlas melihat pertama-tama ke dalam dirinya. Introspeksi.
Dari pandangan mereka, maka dikenalah dengan istilah Teori konspirasi yakni Sebuah teori yang mencari penjelasan  terhadap kasus atau persoalan  yang diperdebatkan sebagai sebuah persekongkolan jahat yang dilakukan oleh kelompok rahasia  atau aliansi, bukan yang dilakukan oleh perorangan atau tindakan terisolasi seseorang. 
Padahal kalau kita lihat dari definisi konspirasi sendiri sebagaimana berikut ini , konspirasi bukanlah sebuah teori melainkan keniscayaan yang tidak dapat dibantah.  Ia ada dalam semua sisi kehidupan manusia.
Konspirasi adalah; 
1. Sebuah permufakatan yang dilakukan secara bersama-sama yang sifatnya ilegal atau tidak sah, melanggar atau bersifat subversif.
2. Sekelompok pelaku konspirasi
3. Hukum. Sebuah permufakatan antara dua atau lebih orang untuk melakukan sebuah kejahatan atau dalam rangka memenuhi tujuan legal melalui tindakan kejahatan.
4. Gabungan atau bertindak secara bersama-sama, melalui persekongkolan jahat.  
Sedangkan Thesaurus  mendefinisikan dengan,
Sebuah persetujuan rahasia atau rencana untuk mencapai tujuan yang melanggar undang-undang: konspirasi, kabal, intrik, akal bulus, bersekongkol, rencana kotor dan jahat, kongkalikong (kolusi), bekerjasama secara diam-diam, pengkhianatan, hasutan.
Ada dua padanan kata konspirasi yang penting untuk dikemukakan disini;
1. Makar yang merupakan istilah yang diambil dari literature Islam;
Perhatikan pada ayat berikut kata "makar" dihubungkan dengan "perbuatan" (af'al) dan "kepemilikan" Allah Subhanau wa Ta‘ala.
وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
 Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ali-Imran:54)
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan makar dengan 1) akal busuk, tipu muslihat,  2) Perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang, 3) perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintahan yang sah.
Disamping itu ada istilah lain dalam istilah al-Qur'an yang  sepadan  dengan makar yakni  kaid dan khada'a
2. ca-bal (k-bal) n. ka-bal (kt-benda)
a. Kelompok rahasia yang berencana dengan diam-diam atau melalui tipu-daya: "tepatnya disebut dengan Spionase - dilakukan oleh kabal yang terdiri dari sekumpulan orang-orang kuat, yang bekerja secara rahasia" (Frank Conroy). 
b. Sebuah rencana jahat. Lihat persamaan katanya dengan kata kerja intransitif
ca-balled, ca-bal-ling, ca-bals.  Membentuk Kabal; Berkonspirasi.  [Perancis cabale, berasal dari bahasa Latin abad pertengahan
Bagi seorang muslim yang konsisten terhadap al-Qur'an dan Al-hadits, makar atau konspirasi adalah haqul yaqin dalam tataran realitas, bahkan mewujud pada tingkat global atau dalam istilah lain Konspirasi global  adalah karya akbar musuh besar (iblis).  Dan mungkin bagi mereka yang non muslim yang menolak adanya konspirasi dapat kita maklumi sebab dasar teologisnya yang rapuh, Namun bagi seorang muslim yang menolak adanya konspirasi maka kemuslimannya perlu dipertanyakan, sebab secara eksplisit dalam al-Qur'an, konspirasi atau makar mewujud menjadi sebuah  kitab makar  yang perlu ditela'ah secara komprehesif.
Tulisan ini sedikitnya mengupas tentang aktor intelektual pelaku konspirasi global dalam sudut pandang kajian ilmiah islam atau lebih tepatnya kajian tematik al-Qur'an.  Secara deskriptif tulisan ini membahas tentang Setan dan hal-hal yang berhubungan dengannya meliputi ; definisi, musuh dan pelindungnya, langkah-langkah, tujuan-tujuan makarnya, akibat-akibat pertemanan dengannya.
Disajikan secara deskriptif bagian perbagian. Sebagaimana berikut ini;
A.  Syaitan/SETAN
1.   Definisi Setan 
Kata al-Syaitan  ia merupakan sebuah istilah yang bersumber dari teks keagamaan Islam yakni al-Qur'an dan al-Hadits. Kata "syaitan" selanjutnya dipakai dalam khazanah istilah Indonesia menjadi "setan" yang seterusnya berkembang menjadi beragam istilah yang maksudnya berkonotasi kepada setan tersebut. Seperti di suku Sunda penyebutan setan sudah berkonotasi pada sesosok mahluk yang menyeramkan seperti  jurig, dedemit, siluman, aden-aden, dan lain-lain. Begitu juga  setiap bangsa, daerah diseluruh dunia sudah familiar terhadap istilah "setan" dengan beragam penamaan atau istilah. Yang umumnya apa yang disebut setan adalah sosok mahluk yang berada diluar diri manusia yang berpotensi jahat dan membuat kerusakan.
Untuk memahami sebuah konsep istilah yang berasal dari teks keagamaan islam (al-qur'an-al-sunnah), perlu dan selayaknya pendekatan metodologi qur'an sunnah menjadi bagian terpenting sebagai tool of analyses dalam mengembalikan maksud sebuah istilah al-qur'an - sunnah yang mengalami distorsi atau setidaknya terpolarisasi dalam kehidupan manusia entah karena berbagai kepentingan atau memang karena merupakan watak kebahasaan yang senantiasa bahasa mengalami sebuah perubahan. Namun demikian kita yakin al-Qur'an adalah sebuah kitab suci yang senantiasa menjadi pembimbing  manusia menuju pada suatu petunjuk kebenaran yang berasal dari Allah. Oleh karenannya pemahaman yang benar tentang konsepsi "al-Syaitan"  beserta istilah-istilah yang berhubungan dengannya yakni iblis, jin dan malaikat dari perspektif al-Qur'an sunnah menjadi suatu keniscayaan adanya untuk menghindari persepsi-persepsi  al-batil melewati ketahayulan-ketahayulan dan dokrin-dokrin atau dogma-dogma yang tidak memiliki dasar yang kuat yang menutupi akal sehat dan kebenaran yang hakiki.        
2.  Syaitan dalam istilah Al-Qur'an
Kata " syaitan" dalam surat dan ayat al-Qur'an berdasarkan  perhitungan komputerisasi Al-Qur'an versi 3.i yang diambil dari kata "syaitan"  termuat kurang lebih 105 ayat. Sedangkan berdasarkan perhitungan  kitab kamus mu'jam al-mufahras fi alfadzil al-Qur'an,  kata " syaitan "  kurang lebih 62 kali dalam bentuk singular (mufrad) dan 17 kali dalam bentuk  plural (jama'). Sedangkan kata " iblis" disebut 24 kali. Semua penyebutan kata " syaitan" dan "Iblis" semuanya dalam bentuk kata benda (jumlah ismiyah). Atas dasar ini, kajian awal dari konsepsi "syaitan" dikaji dari sudut pandang ilmu bahasa (nahwiyah - sharfiyah)  dan kaidah-kaidah yang berhubungan dengannya. Beberapa kaidah yang perlu disebutkan diantaranya;
a. Kaidah yang berhubungan dengan kata benda (isim);
1) kata benda transitif (nakirah) menunjukan pada; menunjukan satu, menunjukan macam, menunjukan satu dan macam, memuliakan, menunjukan arti banyak, menunjukan memuliakan sekaligus banyak, untuk meremehkan, untuk menyatakan sedikit.
2) Kata benda intransitif (ma'rifat) menunjukan pada; menghadirkan kepemilikan, memuliakan, menghinakan, menunjukan dekat, menjelaskan keadaan, kelayakan akan sifat, dibenci penyebutan, menunjukan arti umum, menujukan sesuatu yang telah dikenal, telah diketahui, menujukan segala satuan darinya, memenuhi segala karakteristik, menemukan esensi, hakekat dan jenis.
3) Kata benda singular (mufrad) menujukan pada; suatu makna tertentu, menunjukan hal/arah,
4) Kata benda plural (jama') menunjukan pada : menunjukan pada suatu isyarat khusus, menyatakan bilangan, menunjukan kualitas dan kuantitas.
b. Kaidah yang berhubungan dengan kalimat ;
1) Kalimat nominal ( jumlah ismiyah) antara lain; senantiasa menunjukan pada subut (tetap) suatu keadaan, menujukan pada istimrar (terus menerus).
2) Kalimat verbal (jumlah fi'liyah) antara lain; menjukan arti tajaddud (timbulnya sesuatu) dan menujukan pada makna hudus (temporal)
c. Kaidah bentukan kata benda yang mengikuti wazan fa'lani (dengan huruf nun bukan asal kata) menunjukan arti kontradiktif dialektis
 Berangkat dari kaidah-kaidah diatas, maka kata syaitan dalam al-Qur'an termasuk istilah yang mutasyabih  artinya memungkinkan adanya makna-makna lain yang bertolakbelakang satu sama lainnya karena tidak adanya kata dasar yang secara ekplisit asal kata tersebut.
1. Kata syaitan berasal dari kata " sya-tha-na " ( شَطَنَ) huruf nun yang berada pada kata adalah asli. Kata sya-tha-na berarti "jauh" sejajar dengan timbangan kata (wazan) fi'al sebagai bentuk dasar (masdar). Dari kata itu pula muncul makna lain diantaranya asing, janggal, tidak lumrah. Dari makna syaitan tersebut, maka setan dimaksudkan dengan sesuatu yang bersifat material yang memiliki wujud diluar kesadaran manusia. Untuk syaitan jenis ini disebut syaitan fi'ali (yang berwujud) namun keadaanya asing atau jauh dari jangkauan manusia karena tersembunyi atau jaraknya yang jauh. Contoh seperti pada surat 2 : 14 dan 37:65 berikut ini; 
وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".(2:14)
Yang dimaksud syaitan-syaitan dalam ayat ini adalah person-person (wujud) yang merupakan "teman-teman" mereka yang tidak terlihat dan tersembunyi. 
طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُؤُوسُ الشَّيَاطِينِ
Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.(37:65)
 Yang dimaksud dengan syaitan disini adalah sesuatu yang asing dan jauh dari jangkauam manusia.
Ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat diatas adalah; Al-Anbiya:82, Shad :37 Al-Shafat:7, Anisa:117, Al-baqarah 102, Al-An'am71, Al -Isra'a 27, Al-hajj :3, Maryam:68, Al-Mu'minun :97, Al-Syu'ara ;210,211,221, Al-Mulk:5
2. Syaitan berasal dari kata "sya-ya-tha" (شَاطَ) huruf nun yang terdapat pada kata syaitan bukan nun asli namun tambahan untuk kata dasarnya. Ia merupakan sifatul musyabbah bismilfail (sifat yang serupa dengan kata pelaku) yang sewazan dengan fa'lanu (فَعْلاَنُ) yang menunjukan pada tetapnya sifat tersebut. Makna dari kata (شَاطَ) adalah hilang/terbakar dan batalnya sesuatu/membunuh. Dari makna ini, maka yang dimaksud syaitan disini adalah sesuatu hal yang senantiasa menghilangkan, membatalkan, menjadikan ilusi, atau wahm yang berada dalam pikiran manusia untuk menghancurkan sesuatu yang riil dan objektif (al-Haq/Rahman) atau sebagai lawan darinya dan ia berada dalam kesadaran manusia serta tidak berwujud. Syaitan bentuk yang seperti ini disebut syaitan fa'lani. Ia merupakan suatu dimensi ilusi dalam fikiran manusia dan lawan sisi yang riil dan hakiki dalam pikiran manusia, yang keduanya senantiasa saling berlawanan dalam diri manusia. Diantara ayat yang menunjukan pada makna tersebut diantaranya surat Maryam:44 dan al-Hajj:52  
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيّاً
 Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.(19:44) 
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
 Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,(22:52)
Ayat-ayat lain yang semakna dengannya antara lain; Thoha:120, Al-Furqan:29, An-Naml:24,An-nisa:119,Al-An'am:68, An-Nahl:98,Al-Isra:27,53,64, Maryam:45, Fathir:6Al-Takwir:25, Al-Zuhruf:36Al-‘Araf:27.
Syaitan fa'lani merupakan cerminan dari sesuatu yang bersifat ilusi dari fikiran manusia. Sedangkan al-Rahman merupakan sisi material objektif yang hakiki dalam fikiran manusia. Oleh karenanya setiap manusia memiliki syaitan-syaitan fa'lani. Maka dalam al-Qur'an syaitan ini tidak muncul kecuali dalam bentuk  singular (mufrad) tetapi apa bila yang dimaksud adalah syaitan fi'ali maka kadang disebut dalam bentuk singular (syaitan) maupun dalam bentuk plural (syaitan-syaitan) karena mereka kadang berbentuk hanya seorang atau berserikat.
(bersambung ...)

No comments:

Post a Comment