Pages

Saturday, February 6, 2010

Telaga-Rasul Bahagian Akhir

Telaga-Rasul





Bahagian Akhir



16.
Nuh (Noah)


NUH diyakini sebagai keturunan ke-10 Adam dan berasal dari wilayah Armenia. Kawasan ini berada di antara Iran, Turki dan Azerbaijan serta diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia, Asia Barat. Ia menyeru masyarakatnya untuk menyembah Yang Esa, serta berperilaku baik. Mereka menolaknya. Mereka bahkan menyiksa Nuh dan menganggapnya gila. Istri serta anak Nuh, Kana'an, juga ikut mengucilkannya.

Penolakan itu juga karena faktor sosial. Pengikut Nuh banyak yang berasal dari kalangan miskin. Sedangkan masyarakat setempat memandang rendah kalangan miskin itu.

Nuh, atas perintah Allah, membuat kapal besar di daratan. Ini membuat Nuh semakin dituding gila. Namun kemudian terjadi air bah yang sangat dahsyat. Nuh menyerukan orang-orang setempat untuk naik kapal. Hanya pengikut Nuh yang mau memenuhi ajakan tersebut. Yang lain menolak. Harga diri mereka tercabik bila mengikuti ajakan Nuh. Kana'an pun menolak ajakan Nuh. Itu membuat Nuh sedih. Nuh berdoa agar Allah menyelamatkan keluarganya. Namun Allah mengingatkannya bahwa mereka bukanlah golongan yang termasuk pantas diselamatkan.

Berkembang pula kisah tentang perahu atau bahtera Nuh itu. Menurut kisah tersebut, di saat banjir itu Nuh menyelamatkan binatang. Seluruh binatang dinaikkannya ke dalam perahu sepasang-sepasang, sehingga semua selamat. Namun kebenaran kisah itu sangat lemah. Firman Allah (As-Syu'araa' ayat 119-120) "Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan...Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal"---tidak menyebut soal binatang tersebut.

Banyak ilmuwan mencoba memecahkan fenomena banjir besar itu. Ada yang mengaitkannya dengan peristiwa mencairnya es yang menyelimuti bumi, beribu-ribu tahun silam. Namun ada yang memperkirakan banjir besar itu merupakan fenomena lokal di Armenia lantaran mencairkan salju dan es di puncak gunung dekat pemukiman Nuh dan masyarakatnya. Ekspedisi untuk mencari sisa kapal itu telah dilakukan berbagai tim, mulai dari wilayah Turki hingga Armenia.
****************************************************************



17.
Shalih


SHALIH lahir dan tumbuh di lingkungan kaum Tsamud, kaum yang diyakini sebagai keturunan kaum Ad. Mereka tinggal di wilayah Hijir yang kini berada di wilayah Saudi Arabia. Sebagaimana kaum Ad, orang-orang Tsamud hidup berkecukupan. Mereka juga bermewah-mewah serta menyembah berhala.
Shalih mencoba mengingatkan mereka. Hinaan yang malah diperolehnya.

Apalagi Shalih tak seperti Hud di masa kaum Ad yang berasal dari keluarga terpandang. Shalih datang dari keluarga miskin. Kaum Tsamud menantang Shalih untuk menunjukkan bukti sekiranya ia "seorang yang benar". Atas izin Allah, Shalih pun menunjukkan bukti mukjizat.

Tafsir Quran menyebut bahwa mukjizat itu berupa seekor unta betina yang keluar dari batu besar setelah Shalih memukulkan telapak tangannya. Pada kaumnya, Shalih mengingatkan agar unta itu jangan diganggu. Terutama saat unta itu minum air di telaga. Mereka diizinkan memerah susu unta itu untuk kebutuhannya sendiri.

Kalangan miskin bergirang hati. Mereka terus memerah susu unta yang seperti tiada habisnya itu. Hal yang membuat Shalih semakin berpengaruh di masyarakat. Beberapa kalangan terkemuka terus melancarkan tekanan pada Shalih. Sembilan orang pemuda paling terpandang di masyarakat ditugasi membunuh unta itu. Mereka dipimpin oleh Qudar bin Salaf. Mereka menantang Shalih untuk membuktikan bahwa Tuhan akan mengirim azab.

Shalih mengatakan bahwa azab akan datang setelah tiga hari. Benar, pada hari ketiga langit menjadi gelap. Kaum Tsamud binasa oleh sambaran petir, serta tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri yang diguncang gempa. Shalih dan pengikutnya disebut-sebut pindah ke daerah Ramalah, Palestina. Sedangkan kisah unta betina itu memberi pelajaran kuat bahwa keimanan tidak cukup dapat dijelaskan hanya dengan rasionalitas.
****************************************************************



18.
Sulaiman (Solomon)


SULAIMAN adalah salah seorang putra Daud. Di antara para saudaranya, ia nampak paling menonjol. Dalam usia muda, ia telah memberi saran terhadap ayahnya menyangkut persoalan masyarakat. Maka dialah yang ditunjuk menjadi raja untuk menggantikan sang ayah.

Banyak kisah tentang Sulaiman yang selama berabad-abad terus menjadi misteri ilmu pengetahuan. Di antaranya adalah kemampuannya untuk berbicara dengan hewan. Disebutkan bahwa suatu saat ia mendengar percakapan semut. Yakni ketika pemimpin semut memberi tahu semut-semut lainnya untuk menghindar agar tidak terinjak-injak Sulaiman dan pasukannya yang akan lewat.

Kekuasaan Sulaiman bahkan disebut mencakup masyarakat jin. Tentu saja ia berkomunikasi dengan baik dengan mereka. Ada satu masa, Sulaiman harus tergusur untuk meninggalkan istana. Kewibawaannya runtuh. Saat itu, satu jin menyamar menjadi dirinya dan duduk di singgasana. Sulaiman berhasil mengatasi masa sulit itu setelah berdoa. Ia juga disebut mengajak istrinya yang sempat menyembah berhala untuk kembali bertobat.

Kisah paling populer mengenai hubungan Sulaiman dengan binatang adalah menyangkut burung Hudhud. Konon, suatu hari Sulaiman mengumpulkan pasukannya baik manusia, jin maupun binatang. Hudhud terlambat datang. Ketika Sulaiman menegurnya, burung itu beralasan bahwa dirinya baru ke negeri Saba, yang kini berada di sekitar wilayah Yaman. Hudhud juga mengabarkan bahwa Saba adalah negeri makmur yang diperintah seorang ratu cantik, Bilqis.

Sulaiman menugaskan burung itu untuk membawa surat kepada Bilqis. Isinya seruan untuk takluk dan mengikuti jalan ketuhanan yang ditempuh Sulaiman. Semula Bilqis menolak. Ia pun mengirim utusan yang membawa hadiah bagi Sulaiman. Namun Sulaiman meminta utusan itu membawa kembali hadiahnya. Penasaran dengan cerita kejayaan kerajaan Sulaiman, Bilqis pun bermaksud mengunjungi kerajaan Bani Israel itu.

Mengetahui rencana kunjungan itu, Sulaiman bermaksud membuat kejutan. Ia membuka sayembara untuk memindahkan singgasana -atau kursi kebesaran-Ratu Bilqis ke istananya. Jin yang disebut bernama Ifrit menawarkan diri melakukan tugas itu. Jin itu dikalahkan manusia. Seorang alim mampu memindahkan singgasana tersebut dalam sekejap mata.

Selama berabad-abad kisah ini dianggap hanya sebagai mukjizat yang tidak dapat dijelaskan secara ilmu pengetahuan. Sekarang Teori Relativitas Einstein dapat menjelaskan kejadian tersebut: suatu benda atau materi dapat berpindah pada kecepatan cahaya (sekitar 300.000 km/detik yang dapat diartikan sebagai "sekejap mata") dalam wujud enerji. Jarak ribuan kilometer dan hambatan tembok, misalnya, bisa tak berarti apa-apa bagi enerji itu. Teori ini pula yang menjelaskan fenomena Isra Mi'raj Muhammad yang diperdebatkan bangsa Arab masa itu.

Maka, Bilqis tiba di Istana Sulaiman dengan terkejut. Kemegahan istana tersebut tercermin pada kilau lantainya yang membuat Bilqis terperangah. Ia mengangkat kain panjangnya, menyangka kilau itu adal;ah air. Di kemudian waktu, Bilqis pun menikah dengan Sulaiman. Ia mengikuti ajaran suaminya serta menyatukan kerajaannya dengan kerajaan Sulaiman.

Sulaiman disebutkan menjalani masa tuanya untuk agama. Quran menyebutkan, Sulaiman meninggal dalam keadaan berdiri bertelekan tongkat. Tak ada satupun jin dan manusia yang mengetahui kematian itu sampai rayap menggerogoti tongkat itu dan Sulaiman tersungkur. Salah satu peninggalan Sulaiman adalah Masjid Al-Aqsha yang menjadi pusat Jerusalem atau Darussalam yang diperebutkan Palestina dan Israel.
**************************************************************



19.
Syuaib

SYUAIB adalah satu dari empat rasul yang disebut berasal dari bangsa Arab. Tiga lainnya adalah Hud, Shalih serta Muhammad. Ia tinggal di daerah Madyan, wilayah yang sangat subur di jazirah Arabia. Gandum dan buah-buahan tumbuh dengan baik di dataran itu.

Masyarakat Madyan sebenarnya pernah mengenal ajaran agama yang disampaikan Ibrahim. Namun moralitas mereka telah sangat merosot. Mereka culas dan gemar menipu. Terutama melakukan penipuan takaran atau timbangan. Syuaib mencoba mengingatkan mereka. Hanya sebagian kecil yang mengikuti seruan Syuaib itu. Bertambahnya pengaruh Syuaib tersebut, meskipun sangat sedikit, membuat para terkemuka kaum Madyan semakin memusuhi.

Beberapa waktu kemudian, Madyan tertimpa bencana. Musim kering terjadi. Ladang pertanian kering-kerontang, rumput-rumput mati, ternak pun bertumbangan kekurangan pakan dan air. Saat itu, Syuaib mencoba mengingatkan kembali agar mereka menjauhi maksiat dan beribadah pada Allah. Namun mereka menampiknya dan menyebut bencana itu adalah fenomena alam biasa.

Lalu muncullah gumpalan awan hitam itu. Masyarakat Madyan bergembira. Sebagaimana umat Hud, mereka menyangka hujan bakal segera turun. Mereka keluar rumah untuk menyambutnya. Gumpalan hitam itu ternyata awan panas yang membawa guntur dan kilatan listrik petir. Orang-orang Madyan yang tak berlindung itupun hangus. Masyarakat pun menggambarkan bahwa tubuh mereka "bagai terbakar api".
****************************************************************




20.
Yahya


YAHYA adalah putra Zakaria. Ia melanjutkan tugasnya ayahnya menjadi pemimpin keagamaan di lingkungan masyarakat Yahudi di Tanah Palestina itu. Saat itu, seluruh wilayah Palestina berada di tangan kekuasaan Romawi. Penguasa Palestina adalah Herodes.

Perselisihan antar Yahya dan Herodes akhirnya tak terhindarkan. Puncaknya adalah ketika Herodes hendak mengawini seorang kemenakannya, Herodia. Saat itu Yahya tegas menyampaikan prinsip bahwa perkawinan antara seorang paman dengan gadis kemenakannya sendiri adalah terlarang menurut agama. Yahya menyeru agar perkawinan tersebut dibatalkan.

Seruan Yahya mengundang kemarahan Herodes. Ia lalu menugaskan pasukannya untuk membunuh Yahya. Yahya tewas secara mulia. Dikisahkan pula bahwa Herodes dan Herodia kemudian meninggal karena tertimpa bencana longsor.

Kebenaran memang harus ditegakkan dengan risiko apa pun. Yahya telah memberi teladan untuk itu.
****************************************************************




21.
Ya'kub (Jacob)


YA'KUB lahir dan tumbuh di tanah Palestina. Sewaktu dewasa, ia pindah ke Babilonia ikut ke tempat pamannya, Laban, seorang yang berpengaruh di daerah itu. Laban bermaksud mengawinkan Ya'kub dengan putrinya pertamanya, Layya. Tapi Ya'kub lebih ingin menikahi putri kedua Laban yang cantik, Rahiel.

Ya'kub memang berhasil menikahi Rahiel setelah sebelumnya menikahi Layya. Pernikahan dengan Rahiel terjadi setelah Ya'kub memenuhi persyaratan yang diajukan Laban, yakni menggembalakan kambing serta mengolah kebun Laban selama tujuh tahun. Selain kakak beradik itu, Ya'kub juga menikahi dua orang budak. Mereka adalah Zulfa dan Balhah. Keempat istri tersebut melahirkan 12 anak bagi Ya'kub. Merekalah yang kemudian menjadi 12 kelompok orang Yahudi.

Dari 12 anak itu, dua orang diantaranya mendapat tempat istimewa di hati Ya'kub. Mereka adalah Yusuf yang kelak menjadi rasul pula, serta adiknya. Bunyamin. Keduanya adalah anak Rahiel. Merekalah -terutama Yusuf-yang terus menjadi sasaran iri hati saudara-saudaranya.

Namun Yusuf bukan satu-satunya keturunan Ya'kub yang menjadi rasul. Seorang keturunan Ya'kub dari Bunyamin adalah Yunus yang juga menjadi rasul. Lawi dan Yahudza -keduanya anak Ya'kub dengan Layya-juga menurunkan para rasul. Musa, Harun, Ilyas dan Ilyasa adalah keturunan Lawi. Sedangkan Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya dan Isa adalah para rasul Yahudi anak cucu Yahudza.

Maka Ya'kub adalah kakek moyang para rasul sebelum masa Muhammad. Sikap dan cara berpikirnya tentu berpengaruh pada para rasul keturunannya serta kaum Yahudi dan kemudian Nasrani penegak panji keesaan Allah sebelum era Muhammad.
****************************************************************



22.
Yunus (Jones)


YUNUS lahir dan besar di Syam. Ia kemudian berdakwa di Ninawa, tempat yang diyakini sekarang berada di dekat Mausul-Irak. Kehadiran Yunus tak mendapatkan sambutan baik masyarakat setempat. Selama lebih tiga puluh tahun menyeru kebaikan, dia hanya memperoleh dari dua orang. Rubil dan Tanukh. Nyaris Yunus putus asa. Allah pun meminta Yunus untuk berdakwah lagi selama 40 hari.

Tak ada perubahan yang terjadi. Maka Yunus memutuskan untuk pergi. Sepeninggal Yunus, awan hitam pun menggantung. Suara gemuruh menggelegar. Kaum bencana awan panas serta petir yang menimpa kaum Madyan di masa Syuaib mungkin telah sampai pada mereka. Seluruh penduduk pun berkumpul di tanah lapang menyatakan taubatnya secara sungguh. Perlahan gumpalan awan itupun menipis hingga sirna.

Warga Ninawa berusaha mencari Yunus kembali. Yunus, yang tak tahu pertaubatan itu, malah pergi menghindar lantaran khawatir dibunuh. Ia kemudian menumpang sebuah kapal. Di tengah perairan, kapal pun diguncang topan. Keyakinan masa itu, badai datang karena para penumpang kapal penuh dosa. Untuk meredakan badai harus dilakukan pengorbanan. Yunus terpilih untuk dikorbankan setelah diundi tiga kali.

Yunus dilemparkan ke laut. Tubuhnya ditemukan kembali dalam perut ikan yang terdampar di pantai. Atas kuasa Allah, Yunus ternyata masih hidup. Setelah sembuh, ia kembali berdakwah di masyarakat Ninawa yang kali ini menyambutnya dengan sangat baik.

Besar kemungkinan peristiwa itu terjadi di Laut Hitam. Sedangkan ikan penelan Yunus yang paling mungkin adalah paus. Kisah Yunus mengajarkan bahwa kebesaran Allah tak mungkin sepenuhnya terjangkau oleh perhitungan biasa manusia. Juga bahwa ketekunan (berdakwah) pada akhirnya akan berbuah.
****************************************************************



23.
Yusuf (Joseph)

YUSUF adalah anak kesayangan Ya'kub. Ia paling tampan diantara saudara-saudaranya. Juga paling patuh. Sewaktu kecil, ia bermimpi sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya. Ya'kub melarang Yusuf menceritakan mimpi itu pada saudaranya.

Rasa sayang Ya'kub pada Yusuf dan Bunyamin -keduanya anak Rahiel-membuat iri saudaranya. Mereka berkomplot mencelakakan Yusuf. Sebagian ingin membunuh, sebagian lagi ingin membuang jauh, sedangkan Yahudza -seorang saudaranya yang sebenarnya masih mengasihi Yusuf-- mengusulkan agar adiknya itu dibuang ke sumur. Dengan begitu ia akan diselamatkan dan dibawa musafir yang selalu singgah ke sumur-sumur dalam perjalanannya.

Sepuluh saudara itu mendesak ayahnya untuk mengizinkan mereka mengajak Yusuf pergi. Bunyamin yang masih kecil ditinggalkan di rumah. Mereka lalu melaksanakan niatnya. Mereka meninggalkan Yusuf dalam sumur, mengambil bajunya untuk dilumuri darah domba. Pada ayahnya, mereka menyebut Yusuf diterkam binatang liar. Ya'kub tahu kebohongan itu, tapi tak dapat berbuat apapun. Ia lalu tenggelam dalam kesedihan panjang.

Yusuf memang diselamatkan musafir yang menuju Mesir. Pada masa itu, hampir di setiap kota besar selalu terdapat pasar untuk menjual manusia sebagai budak. Yusuf pun dijual sebagai budak dengan harga mahal. Ia dibeli oleh menteri kerajaan bernama Qiftir. Yusuf tumbuh sebagai pemuda berakhlak teguh, cerdas dan tampan. Istri Qiftir, Zulaikha, menggodanya. Yusuf menolak hingga bajunya sobek. Melihat sobekan baju di belakang, kerabat Zulaikha tahu bahwa perempuan itulah yang salah.

Pergunjingan meluas. Zulaikha mencoba menepisnya dengan mengundang para wanita terhormat di masyarakat itu, memberi masing-masing mereka pisau pengupas buah, dan meminta Yusuf keluar menemui mereka. Begitu tercengang mereka melihat Yusuf, hingga tanpa terasa tangannya teriris pisau. Namun untuk menjaga nama baik keluarga Qiftir, Yusuf tetap dijebloskan di penjara. Hal yang juga disyukuri Yusuf karena kini ia manusia merdeka. Bukan lagi budak.

Di penjara, Yusuf mentakwil mimpi dua orang tahanan. Menurut takwil itu, seorang akan dibebaskan dan akan kembali melayani raja. Seorang lagi, mantan bendaharawan kerajaan, akan dihukum mati. Takwil Yusuf ternyata benar. Kemampuannya itu tersiar, ia diminta menakwil mimpi Raja bahwa "tujuh lembu kurus akan memakan tujuh lembu gemuk". Yusuf menjelaskan bahwa akan datang masa subur dengan makanan berlimpah ruah selama tujuh tahun, setelah itu tiba masa kemarau sepanjang tujuh tahun pula.

Lantaran takwilnya, Raja mengangkat Yusuf untuk menjadi menteri urusan pangan dan ekonomi. Ketika masa subur tiba, Kerajaan Mesir meminta rakyatnya menyimpan gandum, kurma dan makanan lain sebanyak-banyaknya untuk masa paceklik mendatang. Berkat kerja Yusuf, kerajaan Mesir tetap berkecukupan pangan di saat kemarau panjang itu tiba. Penduduk kelaparan dari berbagai daerah lain berdatangan ke Mesir untuk membeli pangan dengan sisa kekayaan mereka. Tak terkecuali anak-anak Ya'kub yang dulu mencelakakan Yusuf.

Mereka tak lagi mengenali Yusuf. Mereka dibolehkan kembali ke Mesir asal membawa adiknya yang tertinggal, Bunyamin. Pada Bunyamin-lah Yusuf mengenalkan siapa dirinya. Ia kemudian membawa Ya'kub dan seluruh keluarganya pindah dari Babilonia ke Mesir. Mimpinya sewaktu kecil kini terbukti. Ia malah diangkat menjadi raja menggantikan raja terdahulu.

Masyarakat tradisional lebih mengenal Yusuf sebagai simbol ketampanan. Banyak perempuan hamil membaca surat Yusuf dalam Quran agar anak yang dikandungnya kelak akan tampan bagai Yusuf atau cantik. Padahal Yusuf tak sekadar tampan. Ia rasul pertama yang memimpin negara. Lebih dari itu, ia berhasil mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
***************************************************************



24.
Zakaria (Zachari)



ZAKARIA adalah keturunan Sulaiman. Ia dan istrinya, Isya, membaktikan diri untuk menjaga Baitul Maqdis -rumah ibadah peninggalan Sulaiman di Yerusalem. Ia terus menyeru kaum kerabatnya, orang-orang Yahudi, yang telah meninggalkan ajaran para nabi terdahulu untuk kembali ke ajaran yang benar. Namun ajakannya tak banyak diikuti kaumnya sampai Zakaria berusia lanjut.

Hingga saat itu, Zakaria belum punya anak yang sangat ia dambakan. Ia kemudian mengangkat Maryam, anak seorang salih bernama Imran. Imran adalah kakak Isya, dengan demikian Maryam juga keponakan istri Zakaria. Imran dibunuh oleh orang Yahudi lainnya. Maryam yang masih bocah pun diperebutkan banyak keluarga untuk dipungut sebagai anak. Zakaria berhasil mendapatkan Maryam setelah memenangkan undian.

Oleh Zakaria, Maryam dibangunkan kamar di Baitul Maqdis. Di sanalah Maryam tinggal dan bermunajat kepada Allah. Kegiatan sehari-hari Maryam adalah membersihkan rumah Allah tersebut. Suatu hari, Zakaria terkejut mendapati buah-buahan di luar musimnya berada di kamar Maryam. Maryam menyatakan pada Zakaria bahwa buah-buahan itu berasal dari Allah.

Zakaria terus berdoa agar dikaruniai keturunan. Allah mengabulkan doa tersebut, dan mengabarkan akan memberi Zakaria seorang anak. Zakaria sempat terkejut. Bagaimana mungkin ia dan istrinya yang sudah sangat tua dapat dikaruniai anak. Ketika itu diperkirakan Zakaria telah berusia lebih dari 100 tahun. Akhirnya keluarga Zakaria memang dikarunia keturunan yang akan melanjutkan tugas dakwahnya, yakni Yahya
***************************************************************



25.
MUHAMMAD

Semasa umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum baginda dilahirkan iaitu sewaktu baginda 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke ka'abah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah wujud sebelumnya.

Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad. Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa'ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa pulang semula ke pedalaman.


Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad


Pada usia dua tahun, baginda didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.

Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada datuknya Abdul Mutallib di Makkah.

Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka ditemani oleh Umm Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa baginda. Baginda ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.

Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.

Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)


Abdul Mutallib Wafat


Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.


Muhammad diasuh oleh Abu Talib

Selepas kewafatan datuk baginda, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.Abu Talib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.

Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam kerana dikhuatiri orang-orang Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.

Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu "Al-Amin".

Selepas baginda mula meningkat dewasa, baginda disuruh oleh bapa saudaranya untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang kaya dan dihormati. Baginda melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan jujur. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia baginda dan keupayaan baginda sebagai seorang pedagang. Lalu dia meluahkan rasa hatinya untuk berkahwin dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya lalu berlangsunglah perkahwinan mereka berdua. Bermulalah lembaran baru dalam hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.


Penurunan Wahyu Pertama

Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat sebagai nabi sekelian alam. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira' dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat quran yang pertama diturunkan kepada Muhammad.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al-'Alaq, 96: 1)

Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.

Kemudian baginda mula berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan kaum kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat daripada penduduk Makkah yang menyembah berhala. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian baginda. Manakala Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama yang beriman dengan ajaran baginda.Dakwah yang sedemikian berlangsung selama tiga tahun di kalangan keluarganya sahaja.


Dakwah Secara Terang-terangan

Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas.

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Al-Hijr, 15:94)

Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh baginda. Mereka memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab, bapa saudara baginda sendiri. Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak saudaranya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah memandangkan tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang bermaksud:

"Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya"

Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan ejekan daripada penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang menerima tentangan yang sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan tersebut seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.


Kewafatan Khadijah dan Abu Talib

Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.

Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.


Penghijrahan Ke Madinah

Tekanan daripada orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas pemergian isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk membunuh baginda.

Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar. Seruan baginda diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas s.a.w sendiri.


Negara Islam Madinah

Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara Islam yang mengamalkan sepenuhnya pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan merangkumi aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.

Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.

Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diiktiraf. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.

Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan baginda dan pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, baginda telah menunaikan haji bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya. Baginda juga telah menyampaikan amanat baginda yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda baginda yang bermaksud:

"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu, iaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."


Kewafatan Nabi Muhammad s.a.w

Baginda telah wafat pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah. Baginda wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan pemimpin negara. Baginda berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan berkebolehan. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.


***MUHAMMAD adalah keturunan Nabi Ismail--nabi dengan 12 putra yang menjadi cikal bakal bangsa Arab. Para nenek moyang Muhammad adalah penjaga Baitullah sekaligus pemimpin masyarakat di Mekah, tempat yang menjadi tujuan bangsa Arab dari berbagai penjuru untuk berziarah setahun sekali. Tradisi ziarah yang sekarang, di masa Islam, menjadi ibadah haji. Salah seorang yang menonjol adalah Qusay yang hidup sekitar abad kelima Masehi.

Tugas Qusay sebagai penjaga ka'bah adalah memegang kunci ('hijabah'), mengangkat panglima perang dengan memberikan bendera simbol yang dipegangnya ('liwa'), menerima tamu ('wifadah') serta menyediakan minum bagi para peziarah ('siqayah').

Ketika lanjut usia, Qusay menyerahkan mandat terhormat itu pada pada anak tertuanya, Abdud-Dar. Namun anak keduanya, Abdul Manaf, lebih disegani warga. Anak Abdul Manaf adalah Muthalib, serta si kembar siam Hasyim dan Abdu Syam yang harus dipisah dengan pisau. Darah tumpah saat pemisahan mereka, diyakini orang Arab sebagai pertanda keturunan mereka bakal berseteru.

Anak-anak Abdul Manaf mencoba merebut hak menjaga Baitullah dari anak-anak Abdud-Dar yang kurang berwibawa di masyarakat. Pertikaian senjata nyaris terjadi. Kompromi disepakati. Separuh hak, yakni menerima tamu dan menyediakan minum, diberikan pada anak-anak Abdul Manaf. Hasyim yang dipercaya memegang amanat tersebut.

Anak Abdu Syam, Umayah, mencoba merebut mandat itu. Hakim memutuskan bahwa hak tersebut tetap pada Hasyim. Umayah, sesuai perjanjian, dipaksa meninggalkan Makkah. Keturunan Umayah -seperti Abu Sofyan maupun Muawiyah- kelak memang bermusuhan dengan keturunan Hasyim.

Hasyim lalu menikahi Salma binti Amr dari Bani Khazraj -perempuan sangat terhormat di Yatsrib atau Madinah. Mereka berputra Syaibah (yang berarti uban) yang di masa tuanya dikenal sebagai Abdul Muthalib -kakek Muhammad. Inilah ikatan kuat Muhammad dengan Madinah, kota yang dipilihnya sebagai tempat hijrah saat dimusuhi warga Mekah. Syaibah tinggal di Madinah sampai Muthalib -yang menggantikan Hasyim karena wafat-menjemputnya untuk dibawa ke Mekah. Warga Mekah sempat menyangka Syaibah sebagai budak Muthalib, maka ia dipanggil dengan sebutan Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib mewarisi kehormatan menjaga Baitullah dan memimpin masyarakatnya. Namanya semakin menjulang setelah ia dan anaknya, Harits, berhasil menggali dan menemukan kembali sumur Zamzam yang telah lama hilang. Namun ia juga sempat berbuat fatal: berjanji akan mengorbankan (menyembelih) seorang anaknya bila ia dikaruniai 10 anak. Begitu mempunyai 10 anak, maka ia hendak melaksanakan janjinya. Nama sepuluh anaknya dia undi ('kidah') di depan arca Hubal. Abdullah -ayah Muhammad-yang terpilih.

Masyarakat menentang rencana Abdul Muthalib. Mereka menyarankannya agar menghubungi perempuan ahli nujum. Ahli nujum tersebut mengatakan bahwa pengorbanan itu boleh diganti dengan unta asalkan nama unta dan Abdullah diundi. Mula-mula sepuluh unta yang dipertaruhkan. Namun tetap Abdullah yang terpilih oleh undian. Jumlah unta terus ditambah sepuluh demi sepuluh. Baru setelah seratus unta, untalah yang keluar dalam undian, meskipun itu diulang tiga kali. Abdullah selamat.
Peristiwa besar yang terjadi di masa Abdul Muthalib adalah rencana penghancuran Ka'bah. Seorang panglima perang Kerajaan Habsyi (kini Ethiopia) yang beragama Nasrani, Abrahah, mengangkat diri sebagai Gubernur Yaman setelah ia menghancurkan Kerajaan Yahudi di wilayah itu. Ia terganggu dengan reputasi Mekah yang menjadi tempat ziarah orang-orang Arab. Ia membangun Ka'bah baru dan megah di Yaman, serta akan menghancurkan Ka'bah di Mekah. Abrahah mengerahkan pasukan gajahnya untuk menyerbu Mekah.

Mendekati Mekah, Abrahah menugasi pembantunya -Hunata-untuk menemui Abdul Muthalib. Hunata dan Abdul Muthalib menemui Abrahah yang berjanji tak akan mengganggu warga bila mereka dibiarkan menghancurkan Baitullah. Abdul Muthalib pasrah. Menjelang penghancuran Ka'bah terjadilah petaka tersebut. Qur'an menyebut peristiwa yang menewaskan Abrahah dan pasukannya dalam Surat Al-Fil. "Dan Dia mengirimkan kepada mereka "Toiron Ababil", yang melempari mereka dengan batu-batu cadas yang terbakar, maka Dia jadikan mereka bagai daun dimakan ulat".

Pendapat umum menyebut "Toiron Ababil" sebagai "Burung Ababil" atau "Burung yang berbondong-bondong". Buku "Sejarah Hidup Muhammad" yang ditulis Muhammad Husain Haekal mengemukakannya sebagai wabah kuman cacar (mungkin maksudnya wabah Sampar atau Anthrax -penyakit serupa yang menewaskan sepertiga warga Eropa dan Timur Tengah di abad 14). Namun ada pula analisa yang menyebut pada tahun-tahun itu memang terjadi hujan meteor -hujan batu panas yang berjatuhan atau 'terbang' dari langit. Wallahua'lam. Yang pasti masa tersebut dikenal sebagai Tahun Gajah yang juga merupakan tahun kelahiran Muhammad.

Pada masa itu, Abdullah putra Abdul Muthalib telah menikahi Aminah. Ia kemudian pergi berbisnis ke Syria. Dalam perjalanan pulang, Abdullah jatuh sakit dan meninggal di Madinah. Muhammad lahir setelah ayahnya meninggal. Hari kelahirannya dipertentangkan orang. Namun, pendapat Ibn Ishaq dan kawan-kawan yang paling banyak diyakini masyarakat: yakni bahwa Muhammad dilahirkan pada 12 Rabiul Awal. Orientalis Caussin de Perceval dalam 'Essai sur L'Histoire des Arabes' yang dikutip Haekal menyebut masa kelahiran Muhammad adalah Agustus 570 Masehi. Ia dilahirkan di rumah kakeknya -tempat yang kini tak jauh dari Masjidil Haram.

Bayi itu dibawa Abdul Muthalib ke depan Ka'bah dan diberi nama Muhammad yang berarti "terpuji". Suatu nama yang tak lazim pada masa itu. Konon, Abdul Muthalib sempat hendak memberi nama bayi itu Qustam -serupa nama anaknya yang telah meninggal. Namun Aminah -berdasarkan ilham-mengusulkan nama Muhammad itu.
***************************************************************


Bunda Muhammad SAW

Siti Aminah binti Wahb

Kurun kurang lebih 650 tahun kemudian, di bumi Hijaz muncul rangkaian wanita mulia selanjutnya, yakni ibunda Muhammad Rasulullah Saw, Siti Aminah binti Wahb. Ia adalah wanita suci yang berasal dari keturunan yang tidak pernah ternoda kehormatannya.

Keterangan mengenahi hal ini dapat disimak dalam hadits Nabi sebagai beriut, "Dan selanjutnya Allah memindahkan aku dari tulang sulbi yang baik ke dalam rahim yang suci, jernih dan terpelihara. Tiap tulang sulbi itu bercabang menjadi dua. Aku berada dalam yang terbaik dari keduanya itu." (hadits syarif)

Menurut Al Hamid Al-Hamidi dalam Baitun Nubuwwah-nya mengatakan, makna umum dari hadits tersebut ialah bahwa dari silsilah pihak ayah, Rasulullah saw berasal dari keturunan yang suci dan bersih dari perbuatan tercela. Demikian pula dilihat dari silsilah ibunya, beliaupun berasal dari keturunan yang tidak pernah ternoda kehormatannya.

Aminah binti Wahb lahir dari silsilah tua pasangan suami istri bernama Wahb dan Barrah. Yang satu berasal dari Bani Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab dan yang lain berasal dari bani Abdul Manaf bin Quraisy bin Kilab. Jadi, pada Kilab-lah akar silsilah ayah dan ibu Aminah binti Wahb.

Suami Aminah binti Wahb, Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang pria dari Quraisy yang berbudi luhur. Ayah Abdullah, Abdul Muthalib adalah pria yang disegani. Bahkan kedudukannya sangat dihormati dan dicintai oleh semua penduduk Makkah, baik yang berasal dari kabilah Quraisy maupun dari kabilah lain.

Beberapa minggu setelah pernikahan Aminah dengan Abdullah, pada suatu malam ia bermimpi ada cahaya yang menerangi dirinya. Sungguh terangnya cahaya itu, hingga seolah-olah Aminah dapat melihat istana-istana di Bushara dan di negeri Syam. Tidak berapa lama sesudah itu, ia mendengar suara yang berkata. "Engkau telah hamil dan akan melahirkan seorang termulia di kalangan ummat ini."

Dengan gembira Aminah menceritakan mimpinya itu kepada suaminya. Betapa gembiranya Abdullah mendengar kabar tersebut. Akan tetapi rasa gembira itu hanya berlangsung sejenak, yang disusul dengan kesedihan, karena ia harus bergabung dengan kafilah dagang Quraisy. Tidak diketahui entah untuk berapa lama perpisahan itu harus terjadi.

Bahkan ketika sebulan sudah berlalu Abdullah belum juga pulang. Hari berganti hari dan minggu berganti bulan, Aminah tetap tinggal di rumah, bahkan lebih sering di tempat tidur. Satu-satunya yang menghibur adalah keluarga Abdul Muthalib yang bertutur kata manis dan meriangkan.

Sebagaimana lazimnya wanita yag mengandung, Aminah juga mengidam. Namun keidaman yang dirasakannya itu tidak seberat yang dirasakan wanita lain. Dengan kehamilannya itu Aminah makin merindukan suaminya yang sedang bepergian jauh.

Pada suatu pagi, rombongan kafilah berjalan memasuki kota Makkah. Betapa senangnya Aminah karena beberapa saat lagi ia akan bertemu kembali dengan suami terkasihnya. Tapi hingga rombongan terakhir ia tidak mendapati Abdullah. Setengah berputus ada, ia masuk ke dalam kamar dan berbaring. Baru beberapa saat ia merebahkan diri, tiba-tiba ia mendengar suara pintu diketuk orang. Adakah yang datang suaminya? Ia pun segera bangun membuka pintu, ternyata yang datang bukan Abdullah, melainkan mertuanya, Abdul Muthalib bin Hasyim, ditemani ayahnya sendiri, Wahb, dan beberapa orang dari bani Hasyim. Dengan penuh perhatian Aminah mendengarkan kata-kata ayahnya. "Aminah, tabahkan hatimu menghadapi soal-soal yang mencemaskan. Kafilah yang kita nantikan kedatangannya telah tiba kembali di Makkah. Ketika kami tanyakan kepada mereka tentang keberadaan suamimu, mereka memberitahu, bahwa suamimu mendadak sakit dalam perjalanan pulang. Setelah sembuh ia akan segera kembali dengan selamat..." hiburnya.

Dua bulan Aminah menunggu, diutuslah Al-Harits oleh Abdul Muthalib untuk menyusul Abdullah ke Yatsrib (Madinah) yang sedang sakit. Akan tetapi kedatangan Al-Harits dari Yatsrib (Madinah) disambut duka cita yang mendalam setelah mengabarkan, bahwa Abdullah telah wafat, di tengah kaum kerabatnya, Bani Makhzum.

Betapa hancur hati Aminah mendengar berita yang sangat menyedihkan itu. Dua bulan ia menunggu kedatangan suaminya yang meninggalkan rumah dalam keadaan pengantin baru, tetapi yang datang bukan Abdullah, melainkan berita wafatnya.

Akan tetapi akhirnya Aminah menyadari setelah ia memahami hikmah kejadian yang memilukan itu. Pada waktu masih jejaka, Abdullah nyaris dikorbankan nyawanya untuk memenuhi nadzar ayahnya, Abdul Muthalib. Ia selamat berkat perubahan sikap ayahnya yang bersedia menebus nadzarnya dengan menyembelih seratus ekor unta. Tampaknya Allah memberi kesempatan hidup sementara kepada Abdullah hingga ia meninggalkan janin dalam kandungan istrinya.

Beberapa minggu menjelang kelahiran Muhammad, kota Makkah akan diserbu oleh Abrahah, penguasa dari Yaman yang akan menghancurkan Ka'bah. Akan tetapi sebagaimana diketahui, sebelum niatnya terwujud, Abrahah beserta beserta seluruh bala tentaranya dihancurkan oleh Allah swt.

Aminah melahirkan puteranya menjelang fajar hari Senin bulan Rabi'ul Awwal tahun Gajah. Saat itu ia berada seorang diri di dalam rumah, hanya ditemani seorang pembantunya, Barakah Ummu Aiman. Karena kondisi kesehatnnya yang memburuk, Aminah tidak dapat mengeluarkan air susu. Penyusuan bayi yang oleh kakeknya diberi nama Muhammad diserahkan kepada Tsuaibah Al-Aslamiyah. Selanjutnya penyusuan berpindah kepada Halimah as- Sa'diyah, seorang wanita yang berasal dari Bani Sa'ad bin Bakr.

Setelah mencapai usia lima tahun Muhammad dikembalikan kepada ibunya, Aminah. Pada kesempatan itu Aminah bermaksud mengajak buah hatinya berziarah ke makam ayahnya, Abdullah. Akan tetapi sungguh malang, dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Makkah, bunda Muhammad saw, ini wafat di sebuah pedusunan bernama Abwa, terletak di antara Madinah dan Makkah. Selamat jalan ibu dari manusia termulia Muhammad saw.
***************************************************************
Sumber: Hidayatullah.com



Semoga Allah Memberi Taufiq Dan Hidayahnya
Sebarang Kesamaran Sila Rujuk Kepada Mereka Yang Ahli Dalam Ilmu Ini

No comments:

Post a Comment